Sunday, July 12, 2015

8 fakta ilmiah menakjubkan dalam solat

 Dicatat oleh ustazcyber di 10:33:00 PTG


Barangkali sebahagian dari umat Islam ada yang menganggap solat hanya sebatas kewajiban dan ibadah ritual kepada Allah subhanahu wata’ala. Sehingga banyak sekali dari Muslimin ketika imannya sedang turun yang menggap hal itu membosankan sampai-sampai meninggalkan solat dengan urusan duniawi semata. Namun, di balik itu semua kita pasti akan terkejut saat mengetahui fakta ilmiah yang sarat manfaat di balik gerakan dan bacaan itu. Pada Ramadhan 1436 Hijriyah ini, mari kita renungkan manfaat yang Allah berikan kepada kita melalui syari’at shalat lengkap dengan bersuci,

1. Solat mampu menyebuhkan rematik..Lagi Para ilmuwan dan juga para doktor mengungkapkan, salah satu cara untuk menyembuhkan rematik (khususnya pada tulang punggung) yang disebabkan ketidakseimbangan otot adalah dengan berolahraga. Berdasarkan saran para doktor Muslim, maka tidak ada solusi terbaik untuk menghindari rematik sejak dini, kecuali dengan melaksanakan solat 5 waktu secara konsisten. Menurut mereka, gerakan shalat adalah jenis gerakan terbaik yang mampu mengembalikan fungsi otot dengan baik.
Gerakan yang dimaksud adalah gerakan rukuk, berdiri tegak dan sujud. Tentu saja gerakan itu adalah gerakan yang thu’maninah (tidak tergesa-gesa) dan sebaiknya lebih lama. Gerakan yang dilakukan secara berulang tersebut merupakan terapi terbaik dan penyembuhan terhebat bagi siapapun yang menderita penyakit tulang dalam waktu yang cepat.

 2. Manfaat solat untuk kelancaran sistem peredaran darah dan terapi penyakit jantung.... Penelitian kedokteran mengungkapkan bahwa kasus tersumbatnya peredaran darah yang berimbas pada terhambatnya fungsi paru-paru dan kasus tersumbatnya peredaran darah di kaki bukanlah termasuk kasus yang dialami oleh kaum Muslimin yang disiplin melakukan shalat. Kasus ini umumnya banyak dialami oleh penderita dengan persentase 5 dari seribu orang non-Muslim pasca bedah. Mengapa, karena kajian kedokteran mengungkapkan bahwa gerakan ruku’ dan sujud dalam waktu yang lama mampu menstabilkan detak jantung kita, sehingga peredaran darah berjalan lancar serta meminimalisir tekanan darah tinggi secara akut di kepala. Maasyaa Allah berkah sekali, shalat ini bagi umat Muslim.

 3. Sholat merupakan gerak olahraga terbaik Beberapa tahun terakhir tersebar penyakit desk di kalangan penduduk Perancis dengan persentase 18 dari 20 orang karena duduk dalam waktu yang lama di perpustakaan. Lucunya, para dokter yang menganalisisnya malah merekomendasikan dan menyimpulkan bahwa shalat dalam agama Islam adalah solusi terbaik untuk terapi penyakit desk. Mengapa demikian? Ternyatam diketahui secara medis bahwa dengan disiplin melakukan shalat setiap waktunya plus shalat malam, berdampak pada perubahan pada gerak otot.

 Hal ini mampu membangkitkan semangat baru pada tubuh, mengikis timbunan lemak di sekitar perut dan paha dan memperlambat efek-efek penuaan pada tubuh. Bahkan, konsistensi shalat pun mampu menjaga bentuk ideal tubuh dan gerakannya, serta mempercepat munculnya vitalitas tubuh secara non stop 24 jam setiap harinya. Dengan demikian, shalat adalah latihan yang paling mudah dan cocok dijadikan sebagai olah tubuh dalam menjaga kesehatan tubuh.

 4. Manfaat wudhu dalam terapi penyakit kanker kulit Berbagai kajian yang berhubungan dengan faktor pemicu kanker kulit mengungkapkan bahwa faktor yang mendominasi munculnya kanker kulit adalah karena kulit banyak menyerap zat kimiawi, dan solusi terbaik untuk mencegahnya adalah dengan menghilangkannya dengan membersihkannya secara berulang kali. Selain itu, keringat dan lemak yang keluar dari pori-pori tubuh dan bercampur dengan debu pada umumnya mengandung zat kimiawi dan bakteri berbahaya. Jadi masih meragukan manfaat wudhu? Yang dengannya kulit kita yang paling sering berinteraksi langsung dengan debu dibersihkan secara rutin.

 5. Manfaat istinsyaaq Istinsyaaq adalah membersihkan lubang hidung dengan cara menyedot air pada lubang hidung lalu menyemburkannya kembali. Sekelompok peneliti dari Fakultas Kedokteran di Iskandariyah Mesir, bekerja sama dengan kelompok peneliti kesehatan dan obat-obatan melakukan penelitian untuk mengungkap hubungan antara ilmu pengetahuan dan aktivitas berwudhu. Hasil yang diperoleh adalah hidung bagian dalam yang tidak dibasuh umumnya berwarna pucat, berminyak, serat penuh debu dan kotoran. Di bagian bulu hidung umumnya rentan dihinggapi debu dan kotoran. Otomasis hidung yang kotor tersebut ditemukan kumpulan mikroba dan bakteri. Padahal penyakit banyak tersebar melalui pernafasan, mulai dari influenza, radang paru-paru, kelumpuhan dan penyakit lainnya. Jadi, istinsyaaq merupakan solusi dan terapi terbaik karena dilakukan berulang-ulang ketika akan shalat. 5. Shalat mampu mengurangi kekhawatiran dalam diri Berbagai kajian psikologi modern mengungkapkan bahwa semua motivasi dan daya rasa manusia sangat terkait erat dengan perubahan zat kimia dalam otak. Meningkatnya adrenalin dalam tubuh sebanding dengan peningkatan kekhawatiran dalam diri seseorang. Selanjutnya hal tersebut akan berpengaruh pada meningkatnya detak jantung akibat tekanan darah menuju jantung. Selain itu, syaraf menjadi menjauh dari sistem pencernaan sehingga prosesnya terganggu.

Kadar gula pada hati semakin menumpuk dan persentasenya meningkat dalam aliran darah. Jika semuanya itu terus terjadi, maka permasalahan pada tubuh dan akhirnya otak pun terjadi. Berbagai gejolak pemikiran dan penyimpangan perilaku ini menjadi imbas pengaruh buruk tersebut. Dalam harian surat kabar London West diungkapkan bahwa selama 10 tahun, Eropa mengadakan penelitian komparasi antara mereka yang selalu disiplin melakukan ritual ibadah dengan mereka yang tidak pernah sama sekali. kesimpulan yang mereka dapatkan adalah bahwa persentase penderita tekanan darah tinggi, penyakit jantung, depresi dan stress tidak begitu banyak menyerang mereka yang konsisten dengan ritual ibadahnya. Subanallah.. Dengan shalat yang khusyu’ dapat dipastikan kekhawatiran dalam diri akan hilang. Maka benarlah apa yang disabdakan Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam, “Istirahatkanlah diri kami dengan shalat wahai Bilal”. Demikianlah ajakan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam agar Bilal radhiallahu ‘anhu mengumandangkan adzan agar Beliau dan sahabat melakukan shalat untuk bermunajat dan menenangkan hati kepada-Nya.

6. Manfaat sujud dari segi substansi kesehatan Pengulangan sujud dalam shalat setiap harinya minimal dilakukan 34 kali. Bilangan tersebut dianggan bilangan yang tepat untuk meningkatkan aktivitas otot dan saraf tubuh serja menjaga keseimbangan antar sendi, khususnya tangan, paha. lutut dan kaki. Dengan aktivitas sujud juga, peredaran darah dalam tubuh bisa berjalan dan bergerak dengan mudah dari atas ke bawah. Selain itu meningkatnya lipatan tangan mampu melancarkan peredaran darah dari atas pergelangan ke bawah hingga mampu mencegah infeksi yang umumnya menyerang pergelangan tangan.

7. Manfaat Kekhusyu’an dalam Sholat William Molton Marstein, seorang ahli psikolog pada majalah Reader Digest mengungkapkan bahwa bahwa kemampuan untuk memusatkan pikiran biasa dialami oleh setiap individu dalam kehidupannya. Misal, seorang pemimpin akan memusatkan pikirannya dalam menghadapi masalah. Hal yang dapat menurunkan kemampuan memusatkan pikiran dan bahkan merusaknya adalah penyimpangan dan terlalu sibuk dalam menuruti hawa nafsu. William juga mengungkapkan bahwa akal merupakan alat yang mengagumkan dan memiliki kemampuan yang sangat hebat jika difokuskan pada suatu titik. Berkaitan dengan itu di Amerika dilakukan latihan berbicara kepada suatu obyek dengan menghadirkan hati dalam setiap kalimat yang diucapkannya dengan tujuan meningkatkan semangat dan kekuatan untuk berkeinginan dalam beraktivitas. Jika saja mereka tahu tentang sholatnya kaum Muslim. Dan harap dicatat, obyek yang dituju dalam shalat adalah Dzat Yang Maha Agung, tentu saja kekuatan yang didapatkan sangat jauh lebih hebat. Allahu akbar…. Akhir-akhir ini, muncul kontroversi hukum haram terhadap yoga. Banyak pro dan kontra atas isu tersebut. Jika kita mengacu pada manfaat kekhusyukan dalam shalat serta temuan bahwa shalat mampu menghilangkan kekhawatiran dalam diri dengan menuju kepada Allah, Dzat Yang Maha Agung, lalu kenapa kita malah memalingkan diri dari shalat yang merupakan manifestasi yang dahsyat dan malah memilih melakukan meditasi yoga yang tidak bernilai ibadah? Sungguh tidak perlu diperdebatkan dengan menguras nalar. Maka benarlah firman Allah, “Sesungguhnya sungguh beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam sholatnya.” (QS Al-Mu’minuun: 1-2)

8. Kedhasyatan shalat tahajud dan subuh (yang tepat waktu) Melalui berbagai penelitian, percobaan dan kajian, sebuah fakta ilmiah mengungkapkan bahwa seseorang yang tidurnya dalam waktu yang sangat lama akan sangat mudah terserang penyakit jantung. Hal ini dikarenakan lemak yang ada dalam darah menempel pada dinding syaraf di sekitar jantung. Para ulama dan ilmuwan modern banyak menganjurkan agar setiap manusia bangun dari tidurnya setelah 4 jam, kemudian melakukan gerakan tubuh ataupun melakukan kegiatan yang membutuhkan otot selama 1/4 jam. Hal ini berguna untuk menghindari bahaya serangan jantung dan menjaga vitalitas tubuh, khususnya jantung karena menghindarinya dari timbunan lemak. Jadi ajaran Islam telah mendahului temuan modern dalam mengungkapkan fenomena di atas untuk kemudian menyarankan suatu manajemen kesehatan tubuh yang sangat baik dan indah sobat, yakni dengan menganjurkan setiap individu untuk bisa bangun melakukan shalat tahajud pada 1/3 malam terakhir dan dilanjutkan dengan shalat subuh. Diriwayatkan Ali radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Dalam surga terdapat suatu ruangan yang dari luar bisa terlihat dalamnya dan dari dalam bisa dilihat luarnya”. Lalu seorang Arab bertanya.” Diperuntukkan untuk siapakah tempat itu, wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab, ” Bagi siapa saja yang memiliki ucapan yang baik, memberikan makan kepada orang yang membutuhkan, konsisten melaksanakan puasa dan melaksanakan shalat demi mengharapkan ridha-Nya ketika orang lain sedang tertidur.” (HR Ahmad) Maka perlu juga kita renungkan salah satu tambahan kalimat dalam adzan sholat subuh, “Ash-shalaatu Khairun minan naum”, “Melakukan sholat subuh tepat waktu” adalah lebih baik daripada tidur. Ianya menyegarkan dan memberi kita kesempatan menghirup udara lebih segar di saat organ tubuh kita baru beroperasi setelah diistirahatkan dengan tidur. Alhamdulillah. Semoga bermanfaat dan kita praktikkan di bulan nan mulia ini, sehingga menambah keimanan kita kepada Allah subhanahu wata’ala. (adibahasan/arrahmah.com) TOPIK: MANFAAT SHALAT, RAMADHAN - See more at: http://www.arrahmah.com/news/2015/07/03/maasyaa-allah-ini-8-fakta-ilmiah-menakjubkan-dalam-shalat.html#sthash.RN6a5iuO.dpuf

Copy and WIN : http://ow.ly/KNICZ

Subhanallah..ini betul-betul Billionair fakir

 Dicatat oleh ustazcyber di 7:33:00 PG

RIYADH – Jarang rasanya kita mendengar konglomerat skala dunia bersaing dengan muazin. Apalagi konglomerat yang selalu mengutamakan solat berjama’ah di masjid dan hidup dalam kezuhudan sebagaimana diteladankan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, rasanya jarang sekali bukan? Alhamdulillah, di Ramadhan 1436 Hijriyah ini, Arrahmah menyajikan profil seorang konglomerat asal Kerajaan Arab Saudi (KSA) bernama Sulaiman Ar-Rajhi. Semoga profil beliau yang dipublikasikan Dar-AlHijrah pada Jum’at (2/7/2015) ini dapat dijadikan sebagai model oleh Anda yang bercita-cita menjadi pengusaha Muslim yang profesional dunia dan akhirat. Bismillah. Mengenai Sulaiman Ar-Rajhi, majalah Forbes menyebutkan bahwa, kakayaannya mencapai 5,9 milion dollar AS. Sebagai orang terkaya no.120 di dunia, beliau tetap tampil dengan sederhana, berpakaian jubah putih bersih yang jauh dari kesan glamor dan berlebihan....lagi Beliau memulai usaha dari NOL.

 Kkehidupan masa kecilnya sangat susah hingga ia pernah bekerja menjadi kuli panggul dan menjual kayu bakar di masa kanak-kanaknya. Tetapi dengan ketekunan, hemat dan kerja keras serta tawakkalnya kepada Allah subhanahu wata’ala, akhirnya beliau dan saudaranya memiliki “Kerajaan Bisnis Raksasa” di KSA. Salah satunya adalah Bank Ar-Rajhi; Bank syariah terbesar di Dunia yang ATM-nya tersebar menjamur dan cabangnya terdapat nyaris di semua distrik KSA. Beliau dikabarkan sangat-sangat dermawan. Yayasan Amal “raksasa” yang ia miliki bahkan menyalurkan donasinya ke berbagai negara –sebelum dilarang pasca 11 septmber 2002- sulit menghitung waqaf beliau dan jumlah masjid yang telah dibangunnya. Donasinya untuk berbagai amal dakwah dan penyebaran ilmu pun sudah tak hingga. Kunci kesuksesan beliau teryata dengan, “Tidak meletakkan kekayaan di hatinya”. Bahkan di masa tuanya, kini beliau telah membagi sekitar 6,7 trilyun hartanya kepada ahli waris dan kerabatnya, serta fakir miskin. Hingga ia diibaratkan hanya memilih “pakaian yang melekat di badan”, sementara asset bisnisnya dikelola para professional yang hasilnya untuk amal sosial dakwah Islam saja.

 Sulaiman Ar-Rajhi menyadari bahwa dirinya, “Lahir tanpa membawa apa-apa dan siap tidak tergantung pada harta sebelum meninggal.” Dari tetangga dan orang yang tinggal di lingkungannya disampaikan bahwa, “Konglomerat kelas kakap ini selalu termasuk orang-orang yang datang paling awal ke masjid untuk sholat 5 waktu berjamaah, sehingga jika muadzin masjid telat sedikit maka sang konglomeratlah yang adzan. Bandingkan dengan konglomerat lainnya!!” Gambar..Masjid Aisyah Ar-Rajhi Diantara masjid yang dibangunnya adalah Masjid Ar-Rajhi di distrik Rabwah, masjid ini terbesar ketiga setelah Masjidil Haram Mekah dan Madinah. Masjid itu dapat menampung 18 ribu jamaah sholat. Di dalamnya terdapat berbagai sarana pelayanan masyarakat seperti pusat pemandian dan pengurusan jenazah terbesar di Riyadh, auditorium untuk seminar dan ceramah agama, perpustakaan berisi 40 ribu jenis buku (bukan judul ya…, red.). Disana juga ada tempat tinggal bagi para penuntut ilmu yang datang dari luar kota untuk mengikuti berbagai kajian Islam, menyediakan air zamzam sebagai minuman jamaah dengan kuota 400 galon perminggu, dsb. Selain itu, saat sholat jum’at di lantai dasar, di lokasi yang dikhususkan untuk sholat jum’at orang asing, khutbah langsung diterjemahkan ke berbagai bahasa ; termasuk bahasa isyarat untuk jamaah yang tuna rungu dan tentu saja…bahasa Indonesia. Menurut informasi dalam Wikipedia, beliau saat ini hanya meminta jatah untuk makan sehari-hari saja dari usahanya, sampai beliau wafat.

 Setelah meninggal, maka jatah itu dihapus dan semua hartanya itu menjadi waqaf. Maasyaa Allah. Semoga Allah ta’ala merahmati beliau, menerima amalnya, mengampuni kesalahan dan dosanya dan kita semua. (adibahasan/arrahmah.com)

Subhanallah..Perlumbaan yang hebat di bulan Ramadhan yang sepatutnya kita ikut serta

Dicatat oleh ustazcyber di 7:31:00 PG

LAGOS – Umat Islam di Nigeria ramai yang tengah berlomba-lomba untuk mengkhatamkan bacaan Al-Qur’an sebanyak mungkin sebelum bulan Ramadhan ini berakhir. Ramai orangtua yang mendorong anaknya untuk menghafal Al-Qur’an, diantaranya ada yang menjanjikan hadiah untuk anak-anak mereka, lapor OnIslam pada Khamis (2/7/2015). “Di keluarga saya, kerana saya dan isteri saya sama-sama bekerja, kami menantang diri kami untuk melihat siapa yang membaca Al-Qur’an berapa kali di bulan suci ini,” kata Hassan Abubakar, seorang pegawai bank dan ayah dari dua orang anak, kepada OnIslam....lagi “Tahun lalu, dia mengalahkan saya dengan membacanya sebanyak tiga kali sementara Saya hanya membacanya satu kali dan kemudian yang lain setengahnya. Tetapi Saya bertekad untuk tidak mengalah padanya tahun ini,” katanya. Sementara bagi Ibrahim Eshinlokun, seorang insinyur awam, ia mendorong anaknya untuk menghafalkan ayat suci Al-Qur’an sebanyak mungkin mereka mampu, dengan menjanjikan hadiah bagi siapa yang paling banyak menghafal “Saya memiliki tiga anak, dua laki-laki dan satu perempuan.

Semuanya boleh membaca Al-Qur’an, Maa Syaa Allah. Tetapi kami memberi mereka tugas dalam memanfaatkan bulan ini untuk menghafal kitab suci ini. Ada hadiah bagi siapa saja yang terbaik di antara mereka memperoleh sebuah bintang penghargaan,” kata Eshinlokun kepada OnIslam. Enshinkolun mengatakan bahwa ia juga turut menghafal Al-Qur’an. “Saya tidak hanya membiarkan mereka melakukan ini. Saya juga ambil bahagian.

 Kami memiliki target untuk menghafal Al-Qur’an antara 10 hingga 20 surah. Saya harus akui Saya tidak pandai menghafal begitu baik meskipun Saya berusaha untuk tidak kalah,” katanya. Tidak hanya di Nigeria, umat Islam di seluruh dunia berlomba-lomba dalam membaca Al-Qur’an sebanyak mungkin mereka mampu selama bulan suci Ramadhan, kerana di bulan suci ini Al-Qur’an diturunkan oleh Allah Ta’ala kepada Rasul-Nya dan pahala membaca Al-Qur’an di bulan ini dilipatgandakan lebih banyak dari bulan-bulan selainnya. (Arrahmah.com)


Doa untuk dibaca pada Malam Lailatul Qadar

Dicatat oleh ustazcyber di 6:00:00 PTG
Oleh: Badrul Tamam VOI

 Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya. Lailatul Qadar (malam kemuliaan) adalah waktu mustajabah. Dianjurkan membanyak doa pada malam yang agung itu. Yaitu doa yang mengandung kebaikan dunia dan akhirat. Khususnya doa istimewa yang diajarkan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam kepada Ummul Mukminin 'Aisyah Radhiyallahu 'Anha. Yaitu saat 'Aisyah bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana menurutmu jika aku mendapatkan Lailatul Qadar, apa yang harus aku baca?” kemudian Beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam menjawab, “Ucapkanlah:

اللَّهُمَّ إنَّك عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي “

Ya Allah, sesungguhnya Engkau Mahapemaaf dan senang memaafkan, maka maafkanlah kesalahanku.” (HR. al-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad. Imam al-Tirmidzi dan al-Hakim menshahihkannya) 


Kerananya, jangan lupakan doa ini di malam Lailatul Qadar....lagi Nama Allah "Al-'Afuww" (Mahapemaaf) Nama Allah "Al-'Afuww" disebutkan lima kali dalam Al-Qur'an. Pertama, disebutkan bersama nama-Nya "Al-Qadir".

  إِنْ تُبْدُوا خَيْرًا أَوْ تُخْفُوهُ أَوْ تَعْفُوا عَنْ سُوءٍ فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ عَفُوًّا قَدِيرًا 

“Jika kamu menyatakan sesuatu kebaikan atau menyembunyikan atau memaafkan sesuatu kesalahan (orang lain), maka sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Kuasa.” (QS. Al-Nisa': 149)

 terkadang seseorang memaafkan kesalahan orang lain karena dia tidak mampu membalas atas keburukannya. Namun Allah Subhanahu wa Ta'ala menyebutkan, Dia memaafkan, padahal Dia kuasa membalas keburukan (dosa) hamba. Maka ini adalah pemberian maaf yang sebenarnya dan sangat istimewa. Kedua, penyebutan nama al-'Afuww yang lainnya digandeng dengan nama-Nya Al-Ghafur.

إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَفُوًّا غَفُورًا  
“Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Nisa': 43)


 فَأُولَئِكَ عَسَى اللَّهُ أَنْ يَعْفُوَ عَنْهُمْ وَكَانَ اللَّهُ عَفُوًّا غَفُورًا 

“Mereka itu, mudah-mudahan Allah memaafkannya.  Dan adalah Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Nisa': 99) 


Ayat-ayat yang menyebutkan nama Allah "Al-'Afuww" yang memiliki sifat pemberi maaf, sesungguhnya menunjukkan bahwa Allah senantiasa dikenal bersifat pemaaf. Senantiasa mengampuni dan memberi maaf kepada hamba-hamba-Nya, walau mereka sering berdosa kepada-Nya. Mereka sangat berhajat kepada maaf-Nya sebagaimana mereka berhajat kepada rahmat dan kemurahan-Nya. Bahkan bisa dikatakan, kebutuhan mereka kepada maaf Allah lebih daripada kebutuhan mereka kepada makan dan minum. Kenapa? Karena kalau tidak memberikan maaf kepada penduduk bumi, niscaya hancur dan binasalah mereka semua dengan dosa-dosa mereka. Sifat maaf Allah adalah maaf yang lengkap, lebih luas dari dosa-dosa yang dilakukan hamba-Nya. Apalagi kalau mereka datang dengan istighfar, taubat, iman, dan amal-amal shalih yang menjadi sarana untuk mendapatkan maaf Allah. Sesungguhnya tidak ada yang bisa menerima taubat para hamba dan memaafkan kesalahan mereka dengan sempurna kecuali Allah Subhanahu wa Ta'ala. . . . Allah senantiasa dikenal bersifat pemaaf. Senantiasa mengampuni dan memberi maaf kepada hamba-hamba-Nya, walau mereka sering berdosa kepada-Nya. . . Makna Nama Allah "Al-‘Afuww" Kalimat 'afaa, secara bahasa –sebagaimana yang disebutkan dalam kamus- memiliki dua makna: Pertama, memberi dengan penuh kerelaan. Ini seperti kalimat, "A'thaituhu min maali 'afwan", maknanya: aku beri dia sebagian dari hartaku yang berharga dengan penuh kerelaan tanpa diminta. Ini seperti firman Allah Ta'ala:


وَيَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنْفِقُونَ قُلِ الْعَفْوَ "Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: "Yang lebih dari keperluan"." (QS. Al-Baqarah: 219) 


sehingga itu dikeluarkan dengan penuh keridhaan. Wallahu a'lam. Kedua, al-izalah (menghilangkan/menghapus). Seperti kalimat, "'Afatir riihu al-atsara" artinya: angin telah menghilangkan/menghapus jejak. Contoh nyata terdapat dalam catatan sirah nabawiyah (sejarah perjalanan hidup Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam) tentang perjalanan hijrah: Saat beliau bersembunyi di goa Tsur bersama Abu Bakar, adalah Asma' binti Abu Bakar membawakan makanan untuk keduanya. Maka terdapat dalam catatan:

فأمر غلامه أن يعفوآثار أقدام أسماء حتى لا يعرف الكفار طريق النبي “Maka ia memerintahkan budaknya agar menghilangkan/menghapus jejak kaki Asma' sehingga orang-orang kafir tidak tahu jalur yang ditempuh oleh Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam.

” Maka ada tiga kandungan dalam nama Allah "Al-'Afuww' ini: Menghilangkan dan menghapuskan, lalu ridha, kemudian memberi. Maka Allah Subhanahu wa Ta'ala menghilangkan, menghapuskan dosa-dosa hamba-Nya dan bekas dosa tersebut. Lalu Allah meridhai mereka. Kemudian sesudah meridhai, Dia memberi yang terbaik (maaf) tanpa mereka memintanya. . . . Mau memperoleh lailatul qadar, jadilah pemaaf. . . Mewujudkan maaf ini seorang hamba diperintahkan untuk memiliki sifat pemaaf. Tidak membalas keburukan orang lain terhadap dirinya dengan keburukan serupa, apalagi dengan keburukan yang lebih besar. Tapi ia sabar-sabarkan diri dari marah atas sikap buruk orang lain terhadap dirinya, lalu ia maafkan kesalahan-kesalahan mereka, dan ia balas keburukan dengan kebaikan. [Baca: Ramadhan Mendidik Menjadi Pemaaf] Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

 وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ “Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka Barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah.  Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang lalim.” (QS. Al-Syuura: 40)

 Maksud “maka Pahalanya atas Allah”: Allah tidak akan menyia-nyiakan sikapnya itu di sisi-Nya. Tetapi Allah akan memberikan pahala yang besar dan balasan baik yang setimpal. Disebutkan dalam hadits shahih Muslim, "Tidaklah Allah menambah kepada hamba melalui maaf yang ia berikan kecuali kemuliaan." Wallahu Ta'ala A'lam. [PurWD/voa-islam.com]


Jom pi mekah

http://www.shutterksa.com/panorama/YemeniCorner/
http://shutterksa.com/panorama/MAKKAHPanorama/
http://shutterksa.com/panorama/Almadinah/FronttheProphetMuhammad/
http://www.shutterksa.com/panorama/RoofOfKaaba/

http://shutterksa.com/panorama/Makkah/AreaofProphetIsmail/

Mendengar ayat Qur'an pria ini pingsan, lalu meninggal dunia


Selasa, 20 Ramadhan 1436 H / 7 Juli 2015 15:00
Mendengar ayat Qur'an pria ini pingsan, lalu meninggal dunia
Mushaf Al Quran Al Karim

(Arrahmah.com) – Manshur bin Ammar melihat seorang pemuda sedang melaksanakan shalat seperti shalatnya orang-orang yang takut, lalu ia memanggil pemuda tersebut, “Hai anak muda! Apakah engkau pernah membaca firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim: 6)
Tatkala ia mendengar ayat ini, maka ia langsung jatuh pingsan. Ketika telah siuman ia berkata, “Berilah aku tambahan lagi.” Lantas Manshur berkata, “Bukankah engkau tahu bahwa di Neraka Jahannam terdapat jurang yang disebut api yang bergejolak yang mengelupaskan kulit kepala, yang memanggil orang yang membelakangi dan yang berpaling (dari agama).” Maka, ia pun tidak mampu memikul nasihat ini, lalu ia jatuh dan meninggal dunia.
Selanjutnya dadanya dibuka. Ternyata ditemukan dadanya bertuliskan, “Sesungguhnya dia berada dalam kehidupan yang diridhai, dalam surga yang tinggi, buah-buahannya dekat.”
Manshur melanjutkan ceritanya, “Lalu saya tidur sambil memikirkan kondisi pemuda tersebut. Di dalam tidur, saya melihatnya sedang berjalan dengan lagak yang bagus di dalam surga. Di atas kepalanya terdapat mahkota kehormatan. Kemudian saya bertanya kepadanya, “Dengan apa engkau dapat memperoleh derajat seperti ini?” lalu ia berkata kepadaku, “Bukankah engkau pernah membaca firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu di dalam taman-taman dan sungai-sungai, di tempat yang disenangi di sisi Tuhan Yang Berkuasa.” (QS. Al-Qamar: 54-55)
Wahai Ibnu Ammar! Sungguh, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan kepadaku pahala pasukan Badr, bahkan lebih banyak lagi. Lalu saya bertanya kepadanya, “Mengapa bisa seperti itu?” Ia menjawab, “Karena pasukan Badr gugur dengan pedang orang-orang kafir. Sedangkan saya meninggal dunia dengan pedang Dzat Yang Maha Merajai dan Maha Perkasa, yaitu Alquran Al-Karim.”
Dihikayatkan dari Masruq radhiyallahu ‘anhu bahwa ia pernah mendengar seseorang sedang membaca ayat berikut:
(Ingatlah) hari (ketika) Kami mengumpulkan orang-orang yang takwa kepada (Allah Subhanahu wa Ta’ala) Yang Maha Pengasih sebagai perutusan yang terhormat, dan Kami akan menghalau orang-orang yang durhaka ke neraka Jahannam dalam keadaan dahaga.” (QS. Maryam: 85-86)
Lantas ia bergetar, menangis, dan berkata kepada orang yang membaca ayat tersebut, “Ulangi lagi untukku!” Maka, ia pun terus-menerus mengulangi ayat tersebut, sementara Marsuq menangis sehingga ia jatuh dan meninggal dunia. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmatinya. Ia termasuk orang-orang yang meninggal dunia lantara Alquran.
Manshur bin Ammar berkata, “Saya memasuki kota Kufah. Pada saat saya sedang berjalan di kegelapan malam, tiba-tiba saya mendengar tangisan seseorang dengan suara yang penuh gelisah dari dalam rumah. Orang tersebut berkata, “Wahai Rabbku! Demi kemuliaan dan keagungan-Mu, saya tidak bermaksud menentang-Mu dengan berbuat maksiat kepada-Mu. Akan tetapi, saya berbuat maksiat karena kebodohanku. Lantas sekarang siapa lagi yang dapat menyelamatkanku dari siksa-Mu? Dengan tali siapa saya berpegang teguh jika Engkau memutus tali-Mu dari diriku. Aduh alangkah banyak dosaku.. Aduh tolonglah… Ya Allah!” Manshur bin Ammar berkata,
“Ucapan orang tersebut membuatku menangis, lalu saya berhenti dan membaca ayat berikut:
Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.’ (QS. At-Tahrim: 6)
Tiba-tiba saya mendengar teriakan keras dan gemetar lelaki tersebut. Saya pun berhenti hingga suara lelaki itu pun terputus dan saya pun berlalu. Di pagi harinya saya mendatangi rumah lelaki tersebut, ternyata saya mendapatinya telah meninggal dunia dan orang-orang sedang merawat jenazahnya. Di sana terlihat seorang nenek yang sedang menangis, lalu saya menanyakan tentang siapakah perempuan tua tersebut. Ternyata ia adalah ibunya, kemudian saya menghampirinya dan saya bertanya mengenai tingkah laku anaknya, lalu perempuan tua tersebut menjawab, “Dia berpuasa di siang hari, beribadah di malam hari, dan bekerja mencari rezeki yang halal. Lalu ia membagi tiga hasil dari kerjanya. Sepertiga untuk dirinya sendiri, sepertiga lagi untuk membiayaiku, dan sepertiga lainnya ia sedekahkan. Tadi malam ada seseorang melewatinya sambil membaca suatu ayat, ia pun mendengar ayat tersebut lalu meninggal dunia.”
Diriwayatkan bahwa Mudhar ia adalah seorang qari sedang membaca ayat ini:
(Allah berfirman): “Inilah kitab (catatan) Kami yang menuturkan kepadamu dengan sebenar-benarnya.” (QS. Al-Jatsiyah: 29)
Lantas Abdul Wahid bin Zaid menangis ketika mendengar ayat tersebut sampai pingsan. Ketika telah siuman, ia berkata, “Demi kemuliaan-Mu dan keagungan-Mu saya tidak akan berbuat maksiat kepada-Mu dengan segenap kemampuanku untuk selamanya. Oleh karena itu, berilah saya pertolongan untuk melakukan ketaatan kepada-Mu dengan pertolongan-Mu.”
Kemudian ia mendengar seseorang membaca ayat berikut:
Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Rabbmu dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya.” (QS. Al-Fajr: 27-28)
Lalu ia meminta agar si pembaca ayat tersebut mengulangi kembali dan bertanya, “Berapa kali saya mengucapkan irji’i.” Ia pun pingsan lantaran takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan siksa-Nya. Ia bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan memperbaiki diri setelah itu. Maha benar AllahSubhanahu wa Ta’ala yang telah berfirman:
Sekiranya Kami turunkan Alquran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah.” (QS. Al-Hayr: 21)
Zirarah bin Auf menjadi iman bagi orang banyak saat shalat Subuh. Tatkala ia membaca ayat:
Maka apabila sangkakala ditiup, maka itulah hari yang serba sulit.” (QS. Al-Muddatstsir: 8)
Maka, ia terjatuh dalam keadaan telah meninggal dunia. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’alamerahmatinya.
Dan ketika firman Allah Subhanahu wa Ta’ala berikut ini telah diturunkan:
Dan sungguh, Jahannam itu benar-benar (tempat) yang telah dijanjikan untuk mereka (pengikut setan) semuanya.” (QS. Al-Hijr: 43)
Maka, Salman Al-Farisi radhiallahu ‘anhu menjerit satu jeritan, lalu ia meletakkan tangan di atas kepalanya dan pergi tak tentu arah selama tiga hari.
Sumber: Hiburan Orang-orang Shalih, 101 Kisah Segar, Nyata dan Penuh Hikmah, Pustaka Arafah Cetakan 1
(kisahmuslim/arrahmah.com)
- See more at: http://www.arrahmah.com/kajian-islam/mendengar-ayat-quran-pria-ini-pingsan-lalu-meninggal-dunia.html#sthash.D1JffII3.dpuf

Tausiyah menggugah dari Syaikh Abdullah Al-Muhaisini terkait tertundanya kemenangan


Senin, 2 Safar 1436 H / 24 November 2014 21:00
Tausiyah menggugah dari Syaikh Abdullah Al-Muhaisini terkait tertundanya kemenangan
Ulama Mujahidin Syaikh Dr. Abdullah bin Muhammad Al-Muhaisin
 
(Arrahmah.com) – Syaikh Abdullah Al Muhaisini telah menyampaikan sebuah tausiyah yang begitu menggugah berjudul “Mengapa Kemenangan Tertunda?”. Dalam tausiyah yang diterjemahkan oleh Tim Muqawamah Media pada Senin (24/11/2014) ini, Syaikh Al Muhaysini menyampaikan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjanjikan sebuah kemenangan kepada kita umat Islam dan bahwa Allah tidak akan menyelisihi janji-Nya.
Syaikh Al Muhaysini memaparkan bahwa kemenangan yang dinanti-nanti ini dengan izin Allah bisa kita raih apabila persyaratan untuk meraihnya telah kita penuhi. Selain itu, Syaikh juga menyampaikan beberapa sebab tertundanya kemenangan, diantaranya ialah karena kita tidak mampu memenuhi persyaratannya disebabkan dosa yang kita lakukan dan perpecahan yang ada pada diri kita.
Selanjutnya Syaikh Al Muhaisini menjabarkan sejumlah kemungkinan sebab lain tertundanya kemenangan ini. Namun demikian, menurut Syaikh, meski kemenangan tertunda dan kekuatan musuh mengungguli kita, pantang bagi kita untuk menyerah. Beliau menegaskan bahwa apabila kita terbunuh dalam jihad, maka itu adalah keuntungan yang besar, dan apabila kita menang dan mampu menyebarkan syariat, maka itulah tujuan kita berjuang.
Syaikh Al Muhaisini juga menyatakan bahwa apabila umat ini belum mampu mewujudkan faktor-faktor kemenangan, maka yang harus kita lakukan ialah tetap bersikap sesuai syar’i dan tidak meninggalkan jihad di jalan Allah. Berikut ini merupakan tausiyah lengkap Syaikh Al Muhaysini tersebut.

MENGAPA KEMENANGAN TERTUNDA?
Oleh: Dr. Abdullah Al Muhaisini
Ketika kita ingin menjawab pertanyaan penting yang telah menyusup ke dalam hati banyak orang, maka kita harus menetapkan sebuah ketentuan baku umat Islam, yaitu bahwa kemenangan datangnya dari Allah, Allah telah menjanjikan kepada kita sebuah kemenangan dan Allah tidak akan menyelisihi janjinya, Allah Jalla wa Ala berfirman:
وَكَانَ حَقًّا عَلَيۡنَا نَصۡرُ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ
“…dan Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman.” [Qs. Ar Ruum: 47]
إِنَّا لَنَنصُرُ رُسُلَنَا وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ فِي ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَيَوۡمَ يَقُومُ ٱلۡأَشۡهَٰدُ ٥١
“Sesungguhnya Kami menolong Rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat).” [Qs. Ghafir: 51]
إِن تَنصُرُواْ ٱللَّهَ يَنصُرۡكُمۡ
“…jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” [Qs. Muhammad: 7]
وَلَيَنصُرَنَّ ٱللَّهُ مَن يَنصُرُهُۥٓۚ
“…Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya…” [Qs. Al Hajj: 40]
Dan masih banyak lagi ayat-ayat lain mengenai hal ini, maka pertanyaannya adalah mengapa kemenangan tertunda?
Jawaban: Sesungguhnya Allah menjanjikan kemenangan kepada kita, dan Allah memberikan persyaratan untuk mendapatkannya, yang kapan saja kita berhasil memenuhi persyaratan tersebut, Allah akan menolong kita. Ada beberapa sebab tertundanya kemenangan yang sebagian orang tidak menyadarinya, kemenangan bisa saja tertunda karena kita tidak mampu memenuhi persyaratannya disebabkan dosa kita dan perpecahan yang ada pada kita, mungkin juga ia tertunda agar semua orang dapat mempersiapkan apa yang terpampang setelah kemenangan, yaitu penerapan hukum berdasarkan Kitab Allah, mungkin juga kemenangan tertunda karena Allah ingin memberikan ujian kepada para mujahidin untuk membedakan unsur yang ada di dalam barisannya, untuk mengukuhkan eksistensi orang-orang yang benar dan untuk menggugurkan eksistensi orang-orang yang hina.
وَلِيُمَحِّصَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ
“dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka)..” [Qs. Ali Imran: 141]
Kemenangan juga mungkin saja tertunda karena Allah ingin mengambil beberapa orang di antara kita sebagai syuhada’, sedangkan apakah ada kehormatan yang lebih agung selain mati syahid di jalan Allah?
Mungkin juga kemenangan tertunda karena banyaknya dosa dan kemaksiatan kita, mungkin juga karena Allah ingin mengangkat derajat orang-orang yang terzhalimi di surga kelak, karena cobaan yang mereka alami..
وَلَوۡ يَشَآءُ ٱللَّهُ لَٱنتَصَرَ مِنۡهُمۡ
“…apabila Allah menghendaki niscaya Allah akan membinasakan mereka…” [Qs. Muhammad: 4]
Mungkin juga kemenangan tertunda karena lingkungan rakyat muslim belum siap untuk menghadapi apa yang akan terjadi setelah kemenangan, yaitu proses penerapan hukum Allah dan penegakan panji tauhid, mungkin pula tertunda agar manusia bisa terbebas dari ketergantungan terhadap diri mereka sendiri dan agar memurnikan hati mereka dengan terus bertawakkal kepada Allah serta agar mereka hanya bergantung kepada-Nya saja.
Mungkin juga kemenangan tertunda agar orang yang suka bermaksiat dapat bertaubat, orang yang lalai dapat kembali sadar, orang yang putus asa dapat kembali semangat, orang yang berlaku israf terhadap dirinya dapat terampuni dosanya, dan agar generasi penerus jihad dapat terus bermunculan.
Kemenangan juga mungkin saja tertunda agar jiwa ini dapat terbebaskan dari sifat yang selalu mencari keuntungan duniawi, agar tujuan-tujuan sampingan dapat disingkirkan, agar niat dapat kembali diluruskan, dan agar sifat yang selalu mencari keuntungan dari ghanimah, rasa fanatis golongan, dan kelompok. Bisa juga ia tertunda agar kebathilan dapat disingkap dan kebenaran ditampakkan, karena betapa banyak orang yang tertipu dengan Hizbusy Syaithan kini telah sadar, dan betapa banyak orang yang lalai terhadap kaum salibis kini telah melihat siapa sebanarnya mereka.
Saya katakan dengan jelas dan perasaan yang sakit, barangsiapa yang menyaksikan kondisi di medan juang Syam, maka ia akan mengetahui bahwa mayoritas sebab dari tertundanya kemenangan sudah terjadi, maka kepada Allah sajalah kita mengadu. Ada kelompok-kelompok yang berjuang demi mendapatkan ghanimah, ada juga yang berjuang agar menjadi terkenal, ada pula kelompok yang nilai-nilai keshalihannya tidak ada, kelompok ini dengan santainya melakukan perbuatan haram dan juga syubhat. Di Syam seseorang bisa saja mencuri harta orang lain dengan alasan kemaslahatan, ada yang mengkafirkan seorang muslim dengan alasan kemaslahatan, ada yang menfitnah orang lain dengan alasan kemaslahatan, dan ada pula yang menzhalimi hamba Allah dengan alasan demi kemaslahatan.
Beberapa orang mungkin akan mengatakan, “Jadi mengapa kalian terus bertahan padahal faktor-faktor kemenangan tidak ada?” Kami katakan: Benar, memang faktor-faktor kemenangan tidak ada dan kekuatan musuh mengungguli kekuatan kami.
Mungkin beberapa orang lainnya akan mengatakan: “Kalian tidak memiliki kekuatan untuk melawan Obama beserta tentara dan aliansinya!”, maka kami akan menjawab:
كَم مِّن فِئَةٖ قَلِيلَةٍ غَلَبَتۡ فِئَةٗ كَثِيرَةَۢ بِإِذۡنِ ٱللَّهِۗ
“…Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah…” [Qs. Al Baqarah: 249]
Benar memang Obama dan siapa saja yang bersamanya telah bersepakat untuk memerangi kita, akan tetapi pantang bagi kita untuk menyerah di hapannya, cukuplah Allah sebagai pelindung kami dan Ia adalah sebaik-baik pelindung, sesungguhnya kami akan selalu ditolong oleh Allah. Apabila mereka membunuh dan membombardir kami, maka itu adalah keuntungan yang besar. Dan apabila kami diberikan kemenangan dan kami mampu menyebarkan syariat Rabb kami, maka itulah tujuan kita berjuang, jadi janganlah merasa gentar di hadapan mereka dan senantiasa berdzikir kepada Allah.
Adapun mengenai umat ini yang tidak mampu mewujudkan faktor-faktor kemenangan, maka itu benar, namun apa sikap kita yang sesuai syar’i? Apakah kita harus meninggalkan jihad di jalan Allah karena ada kelompok yang meremehkan urusan agama?! Demi Allah tidak, Allah telah memaparkan ayat-Nya kepada kita:
فَقَٰتِلۡ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ لَا تُكَلَّفُ إِلَّا نَفۡسَكَۚ وَحَرِّضِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَۖ
“Maka berperanglah kamu pada jalan Allah, tidaklah kamu dibebani melainkan dengan kewajiban kamu sendiri. Kobarkanlah semangat Para mukmin (untuk berperang)…” [Qs. An Nisa': 84]
Dengan izin Allah kita akan terus berperang dan mengobarkan semangat sampai Allah memilihkan nasib yang Ia inginkan bagi kita. Kita tidak akan condong kepada dunia dan melupakan firman Rabb kita:
إِلَّا تَنفِرُواْ يُعَذِّبۡكُمۡ عَذَابًا أَلِيمٗا وَيَسۡتَبۡدِلۡ قَوۡمًا غَيۡرَكُمۡ
“jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang pedih dan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain…” [Qs. At Taubah: 39]
Demi Allah betapa kecewanya kita karena tidak ada para ulama, pelajar, pemikir, dan kader-kader keilmuan lainnya yang berangkat ke medan perang. Padahal kalau mereka berangkat, niscaya kondisinya tidak akan seperti ini. Namun cukuplah bagi kami kelak ketika kami menghadap Allah, kami berkata, “wahai Rabb, Engkau telah berfirman:
فَقَٰتِلۡ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ لَا تُكَلَّفُ إِلَّا نَفۡسَكَۚ وَحَرِّضِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَۖ
“Maka berperanglah kamu pada jalan Allah, tidaklah kamu dibebani melainkan dengan kewajiban kamu sendiri. Kobarkanlah semangat Para mukmin (untuk berperang)…” [Qs. An Nisa': 84], maka kami pun berperang dan mengobarkan semangat, namun para ulama, para da’i dan para dermawan tidak ada yang menyambut seruan kami.”
Demi Allah kami sangat sedih ketika mengingat suatu hari kami mengunjungi sebuah kesatuan yang jumlah pasukannya mencapai ribuan orang, kami menyaksikan kebodohan dan kemaksiatan merajalela, maka kami pun berkata kepada para komandannya, “Apa-apaan ini?”, dan mereka menjawab: “Di manakah para penuntut ilmu (yang seharusnya mengajari mereka)?!” Kami tidak bisa menjawab apa-apa kecuali menepuk dahi kami sambil bergumam, “Hasbuna Allah wa ni’ma Al Wakil..
Sungguh kami merasa sangat miris ketika mendapati seorang ibu yang menjaga kesuciannya bersama anaknya berada di pinggir jalan, kemudian ia menggelar tikar dan memayungi dirinya dengan selembar koran, ia sangat membutuhkan bantuan namun ia merasa malu untuk meminta-minta kepada orang-orang, betapa pedih hati ini ketika menyaksikannya. Ibu itu pun mencegat saya, maka saya pun membawanya untuk mengantarkannya ke tenda pengungsinya, lalu saya bertanya kepada ibu itu, “Siapa yang memberimu makan wahai bibi?”, maka ia pun menangis dan berkata, “Tidak ada, Nak.” Ia melanjutkan perkataannya, “Sebelumnya saya hidup dengan makmur, saya tidak butuh meminta-minta kepada orang, sampai suatu hari suami saya gugur syahid dan rumah kami terkena bom.” Dan orang seperti ibu ini jumlahnya sangat banyak.
Ini adalah sepenggal kisah dari ribuan kisah yang ada, sehingga apakah karena faktor kemenangan itu tidak ada, lantas kita harus meninggalkan jihad, tidak membantu orang yang kelaparan, dan menolong orang yang terzhalimi?
Ya Allah, kami meminta maaf kepada Engkau karena umat kami mengabaikan penduduk Syam. Ya Allah ampunilah kami yang lalai dalam memenuhi hak-hak mereka. Ya Allah tutuplah hidup kami dengan mati syahid, dan shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam.
Dr. Abdullah Al Muhaisini
(banan/arrahmah.com)
- See more at: http://www.arrahmah.com/news/2014/11/24/tausiyah-menggugah-dari-syaikh-abdullah-al-muhaisiny-terkait-tertundanya-kemenangan.html#sthash.kGfbMohx.dpuf

Nazir Razak: Malaysia berada dalam tempoh politik paling gelap


Nazir Razak: Malaysia berada dalam tempoh politik paling gelap
DATUK SERI NAZIR RAZAK - Foto THE STAR
6 Jul 2015

KUALA LUMPUR - Adik kepada Perdana Menteri Malaysia Najib Razak telah menyifatkan keadaan politik di negara itu sekarang sebagai "tempoh politik paling gelap", sambil menyatakan kepentingan negara dan rakyat mesti diutamakan.

"Mereka mengorbankan kehidupan mereka untuk membangunkan sebuah negara. Dalam tempoh politik yang paling gelap ini kita mesti ingat untuk mengutamakan negara dan rakyat.

"Bukan kepentingan peribadi, bukan ketaatan peribadi, bukan juga parti politik," kata Nazir Abdul Razak yang menulis dalam kiriman Instagramnya dengan disertakan gambar Monumen Nasional.

Kenyataan Encik Nazir itu, yang merupakan pengerusi kumpulan bank CIMB, dikeluarkan sedang abangnya menghadapi dakwaan dari laporan akhbar Wall Street Journal (WSJ) bahawa hampir AS$700 juta ($942 million) telah disalurkan kepada akaun-akaun bank peribadinya daripada agensi-agensi dan syarikat-syarikat kerajaan yang mempunyai kaitan dengan pelabur negara 1MDB.

- See more at: http://beritaharian.sg/dunia/nazir-razak-malaysia-berada-dalam-tempoh-politik-paling-gelap#sthash.XQT6sbzY.dpuf

Bank Negara Nafi Pegawai Bocor Maklumat Sulit


Diterbitkan: Ahad, 12 Julai 2015 5:26 PM
bank negara

PETALING JAYA: Bank Negara Malaysia (BNM) menafikan dakwaan mengenai pegawainya membocorkan maklumat sulit kepada media berhubung isu dakwaan penyaluran sejumlah besar dana ke dalam akaun peribadi Perdana Menteri, Datuk Seri Najib Tun Razak.
BNM dalam satu kenyataan pada Ahad berkata, ia mengutuk sekeras-kerasnya dakwaan bahawa pegawai membocorkan maklumat kepada media dan telah membuat laporan polis berhubung perkara tersebut.
"Dakwaan tersebut adalah tidak berasas. Dalam hal ini, Bank Negara telah membuat laporan polis.
"Pihak Bank akan meneruskan usaha untuk mendedahkan kebenaran dengan cara yang adil dan saksama," katanya dalam satu kenyataan.
Pada Sabtu, pengendali portal Malaysia Today, Raja Petra Kamarudin mendakwa tiga pegawai kanan BNM kini sedang disiasat pihak berkuasa kerana disyaki membocorkan maklumat sulit kepada Wall Street Journal.
BNM menegaskan bahawa demi menunaikan tanggungjawab, ia tidak akan bersekutu dengan mana-mana pihak dan tidak akan mengkhianati kepercayaan awam.
"Pihak Bank turut akan menyiasat sebarang pelanggaran undang-undang di bawah kawal selianya," katanya sambil menambah bahawa ia yang merupakan sebahagian daripada Pasukan Petugas Khas akan terus komited mencapai objektif pasukan itu.
"Dalam usaha ini, Bank Negara mendapat sokongan penuh daripada Pasukan Petugas Khas," katanya.
Pada 3 Julai lalu, media antarabangsa, Wall Street Journal mendakwa dokumen menunjukkan AS$700 juta (RM2.6 bilion) dipindahkan ke agensi milik kerajaan dan kemudiannya ke akaun peribadi perdana menteri dalam beberapa deposit berasingan.
Pada 4 Julai lalu, Peguam Negara, Tan Sri Abdul Gani Patail mengumumkan penubuhan sebuah Pasukan Petugas Khas bagi menyiasat dakwaan terhadap Najib membabitkan dana daripada 1Malaysia Development Berhad (1MDB).
Pasukan Petugas Khas itu dianggotai Abdul Gani, Gabenor Bank Negara, Tan Sri Zeti Akhtar Aziz; Ketua Polis Negara, Tan Sri Khalid Abu Bakar dan Ketua Pesuruhjaya Suruhanjaya Pencegahan Rasuah Malaysia (SPRM), Tan Sri Abu Kassim Mohamed.

Negeri seribu bencana


Aku digigit gelisah memikirkan bencana dan malapetaka yang menimpa kita akhir-akhir ini. Bisanya berdenyut sehingga aku mengutus pesan kepada beberapa sahabat karib lantas bertanya: “Duhai apakah yang dapat kita lakukan selain berdoa?”

Kita berada dalam hari-hari gelap penuh bencana. Sisi kesenimanan dan kesarjanaanku meronta-ronta untuk aku melakukan sesuatu demi menyelamatkan negeri dari dilanda bencana tetapi aku tidak punya kuasa apa-apa, melainkan fikiran dan tulisan untuk menyeru umat Malaysia agar celik dan berfikir.

Aku ingin supaya bangsa kita Melayu, dan bangsa Malaysia tentunya segera celik dari lena panjang.

Ke hadapan sahabatku yang jauh dan dekat, yang hampir dan rapat. Ke hadapan sekalian teman-teman ilmuan dan sarjana. Ke hadapan kawan-kawan pengarang dan sasterawan.

Aku menulis untuk mengingatkan kalian bahawa dalam tahun 1857 Raja Ali Haji, seorang pendekar, ulama dan ahli falsafah Melayu telah menulis kitab Tsamarat al Muhimmah.

Ulama terkemuka itu mengingatkan kedudukan pemimpin yang bertanggungjawab memelihara agama kerana jika itu tidak dilakukan, maka ia adalah permulaan kepada kerosakan pentadbiran negara, dan kekacauan kestabilan sosial.

Ke hadapan kalian yang aku dambakan kekuatan dan kesepakatan, ketahuilah keadilan sangat ditekankan dalam ajaran agama Islam. Sesungguhnya Islam yang mendarat di alam Melayu bukanlah Islam yang Rasulullah SAW peri tekankan.

Seperti yang telah difirmankan Allah dalam surah al-Nahl ayat 90, terjemahannya: “Sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil, dan berbuat kebaikan, serta memberi bantuan kepada kaum kerabat; dan melarang daripada melakukan perbuatan yang keji dan mungkar serta kezaliman”.

Kayu ukur peradaban

Wahai mahaguru di universiti, bacalah dan dengarilah akan warkah ini kuutus kerana negeriku dilanda seribu bencana, bahawa keadilan tiada dirasa umat dan pengikut bangsa.

Salah sebuah karya sastera yang kubaca di Arkib Negara cawangan Terengganu jelas menyebut tentang keadilan pemimpin.

Tulis Syeikh Duyung dalam 'Kitab Nasihat Raja-raja': “Raja yang sejahat-jahat raja itu iaitulah raja yang menukarkan agamanya dengan dunia dirinya”. Tentu kata ‘raja’ itu dapat ditukarkan kepada gelar yang lebih moden berdasar politik semasa.

Ingatan keras lain datangnya daripada penulis kitab 'Safinat al Hukkam' yang menyelar pemimpin yang berkuasa dan menurut hawa nafsunya. Yakni jenis pemimpin yang tiada ilmu dan buta arah tuju.

Pemimpin ini akan terlajak laris melakukan korupsi sehingga akal menjadi bantut lagi buntu, tulis beliau: “Kerana jikalau tiada ilmu serta perintah maka binasa yang diperintahkan itu terlebih banyak daripada baiknya. Dari kerana tatkala itu mengaranglah hawa nafsu kepada segala kehendaknya seperti mengarang gajah liar dalam hutan.

"Dan kaedah yang kedua itu mengambil hawa nafsu kerana betul bicara dan tersalahnya daripadanya jua datangnya. Maka apabila kuat cita fikirnya, maka adalah alamat keras sultan bicara dalamnya dan hinalah hawa itu.

"Dan apabila daif cita fikirnya, maka alamatnya mengeras hawa itu atas nafsu, maka tertutuplah akal dalamnya dan tersalahlah bicaranya. Dan tatkala itu tiadalah ia dapat menghukumkan orang yang lainnya.”

Cinta sempurna lwn cita bencana

Duhai teman-teman sarjana dan ilmuan, marilah kita merenung apa yang pernah dinukilkan oleh alMarhum Syed Hussein Alatas, ahli falsafah besar bangsa Malaysia. Almarhum pernah menggagaskan kerangka cita bencana iaitu kebalikan kepada cita sempurna.

Ia adalah satu parameter untuk peradaban untuk mengukur apakah negeri kita sejahtera atau memang duduk dalam malapetaka. Syed Hussein Alatas di dalam karyanya 'Cita Sempurna Warisan Sejarah' itu menyatakan cita sempurna adalah “satu pandangan hidup yang menyeluruh bertujuan untuk mencapai masyarakat sempurna”.

Cita sempurna pada asasnya lahir dari rasa percaya beliau bahawa semangat mencapai kejayaan dan kekuasaan merupakan faktor penggerak yang utama dalam sejarah.

Alatas seterusnya menjelaskan, untuk memahami cita sempurna adalah penting terlebih dahulu memahami landasan nilai dan gerakan emosi yang bertindak sebagai elemen dasarnya.

Landasan nilai dan gerakan emosi merupakan elemen yang bersifat universal dan tidak relatif. Dalam hal ini beliau meletakkan contoh sistem perhambaan.

Di dalam sebuah masyarakat di mana sistem perhambaan telah diterima dan mengakar, akan tetap sahaja muncul dari kalangan ahli masyarakat tersebut yang menolak kezaliman dan menentang perbuatan zalim ke atas hamba atas dasar kemanusiaan.

Perbuatan penentangan tersebut ialah contoh landasan nilai dan gerakan emosi yang mendasari cita sempurna. Akan tetapi apakah kita, bangsa kita sudah terlepas dari perhambaan dan benar-benar menghirup udara kemerdekaan?

Duhai ilmuan dan sasterawan bangsa Malaysia, Alatas menghuraikan cita sempurna sebagai sebuah sistem masyarakat yang mana ia mestilah disusun di atas nilai-nilai kemanusiaan.

Ya, manusia pertama. Nilai-nilai kemanusiaan ini telah pun didapati dari hak-hak asasi manusia yang diperjuangkan ketika Revolusi Perancis.

Kebangkitan kesedaran rakyat

Cita sempurna adalah selari dengan tujuan kedatangan Islam, dan merupakan anjuran dan ajaran sebenar Nabi Muhammad SAW dalam usaha melaksanakan keadilan sosial dalam masyarakat. Ya, seperti yang telahku hadapkan dengan ayat suci al-Quran lebih awal.

Alatas menyebut cita sempurna itu “..memandu perjalanan hidup manusia dan masyarakat, termasuk budayanya, agamanya serta usaha untuk merubah keadaan”. Oleh sebab itu Alatas menegaskan bahawa seluruh kemanusiaan telah dicipta atas dasar ‘fitratallah’.

Ini bermaksud bahawa dasar ini luas dan tidak khusus terhadap orang Islam sahaja malahan ia turut meliputi ke atas orang bukan Islam.

Syed Hussein Alatas mengakui bahawa cita sempurna tidak dapat dicapai sepenuhnya namun, dalam zaman dan keadaan tertentu tingkat pencapaian masyarakat sangat dipengaruhi oleh sifat golongan berkuasa walau dalam mana-mana amalan sistem sekalipun.

Wahai sahabatku, izinkan aku menjelaskan yang bahagian penting dari kerangka yang diperkenalkan beliau adalah apabila Syed Hussein Alatas menyatakan pengaruh cita sempurna dapat dihidupkan dengan cara membangkitkan kesedaran rakyat tentang tujuan dan peranannya secara besar-besaran.

Rakyat yang sedar dan tahu akan tujuan dan peranannya akan dapat mempengaruhi tindakan golongan penguasa dan berupaya mencegah golongan tersebut daripada melakukan penindasan dan bertindak zalim ke atas mana-mana golongan masyarakat.

Dalam erti kata lain, masyarakat yang benar dan sedar adalah masyarakat yang menolak korupsi dan memberi reaksi keras terhadapnya. Apakah kita duduk bersila dalam bencana rasuah itu atau kita ada tekad merubah keadaan?

Wahai teman, apakah cita bencana? Syed Hussein Alatas mendefinisikan cita bencana sebagai “semua yang bertentangan daripada cita sempurna”.

Beliau membahagikan cita bencana kepada tiga bahagian iaitu yang berkaitan dengan pertama, jenayah; kedua, penyalahgunaan dadah, gila judi atau ketagihan alkohol dan; ketiga, nilai institusi dan kepercayaan masyarakat yang tidak melawan kebobrokan ini.

Pemimpin jadong

Hal ketiga inilah yang sangat menakutkanku, yang sangat lama membuncah dalam kotak fikirku. Jika masyarakat tidak melawan maka inilah kebobrokan menjadi kebodohan dan kebencanaan. Apakah kita wahai ilmuan dan sasterawan dapat lakukan?

Aku ingin mengingatkan kalian perihal istilah ‘pemimpin jadong’ yang diperkenalkan almarhum. ‘Jadong’ adalah singkatan dari sifat jahat, bodoh dan sombong. Ia merupakan istilah yang digunapakai oleh Syed Hussein Alatas untuk merujuk kepada golongan berkuasa yang melakukan pencerobohan ke atas cita sempurna.

Beliau turut mendefinisikan sifat-sifat tersebut yang mana kata bodoh dalam konteks ‘jadong’ bukan bermaksud tolol tetapi tidak tahu menggunakan daya fikir dan penuh dengan tipu muslihat.

Dalam huraiannya, kata bodoh itu dibahagikan kepada tiga perkara iaitu, pertama; tidak bijak mencapai matlamat jangka panjang sebagai punca pencapaian ataupun istilah sekarang Key Performance Indicators (KPI); kedua, ‘pemimpin jadong’ tidak tahu mengendalikan perasaan dan seterusnya; ketiga, mereka tidak menolak bahkan menerima pengaruh cita bencana.

Tingkah laku ‘bodoh sombong’ pemimpin jadong ini membuatkan mereka dibenci oleh kebanyakan rakyat. Manakala kata jahat dalam ‘jadong’ diungkapkan oleh Alatas sebagai pengamal korupsi; “mengamalkan dan mencanang rasuah dalam bentuk polisi-polisi tertentu”.

Dalam sejarah Islam, beliau mengambil contoh Hajjaj bin Yusuf sebagai tokoh pemimpin jadong manakala dalam sejarah Eropah ialah Henry VIII, Raja Inggeris (1491-1547).

Temanku kasih, Syed Hussein Alatas juga telah menggariskan sifat penguasa yang adil iaitu dalam konteks ini, corak pemerintahan mereka hendaklah selari dengan hak asasi manusia:
  • Murah hati, mementingkan keperluan rakyat dan kesejahteraannya
  • Tinggi semangat bekerja dan keazaman untuk mencapai sesuatu
  • Mengelakkan diri daripada hidup mewah dan runtuh akhlak
  • Menghormati kedaulatan hukum walaupun dirinya atau keluarganya yang terlibat
  • Menghargai ahli-ahli ilmu pengetahuan dan ilmu seluruhnya,
  • Tinggi kesatriaan dan hormat diri, yakni kemurnian
  • Kekuasaannya tertakluk pada tujuan cita sempurna
  • Peribadinya tidak tercemar oleh kekuasaan dalam keadaan di mana pemimpin ini mengambil keputusan yang diketahui hanya oleh dirinya sendiri bahawa keputusan itu adil atau tidak walaupun zahirnya baik tetapi niatnya lain.
Jadi bagaimana, apakah kita memiliki seumpama yang telah disebutkan alMarhum di atas? Duhai teman, apakah yang dapat kita lakukan tatkala negeri sedang dilanda bencana dan berada dalam bukat kegelitaan seperti hari ini?

Apakah kita berdiam diri dan memeluk tubuh atau nyaris membiar diri kita di jurang petaka? Mungkinkah kita mengambil langkah tekad dan berani di tengah simpang sejarah bangsa dan umat yang sedang berdepan dengan tipu daya dan bencana kepimpinan seperti ini?