Friday, June 28, 2013

Saat Barat dan Syiah internasional berjualan "Al-Qaeda"



Sejak lama mujahidin Al-Qaeda Internasional menjadi “barang dagangan” banyak pihak untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. Persis seperti kata pepatah, mengail di air keruh. AS, Barat, Israel dan rezim-rezim sekuler di Dunia Islam di satu pihak; juga rezim Syiah Rafidhah Iran, Irak dan rezim Nushairiyah Suriah di pihak lain, adalah contoh dua pihak yang sama-sama berkepentingan untuk menjajakan “Al-Qaeda”.

Nilai Al-Qaeda di Afghanistan bagi AS dan Barat

AS dan Barat yang diwadahi NATO selalu menjajakan Al-Qaeda untuk kepentingan ideologi, politik, ekonomi dan militer mereka di negeri-negeri kaum muslimin. Jika AS dan Barat ingin melakukan invasi militer di sebuah negeri kaum muslimin, maka tiada alasan yang lebih tepat untuk mendapat dukungan dari mayoritas rakyat dan parlemen, selain menggunakan isu “Memerangi Jaringan Teroris Internasional Al-Qaeda”.

Saat AS dan NATO melakukan invasi militer di Afghanistan pada akhir 2001 M, George W. Bush dan Tony Blair meyakinkan rakyat Amerika Serikat dan Inggris bahwa mereka sedang mengejar para teroris Al-Qaeda, “tersangka satu-satunya” pelaku serangan terhadap WTC dan Pentagon pada 11 September 2001 M.

Jika alasan “memerangi jaringan teroris internasional Al-Qaeda” telah dikeluarkan, maka PBB dan dunia internasional hanya akan mendiamkan, tanda memberi setuju. Tidak akan ada sanksi PBB apapun bagi AS, Inggris dan negara-negara NATO yang melakukan invasi militer di Afghanistan. Membombardir kota-kota dan desa-desa, meluluh lantakkan masjid, madrasah dan rumah penduduk sipil adalah tindakan legal. Membunuhi anak-anak, wanita, orang tua dan laki-laki dewasa sipil yang miskin dan tak bersenjata di Afghanistan adalah tindakan yang sah, atas nama “memerangi jaringan teroris internasional Al-Qaeda”.

Itulah nilai stategis dan nilai jual barang dagangan bernama “Al-Qaeda” bagi AS dan Barat di Afghanistan dan Pakistan.

Namun militer AS dan NATO yang tergabung dalam Pasukan ISAF harus merasakan pil pahit di Afghanistan dan Pakistan. Mereka menemukan musuh ideologi mereka yang sesungguhnya, pejuang muslimin Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang direpresentasikan oleh mujahidin Imarah Islamiyah Afghanistan (IIA, mujahidin Taliban Afghanistan), Tahrik Taliban Pakistan (TTP) dan Al-Qaeda cabang Khurasan.

Sejak invasi militer AS dan NATO di Afghanistan pada akhir 2001 sampai saat ini, jihad mujahidin Taliban Afghanistan, Taliban Pakistan dan mujahidin Al-Qaeda telah berlangsung selama 12 tahun lebih.

Korban gugur dan cedera di pihak mujahidin Taliban Afghanistan, Taliban Pakistan dan mujahidin Al-Qaeda tentu banyak sekali. Beberapa pemimpin utama Al-Qaeda Khurasan telah gugur sebagai syuhada’, dimulai dari Syaikh Abu Hafs al-Mishri pada 2001, Syaikh Musthafa Abul Yazid pada 2009, Syaikh Usamah bin Ladin pada 2010, Syaikh Athiyatullah al-Libi pada 2011 dan terakhir Syaikh Abu Yahya al-Libi pada 2012. Puluhan komandan senior Al-Qaeda lainnya tertangkap dan dibuang ke penjara tanpa perikemanusiaan AS di Guantanamo, Kuba.

Namun tak diragukan lagi, militer AS dan NATO yang tergabung dalam ISAF mengalami kekalahan telak di lebih dari 25 propinsi Afghanistan. Setiap bulan, tentara ISAF yang tewas rata-rata di atas 500 orang. Pesawat tempur dan helikopter tempur ISAF yang berhasil ditembak jatuh oleh mujahidin Taliban dan Al-Qaeda rata-rata di atas 5 buah setiap bulannya. Tank-tank ISAF yang dihancurkan oleh mujahidin Taliban dan Al-Qaeda rata-rata di atas 50 tank setiap bulannya.

Data valid kerugian personil, kendaraan militer dan persenjataan yang dialami oleh pasukan ISAF di Afghanistan setiap hari bisa dipaparkan oleh situs resmi mujahidin Taliban (Imarah Islamiyah Afghanistan, IIA), Syahamat dan setiap bulannya dipaparkan dalam majalah bulanan mereka, Ash-Shumud.

Sampai hari ini militer AS dan NATO terus mengalami kerugian besar di Afghanistan. Pasukan mereka mengalami kekalahan di semua distrik dan propinsi di Afghanistan. Jika dahulu pada akhir 2001 militer AS dan NATO menyerang Afghanistan dengan mempertontonkan kepongahannya, kini berkali-kali AS dan rezim bonekanya Hamid Karzai harus mengemis “perjanjian dan perundingan damai” dengan Taliban.

Operasi jihad di Afghanistan yang telah berlangsung 12 tahun lebih ini merupakan perang gerilya yang sangat menguras ekonomi dan militer AS dan NATO. Lebih dari 75 % wilayah Afghanistan kini dalam kontrol mujahidin Taliban dan Al-Qaeda. Pemerintahan boneka Hamid Karzai bahkan tidak merasakan keamanan sedikit pun di ibukota Kabul, karena operasi-operasi mujahidin Taliban berkali-kali menghantam dengan telak pasukan ISAF dan pasukan boneka Hamid Karzai. Bahkan para penasehat militer AS tewas di gedung Kementrian Dalam Negeri di ibukota Kabul, oleh serangan mujahidin Taliban yang melakukan infiltrasi dalam tubuh pasukan boneka rezim Hamid Karzai. Blue on Green Attack alias Insider Attack, begitulah AS dan NATO menyebutnya.

Selama 12 tahun terakhir ini, mujahidin Taliban dan Al-Qaeda menjadi musuh sesungguhnya bagi pasukan AS dan NATO di Afghanistan. Militer AS dan NATO betul-betul merasakan kerasnya operasi-operasi jihad Taliban dan Al-Qaeda.

Bahkan operasi Al-Qaeda terhadap AS dan negara-negara NATO tidak terbatas dalam negeri Afghanistan saja. Al-Qaeda melakukan serangan balasan lewat bom syahid yang sangat mematikan di Madrid, Spanyol pada 11 Maret 2014 M dan di London, Inggris pada 7 Juli 2005. Bom syahid di Madrid menewaskan sedikitnya 192 orang dan mencederai 2050 orang, menurut laporan media massa Spanyol. Sementara bom syahid di London menewaskan sedikitnya 52 orang dan mencederai 700 orang, menurut laporan media massa Inggris.

Serangan-serangan mujahidin Taliban dan Al-Qaeda terhadap pasukan ISAF di Afghanistan sampai saat ini masih terus berlanjut. Al-Qaeda masih tetap menjadi musuh kuat bagi pasukan AS dan NATO di Afghanistan selama 13 tahun terakhir.

Nilai Al-Qaeda di Irak bagi AS dan Barat

Saat George W. Bush dan Tony Blair ingin melakukan invasi militer di Irak, kembali isu serupa digulirkan. Kedua pemimpin negara NATO itu meyakinkan rakyatnya bahwa rezim Shadam Husain memiliki senjata kimia dan kaitan dengan mujahidin Al-Qaeda. Invasi militer NATO pun menghajar Irak pada 2003 dan rezim Sosialis Ba’ats pimpinan Shadam Husain ditumbangkan.

Sejak pertengahan 2003 tersebut, mujahidin Al-Qaeda cabang Irak di bawah Amirnya Syaikh Abu Mush’ab az-Zarqawi menjadi musuh utama pasukan NATO. Serangan bom syahid Al-qaeda gencar menghantam pasukan NATO di Irak. Sniper JUBA mujahidin membunuhi tentara AS dan NATO satu per satu. Ranjau-ranjau mujahidin menghancurkan tank-tank canggih NATO di Irak.

Syaikh Abu Mush’ab Az-Zarqawi memang telah gugur sebagai syahid, disusul gugurnya sejumlah tokoh penting mujahidin Irak lainnya; Syaikh Abu Umar al-Baghdadi, Syaikh Abu Hamzah al-Mishri, Syaikh Maisarah al-Gharib dan lain-lain. Namun jihad di Irak terus berlangsung, tidak pernah berhenti dan menimbulkan kerugian jiwa dan materi luar biasa besar bagi pasukan AS dan NATO di Irak.

Kerugian yang terlalu besar itulah yang membuat AS dan Barat akhirnya menarik mundur sebagian besar tentaranya dari Irak. Pemerintahan dan keamanan militer Irak diserahkan oleh AS dan Barat kepada rezim bonekanya, pemerintahan sectarian Syiah Rafidhah loyalis Iran yang dipimpin oleh PM Nouri al-Maliki.

Menariknya sampai saat ini, rezim Syiah Rafidhah Irak tak henti-hentinya mendapat serangan mematikan oleh mujahidin Daulah Islam Irak dan Jama’ah Ansharul Islam, dua kelompok jihad muslim Ahlus sunnah terbesar di Irak. Operasi-operasi jihad yang selalu menargetkan tentara, polisi dan pejabat rezim Syiah Rafidhah Irak itu terjadi di propinsi-propinsi berpenduduk mayoritas muslim sunni seperti propinsi Anbar, Kirkuk, Diyala, Niniveh, dan Shalahuddin.

Bahkan di ibukota Baghdad sekalipun, rezim Syiah Rafidhah Irak tidak merasakan keamanan. Serangan-serangan mematikan oleh mujahidin Daulah Islam Irak dan Jama’ah Ansharul Islam terus mengguncangkan kekuasaan rezim Syiah PM Nouri al-Maliki. Pada Senin (24/6/2013) lalu delapan serangan bom mobil secara serentak menghantam ibukota Baghdad.

Seperti halnya tuan yang mengangkatnya, AS dan Barat, rezim Syiah Rafidhah Irak juga menghadapi mujahidin Daulah Islam Irak dan Jama’ah Ansharul Islam sebagai musuh utama di Irak. Keduanya adalah dua kelompok jihad muslim sunni terbesar di Irak, dan keduanya memiliki hubungan erat dengan mujahidin Al-Qaeda. Bahkan, Al-Qaeda di Irak merupakan salah satu inisiator dan unsur penting dari terbentuknya kelompok Daulah Islam Irak.

Di Irak, Al-Qaeda adalah musuh utama bagi rezim Syiah Rafidhah Irak. Itu sebabnya, rezim Nouri al-Maliki senantiasa menuding “teroris Al-Qaeda” sebagai pelaku serangan-serangan yang mengincar polisi, tentara dan rezim Syiah Rafidhah di Irak.

Di Irak, fakta justru membuktikan bahwa rezim Syiah Rafidhah Irak adalah rezim yang diangkat dan diserahi mandat kekuasaan oleh penjajah AS dan NATO, yang telah kewalahan menghadapi operasi-operasi jihad Al-Qaeda dan kelompok-kelompok jihad muslim sunni lainnya.

Ekonom Stiglitz dan Bilmes memperkirakan total dana yang dikeluarkan AS untuk perang Afganistan dan Irak bisa mencapai 4 sampai 6 triliyun dolar. Itu sudah termasuk dampak dari kenaikan harga minyak sejak 2003 yang sebagian disebabkan oleh meningkatkan permintaan dari negara-negara berkembang dan kerusuhan di Timur Tengah, jelas Bilmes.
perang 3 triliun dolar

Yang perlu digarisbawahi, perang melawan Syaikh Usamah bin Ladin tidak membawa manfaat apapun bagi AS. Eskalasi militer selama 10 tahun terakhir tidak mendorong perekonomian seperti halnya perang pada tahun 1940-an. Para ahli menulis dalam Journal Nasional, bahwa perang melawan Syaikh Usamah hanya membawa sedikit dampak positif bagi teknologi yakni dibuatnya pesawat Predator dan peningkatan sistem cadangan untuk melindungi teknologi informasi dari serangan “teroris” atau bencana lainnya.

Bahkan euforia AS dan Barat atas gugurnya Syaikh Usamah masih perlu dipikirkan lagi. Michael O’Hanlon, seorang analis keamanan nasional di Brookings Institution berkata, “Saya tidak mengambil kepuasan besar dalam kematiannya karena aku masih kagum pada kehancuran dan seberapa tinggi kerugian yang ia berikan pada kami.”

Nilai Al-Qaeda bagi rezim Syiah di Irak dan Suriah

Seperti biasa, orang-orang Syiah di seluruh dunia, tak terkecuali orang-orang Syiah dan para simpatisannya di Indonesia, memutar balikkan fakta tersebut. Mereka berusaha keras mengaburkan fakta di lapangan. Dan dengan arogan tanpa bukti, orang-orang Syiah di Irak, juga di Indonesia, meneriakkan “Al-Qaeda adalah agen dan alat di tangan Amerika dan Barat”.

Untuk apa? Tentu saja, orang-orang Syiah di Irak, juga di Indonesia, akan mengatakan bahwa teroris Al-Qaeda dipergunakan oleh AS dan Barat untuk memerangi rezim Syiah di Irak dan Suriah yang aktif memerangi Israel!!!

Sejak pasukan Suriah ditarik dari dataran tinggi Golan tanpa menembakkan sebutir peluru pun kepada pasukan Israel pada Perang Juni 1967, rezim Nushairiyah Suriah belum pernah memerangi Israel dan merebut dataran tinggi Golan, apalagi membebaskan Palestina dari cengkeraman Israel. Belum sebutir peluru, sebuah rudal atau sebuah mortar pun ditembakkan rezim Nushairiyah Suriah kepada Israel selama 55 tahun lebih.

Justru rezim Nushairiyah Suriah telah mengerahkan seluruh pesawat tempur, helikopter tempur, rudal, tank, artileri berat dan pasukan algojonya untuk membantai lebih dari 90 ribu warga muslim Suriah selama 2 tahun terakhir revolusi Suriah berlangsung.

Bagi AS dan Barat jika ingin membantai kaum muslimin sunni, mereka cukup mengumandangkan slogan “perang melawan jaringan teroris Al-Qaeda”. Rezim Nushairiyah Suriah, milisi Syiah Hizbullah dan rezim Syiah Rafidhah Irak pun selama dua tahun terakhir menggunakan jurus yang sama, untuk melegalkan pembantaian terhadap lebih dari 90 ribu warga muslim Suriah, cukup mengatakan “pemberontak FSA dan Jabhah Nushrah adalah jaringan teroris Al-Qaeda” dan “pemberontak FSA dan teroris Al-Qaeda Jabhah Nushrah ditukangi oleh AS dan Israel untuk menumbangkan rezim bashar Asad”.

oleh: Muhib Al-Majdi (arrahmah.com)
 

BNPT : 900-an ‘Teroris’ Ditangkap, 90 Diantaranya Ditembak Sejak Tahun 2002, Astaghfirullah!



SOLO – Dengan senang hati Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Ansyaad Mbai, membeberkan 900-an pelaku ‘teror’ (baca : mujahidin) yang ditangkap sejak 2002. Dari jumlah tersebut hanya 90 pelaku yang ditembak. Ia juga membandingkan sikap penanggulangan ‘teroris’ yang dilakukan Densus 88 dengan anti teror yang berada di Amerika Serikat.

Seperti yang dilansir okezone, Kamis (27/6/2103), Ansyaad membantah bila penanganan pelaku teroris yang dilakukan Densus 88 maupun BNPT melanggar Hak Asasi Manusia (HAM) karena selalu diakhiri dengan tewasnya ‘teroris’. Menurutnya, penanganan terorisme di Indonesia lebih lembut jika dibandingkan dengan negara lain. Astaghfirullah!

“Di Amerika yang katanya negara menjunjung tinggi HAM dan demokrasi, hampir 100 persen pelaku terorisme ditembak. Tapi di Indonesia, yang penanganannya jauh lebih lembut dibandingkan negara lain masih saja dikatakan melanggar HAM bila Densus menembak mati teroris,” papar Ansyaad Mbai di Solo, Jawa Tengah, Rabu 26 Juni.

Berbeda saat ada anggota Densus yang tertembak mati, tidak pernah ada pembelaan terkait HAM.

“Kadang Densus diperlakukan tidak adil. Densus itu hadir karena kebrutalan teroris dan terorisme harus diungkap sampai akar-akarnya,” jelasnya.

Menurut Ansyaad, penanggulangan terorisme di Indonesia telah diakui dunia internasional. Bahkan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) merekomendasikan Indonesia sebagai tempat belajar penanggulangan terorisme dan menjadi model penanggulangan terorisme internasional.

Ansyaad mengatakan, pelaku ‘teror’ (baca : jihad) harus dibasmi. Pasalnya jika aksi-aksi terorisme tidak bisa diungkap maka akan terjadi konflik horisontal dan saling tuduh di antara kelompok masyarakat.

“Pemerintah Nigeria datang ke Indonesia khusus untuk belajar penanganan masalah terorisme atas rekomendasi dari PBB,” katanya.

Pasca Peristiwa 11 September 2001

Dunia abad modern pasti mengetahui serangan 11 September 2001 yang penuh barokah (insya Allah) terhadap WTC Atau menara kembar yang merupakan pusat keuangan Yahudi terbesar di dunia. Dimana dengan hancurnya menara kembar tersebut AS yang merupakan pusat kezaliman terhadap dunia Islam mengalami kegoncangan dasyat dalam perekonomian.

Pasca serangan tersebut iblis George W. Bush yang saat itu menjabat sebagai Presiden AS mengatakan “This crusade, this war on terrorism, is going to take a long time.” Ini perang salib. Ini perang melawan terorisme yang akan memakan waktu lama.

Siapakah yang dimaksud oleh iblis Bush sebagai ‘terorisme’? ya, jawabannya tentu adalah kaum muslimin dan mujahidin yang menginginkan ditegakannya syariat Islam di muka bumi (Khilafah Islamiyah) dengan jalan jihad fi sabilillah melawan Amerika Serikat yang dijadikan tuhan, tempat berlindung oleh penguasa-penguasa negeri saat ini.

Mulai saat itulah aktivis-aktivis Islam yang berkeinginan menjadikan Al-Qur’an dan As Sunnah sebagai undang-undang ataupun aturan hidup bagi segenap manusia bukan saja hanya umat Islam, menjadi buruan utama rezim terlaknat AS dan sekutu-sekutunya dari kalangan penguasa murtad. Termasuk Indonesia dengan mengatasnamakan “perang melawan terorisme” yang sejatinya perang terhadap umat Islam, dengan membuat lembaga Anti-teror secara khusus.

Wallahu a’lam bish showab

oleh: Ibnu Subandi (al-mustaqbal.org)
 

Mohon maaf bukan kerana takut - Susilo


Seorang pekerja mencurahkan air untuk memadamkan api yang membakar ladang nenasnya di Tanah Putih, Rokan Hilir, wilayah Riau, Indonesia, kelmarin. - REUTERS
JAKARTA 27 Jun - Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono hari ini menjelaskan bahawa tindakannya yang memohon maaf kepada kerajaan Malaysia dan Singapura ekoran masalah jerebu, tidak bermaksud beliau takut dengan kedua-dua negara itu.
Menurut Susilo, beliau telah memantau perbincangan di dalam media sosial selepas tindakannya memohon maaf yang ada disalahtafsirkan sebagai takut kepada kedua-dua negara itu
Kata beliau, ada dalam kalangan rakyat tempatan yang menyangka tindakannya itu menunjukkan kerajaan lemah.
"Tidak ada negara berdaulat yang perlu takut dengan negara lain," tegasnya dalam satu sidang akhbar di Lapangan Terbang Halim Perdanakusuma di Jakarta Timur, hari ini.
Susilo turut mengingatkan rakyat Indonesia bahawa masalah jerebu mempunyai konteks yang jelas dan meminta rakyat tidak melibatkan isu lain.
"Saya tegaskan kepada anda (rakyat Indonesia) bahawa kedaulatan negara, integriti wilayah dan beberapa kepentingan nasional tidak boleh dikompromi," ujar beliau.
Dengan memberi contoh, Susilo berkata, terdapat perbincangan di media sosial yang cuba menghubungkan masalah jerebu dengan isu Ambalat.
Katanya, kerajaan dalam apa cara pun akan tetap berusaha mempertahankan wilayah itu.
Menurut Susilo, kerajaan Indonesia juga akan terus berusaha gigih melalui kaedah diplomatik untuk memastikan pekerja negara ini di Malaysia dilindungi dan menikmati hak, selain bebas daripada keganasan. - AGENSI


Artikel Penuh: http://www.utusan.com.my/utusan/Luar_Negara/20130628/lu_07/Mohon-maaf-bukan-kerana-takut---Susilo#ixzz2XSfJ4NYO
© Utusan Melayu (M) Bhd 

Kevin Rudd PM baharu Australia


Perdana Menteri Australia, Kevid Rudd (kiri), membacakan ikrar angkat sumpah di hadapan Gabenor Jeneral Quentin Bryce di Canberra, Australia, semalam. - AGENSI
CANBERRA 27 Jun - Kevin Rudd hari ini mengangkat sumpah sebagai Perdana Menteri Australia buat kali kedua, sehari selepas menyingkirkan Julia Gillard dan tiga bulan sebelum pilihan raya umum diadakan.
Rudd, 55, kembali menjadi pemimpin nombor satu negara ini selepas satu pengundian kepemimpinan parti pemerintah, Parti Buruh diadakan semalam, menyaksikan Gillard yang merupakan Perdana Menteri wanita pertama Australia tersungkur.
Ketika Parti Buruh berusaha untuk terus mempertahankan kuasa dalam pilihan raya umum akan datang, Rudd menggunakan ucapan pertamanya di Parlimen untuk mengakui arena politik sangat kejam.
''Penyertaan dalam dunia politik merupakan satu kehidupan yang sukar. Ada masanya ia baik namun sering kali tidak,'' katanya.
Beliau meminta semua ahli Parlimen 'lebih baik hati dan lembut antara satu sama lain ketika berhujah dalam Parlimen.
Beliau dalam pada itu turut memuji kepemimpinan Gillard.
''Melalui masa sukar sejak beberapa tahun sebagai sebuah kerajaan minoriti, bekas Perdana Menteri berjaya melakukan perubahan besar untuk membentuk masa depan negara,'' katanya.
Pelantikan semula Rudd akan menyaksikan beliau memimpin Parti Buruh dalam Pilihan Raya Umum dijadualkan pada 14 September ini yang menurut tinjauan pendapat, parti pembangkang pimpinan Tony Abbot akan menang besar.
Pada masa sama, Gillard turut mengumumkan persaraannya daripada bidang politik.
Enam menteri kanan meletak jawatan ekoran kekalahan Gillard dalam pengundian kepemimpinan parti itu termasuk penyokong kuatnya, Bendahari, Wayne Swan. - AFP


Artikel Penuh: http://www.utusan.com.my/utusan/Luar_Negara/20130628/lu_09/Kevin-Rudd-PM-baharu-Australia#ixzz2XSf7QjUi
© Utusan Melayu (M) Bhd 

Bangunan Parlimen Bulgaria dikepung


Penunjuk perasaan melaungkan slogan antikerajaan di semasa bantahan di luar bangunan Parlimen di Sofia, Bulgaria, kelmarin. - REUTERS
SOFIA 27 Jun - Bangunan Parlimen Bulgaria bukan sahaja dikepung oleh kira-kira 5,000 penunjuk perasaan, tetapi turut dibaling dengan telur dan buah tomato ketika protes antikerajaan masuk hari ke-13, semalam.
Walaupun pemimpin Bulgaria cuba meredakan ketegangan di negara termiskin dalam Kesatuan Eropah (EU) itu, penunjuk perasaan terus mengadakan bantahan pada waktu malam.
Mereka mengejek kerajaan Parti Sosialis dan meminta supaya dibubarkan, kurang sebulan parti itu memegang tampuk kuasa.
Kira-kira 1,000 penunjuk perasaan berkumpul di luar bangunan Parlimen di tengah Sofia pada waktu pagi sambil melaung-laungkan 'Mafia!' dan Letak Jawatan!' serta menghalang ahli-ahli Parlimen daripada memasuki bangunan.
Keadaan itu menyaksikan hanya 112 daripada 240 anggota Parlimen yang berani melalui kumpulan demonstrasi tersebut, sekali gus menyebabkan sesi Parlimen dibatalkan.
Timbalan Speaker dan ahli Parlimen daripada Parti Sosialis, Maya Manolova yang cuba berucap kepada peserta perhimpunan yang marah, terpaksa melarikan diri kerana cubaannya itu dihalang.
Sementara itu menurut polis, lebih 4,000 penunjuk perasaan menyertai perhimpunan berkenaan pada waktu malam dan mereka merancang untuk mengulangi tindakan itu, hari ini.
Hampir 10,000 penduduk mengadakan bantahan pada setiap malam sejak 14 Jun lalu selepas pelantikan kontroversi seorang ahli korporat media sebagai ketua agensi keselamatan yang berkuasa negara ini, tindakan yang membangkitkan kemarahan rakyat Bulgaria yang bosan dengan rasuah dan kroni.
Walaupun pelantikan itu dibatalkan dan Perdana Menteri, Plamen Oresharski memohon maaf, penunjuk perasaan terus mengadakan bantahan terhadap kerajaan dan khasnya ahli politik yang dilihat mudah terpengaruh dengan kepentingan korporat.
Protes besar-besaran menyaksikan kerajaan berhaluan kanan terdahulu pimpinan bekas Perdana Menteri, Boyko Borisov meletak jawatan pada Februari lalu dan memaksa pilihan raya diadakan pada Mei yang menyaksikan pemilihan pentadbiran daripada Parti Sosialis diketuai Oresharski, seorang non-partisan. - AFP


Artikel Penuh: http://www.utusan.com.my/utusan/Luar_Negara/20130628/lu_08/Bangunan-Parlimen-Bulgaria-dikepung#ixzz2XSeyv05t
© Utusan Melayu (M) Bhd 

Ketua militan Indonesia dihukum penjara 10 tahun


JAKARTA 28 Jun - Mahkamah Indonesia semalam menjatuhkan hukuman penjara selama 10 tahun ke atas seorang ketua militan yang mempunyai kaitan dengan kumpulan pengganas paling digeruni di Asia.
Badri Hartono mengetuai kumpulan ekstremis dikenali sebagai Al-Qaeda Indonesia dan didapati bersalah merekrut orang ramai untuk dihantar ke kem latihan pengganas.
Menurut kenyataan mahkamah, Badri turut didapati bersalah kerana memberi perlindungan kepada ketua rangkaian militan Jemaah Islamiah (JI), Noordin Mohammed Top pada 2009.
Selain itu, Badri turut bersalah kerana merancang untuk menyerang pasukan keselamatan negara ini. - AFP


Artikel Penuh: http://www.utusan.com.my/utusan/Luar_Negara/20130628/lu_01/Ketua-militan-Indonesia-dihukum-penjara-10-tahun#ixzz2XSeF2i8o
© Utusan Melayu (M) Bhd