Tuesday, August 7, 2012

Kisah Tragis Stephanie Djato, Muslimah Belgium Yang Dizalim Polis Molenbeek, Belgium


Saffa Rasyidah untuk Al-Mustaqbal.net


Berikut ini kami kabarkan kisah seorang muslimah Belgia yang didzolimi oleh Polisi. Ukht Stephanie Djato adalah wanita muslimah muda yang mengenakan niqab dan mengalami penganiayaan mengerikan oleh polisi Molenbeek, Belgia. Berikut kisah ukht Stephnie Djato untuk saudara seimannya di seluruh penjuru dunia yang kami ambil dan kami terjemahkan dari transkrip video. 


“Saya Kisahkan Pelanggaran yang dilakukan oleh Polisi Belgia:


Shalawat dan salam semoga dianugerahkan kepada mereka yang mengikuti jalan yang benar.


Jadi, saya, Stephanie Djato, adalah wanita muda yang diserang selama pemeriksaan identitas oleh polisi Molenbeek. Saya seorang wanita Muslimah muda yang telah masuk Islam empat tahun lalu. Dan sekarang saya memakai niqab selama hampir 4 tahun. Dan selama waktu itu saya tidak pernah menemui masalah karena niqab yang saya kenakan ini sampai tanggal 31 Mei 2012 tersebut.


Jadi saya sekarang akan memberikan fakta berdasarkan versi saya. Sebelumnya saya ingin memulai dengan menyatakan bahwa saya tidak menyerukan kebencian atau apa pun. Video ini hanya dibuat dengan tujuan untuk mengklarifikasi hal-hal tertentu dan untuk membawa kebenaran, karena segala sesuatu yang disebarkan oleh orang sejauh ini hanyalah kebohongan.


Pagi itu, Kamis; 31 Mei 2012, saya duduk di jalur trem 19 di Jette dan bukan di Molenbeek sebagaimana diberitakan oleh media. Saya menunggu trem menuju rumah sakit tempat aku membuat janji pada pukul 12.00. Sebuah janji yang cukup penting. Kemudian datang 2 petugas polisi kepada saya dan meminta saya untuk menunjukkan kartu identitas saya. Saya segera menunjukkan kerja sama dan saya telah memberikan id saya tanpa membuat masalah. Kemudian mereka bertanya apakah saya mau melepas niqab sehingga mereka bisa mengidentifikasi saya. Saya menjawab bahwa ini tidak masalah tapi setelah cek kartu identitas, saya akan menutup wajah lagi. Pernyataan saya membuat marah petugas polisi. Mereka mengatakan bahwa hukum melarang burqa (niqab) dan bahwa saya tidak punya hak untuk mengenakan burqa lagi setelah cek id dilakukan. Tentu saja saya menolak. Kemudian saya menjelaskan kepada mereka bahwa ini bukan pertama kalinya saya menjadi sasaran cek id polisi dan polisi tidak pernah meminta saya untuk melepas niqab saya setelah pemeriksaan usai. Secara umum, cek id akan berlangsung dengan mudah. Pada cek id yang telah lalu saya berikan ID saya, saya menunjukkan wajah saya ke polisi dan mereka mengidentifikasi saya dan mereka membiarkan saya pergi tanpa masalah, tapi tentu saja, selalu setelah saya membayar.


Tetapi pada 31 Mei itu tidak berjalan seperti cek id sebelumnya, tapi benar-benar ada yang salah. Alasan mengapa saya tidak tahu. Setelah saya menolak untuk melepas niqab saya secara permanen setelah cek id, mereka mengusulkan, sebenarnya mereka tidak mengusulkan, tapi mereka memaksa saya untuk masuk ke dalam mobil dan membawa saya ke kantor polisi. Saya masuk ke mobil tanpa membuat masalah, saya berdiri dan mengikuti mereka ke dalam mobil dan saya dibawa di dalam mobil.


Setelah di mobil saya ingin mengambil ponsel untuk menginformasikan rumah sakit bahwa saya tidak akan tepat waktu untuk janji saya karena saya akan terlambat. Saat itu sudah pukul 11:30 dan saya punya janji pada jam 12, jadi saya tahu pasti bahwa saya akan terlambat selama 1 jam. Para polisi wanita di kursi belakang mencoba untuk meraih telepon saya. Dia mengatakan kebebasan saya sedang terampas dan bahwa saya tidak punya hak untuk membuat panggilan telepon. Saya kemudian menjawab bahwa saya akan mengadakan pertemuan sangat penting, saya tidak boleh melewatkan janji ini dan minta membiarkan saya memberitahu mereka dan menanyakan apakah ada kemungkinan bahwa saya bisa datang kemudian setelah pemeriksaan id selesai. Polisi itu kemudian menukas:” Dengar, tidak dibutuhkan kamu memberitahu mereka bahwa kamu akan terlambat hari ini karena kamu tidak akan ke rumah sakit. Kamu akan berada di sel penjara selama 24 jam!”


Lalu saya menjawab: "Apakah ini ancaman?" Dia menjawab: "Tidak, sama sekali tidak. Tapi kita akan mengajarkan pelajaran sehingga kamu belajar menghargai hukum!."


Jadi Anda harus sudah tahu bahwa sudah ada ancaman-ancaman kecil di dalam mobil, penghinaan, komentar rasis diarahkan kepada keimanan saya, niqab saya ...


Tapi di dalam mobil tidak ada kekerasan. Saya ingin menegaskan, karena para wartawan mengatakan bahwa polisi telah menyerang di awal cek id, hal ini tidak benar. Jadi untuk saat di dalam mobil itu tidak ada kekerasan, tidak dari sisi saya maupun dari sisi mereka.


Begitu tiba di kantor polisi mereka menempatkan saya di semacam ruang, itu bukan kantor, itu adalah semacam ruang penyimpanan. Di sana mereka meninggalkan saya di hadapan 3 polisi wanita yang mengintimidasi dan menghina saya, dll, mereka meminta saya untuk menanggalkan niqab saya. Ini saya lakukan, tanpa saya menolak. Saya buka cadar saya, setidaknya ini adalah apa yang saya mengerti dari pertanyaan mereka, mereka menjawab: "Ini bukan apa yang kita maksudkan. Kami bermaksud semuanya. Wajah kamu, rambut, seluruh penutup tubuh kamu, harus kamu lepaskan. Kamu harus melepaskan semuanya! " Kemudian saya menolak karena saya tidak melihat alasan mengapa saya harus menanggalkan seluruh pakaian untuk pemeriksaan identitas. Bahwa ini adalah ketidakadilan dan penghinaan besar sehingga saya menolak. Kemudian mereka mulai menghina saya, mereka mengatakan bahwa kita tidak berada dalam sirkus, jadi harus menanggalkan kostum itu, dan segala macam pernyataan ofensif, ...


Saya tetap teguh, saya tidak mau membuka baju di hadapan orang lain dan tentu saja tidak di hadapan wanita non-Muslim. Ini tidak terpikirkan oleh saya. Saya kemudian mengatakan dengan jelas bahwa saya tidak akan sepenuhnya melepas niqab saya, saya menunjukkan wajah saya, Anda dapat mengidentifikasi saya dan saya tidak akan menanggalkan pakaian. Lalu kata mereka jika kamu tidak ingin membuka baju sendiri secara sukarela kami akan memaksa kamu untuk menanggalkan pakaian. Pada saat itu seorang polisi melompat ke belakang saya untuk memegangi tangan saya di punggung. Dan 2 orang lain datang kepada saya untuk memaksa saya untuk melepas Jilbab saya. Karena jilbab saya adalah Jilbab panjang dengan kancing dan resleting, mereka mengalami kesulitan untuk melepasnya.


Saya menolak mereka membuka baju saya dan mereka menendang saya, memukul perut saya dan beberapa bagian lain tubuh saya. Pada saat yang sama ia mencoba merobek Jilbab saya. Para wanita yang mengalami kesulitan mengambil Jilbab saya kemudian meminta bantuan polisi laki-laki untuk datang dan menolong mereka. Ketika dua polisi laki-laki itu tiba, mereka segera mulai memukul saya di beberapa bagian tubuh saya. Mereka terus menarik Jilbab saya, sebagian besar telah terlepas tetapi masih menyangkut sebagian di leher dan pergelangan tangan saya. Pada saat itu mereka memanggil petugas polisi pria ketiga untuk membawakan sebuah gunting. Mereka menelungkupkan saya di lantai dan petugas polisi pria duduk di punggung saya dan ia mulai memotong pakaian saya. Jilbab, niqab dan pakaian dalam.


Jadi saya berada di lantai dengan polisi menduduki punggung saya, merobek pakaian saya dengan gunting dan sisanya ia merobek dengan tangannya. Sementara itu, saya ditendang di bagian wajah dan tubuh saya ditekan sementara 2 polisi pria berdiri di samping saya. Ada tendangan yang menyebabkan saya gegar otak. Gegar otak saya memang disebabkan oleh tendangan ke kepala saya. Ketika saya dibaringkan di lantai, polisi wanita itu membenturkan kepala saya ke lantai keramik. Pada saat itu, seorang polisi laki-laki datang dan dia meletakkan borgol pada tangan saya. Dengan tangan di balik punggung. Rambut saya terikat dalam simpul, ia menyambar karet dari ikatan rambut saya dan dia menjambak rambut saya sehingga saya terduduk. Dia menarik rambut saya dan borgol saya dan saya terduduk pada kedua lutut saya. Kemudian salah satu polisi pria berdiri di depan saya dan menekan saya di bagian wajah. Saya mencoba membela diri dan terus-menerus mengalihkan wajah dari pukulan yang dilakukan oleh petugas polisi. Ini adalah bagaimana kepala saya tiba-tiba membentur kepala polisi wanita yang memegangi saya yang menyebabkan polisi wanita itu patah (tulang) hidungnya. Saya ingin menjelaskan bahwa ini bukan sengaja, ini terjadi selama penyiksaan di mana semua agen ini memukul saya dan saya ingin membela diri dari pukulan mereka, dan tentunya menghindari pukulan di wajah saya, karena pukulan keras dan pukulan kemudian mengenai kepala saya. Kemudian kepala saya (yang dipukul keras) membentur hidung polisi wanita tersebut.


Ketika polisi wanita itu mendapat benturan di kepala, dia marah besar. Saat itu polisi benar-benar menjadi liar dan mereka menjatuhkan saya kembali ke lantai dan mulai membuka pakaian saya sepenuhnya, mereka mulai memotong pakaian saya dan melepas celana saya. Saya telanjang. Seorang polisi pria duduk di depan saya dan berkata: "Kami akan menunjukkan hal-hal yang lebih buruk daripada Guantanamo!" Dia berkata: "Ini lebih buruk dari Guantanamo," dan mereka semua mulai tertawa. Mereka telah menghina saya, perempuan Muslim, Islam ... Ada sepotong kecil kain tergantung di leher saya, pria yang duduk itu menariknya, dia mencekik saya dengan sepotong niqab saya.


Saya merasa bahwa saya sedang sekarat, saya dicekik, saya tidak bisa bernapas, saya gemetar dan mata saya mendelik, saya panik. Saya pikir saya akan mati. Saya berteriak dengan panik, gugup, ... Saya sangat tertekan dan saya berteriak: "Berhenti,tolong berhenti, saya akan melakukan apa yang kalian inginkan, tapi tolong berhenti, tolong hentikan penyiksaan ini, saya akan melakukan apa yang kalian inginkan" "Kalian akan membunuh saya."


Lalu mereka menjawab: "Kamu bisa mati!" Dan kemudian mereka menghina saya, mereka mengatakan hal-hal yang tidak bisa saya sebutkan. Pada saat itu, saya menerima begitu banyak pukulan. Saya pingsan di lantai, saya tidak bisa bergerak, dan saya terlalu banyak berteriak sehingga saya tidak bisa berteriak lagi ... Lalu saya ingat kata-kata terakhir saya, adalah doa di mana saya meminta Allah untuk mematahkan punggung mereka, dan untuk menghukum mereka karena semua kedzaliman yang mereka lakukan kepada saya. Ketika polisi wanita itu mendengar doa saya, mereka benar-benar membantai saya, mereka tidak bisa menerima doa saya. Sebelumnya saya berjanji untuk tidak melawan dan saya telah memohon untuk berhenti menyerang saya. Mereka telah memukul saya begitu keras sampai-sampai saya tidak bisa lagi berbicara dan bergerak.


Ketika mereka menyadari bahwa mereka sudah terlalu jauh, mereka menaikkan celana saya kembali dan mereka menutupi sebagian tubuh saya dengan bagian atas pakaian yang saya miliki. Mereka menyeret saya jadi saya bisa bangun dan mereka menyeret saya di departemen kepolisian di depan semua rekan-rekan mereka. Rekan-rekan bertanya, "Siapa ini?" Polisi itu mengatakan: "Ini adalah burqa, ini adalah burqa!" Bagi saya ini merupakan penghinaan rangkap tiga karena saya setengah telanjang dan ini merupakan penghinaan besar bagi saya, karena saya merasa betapa semua orang menatap saya, saya merasa kotor oleh mata mereka yang menatap tubuh saya, ini adalah penghinaan bagi saya. Mereka berparade mengarak saya selama 5 menit atau lebih di kantor polisi. Dan mereka berseru: "Lihat, lihat ini adalah burqa!" Dan pada akhirnya, mereka melemparkan saya ke dalam sebuah sel selama sekitar 2 jam. Saya merasa sangat mual, saya punya masalah, saya mulai gemetar dan saya mulai muntah, saya terus muntah, saya merasa sangat sakit. Setelah itu mereka terpaksa memanggil dokter. Kini saya ceritakan bagaimana mereka segera memindahkan saya dari kantor polisi menuju unit gawat darurat.


Beberapa rumor menyebar di sekitar bahwa saya meninggalkan kantor polisi dalam keadaan telanjang, sebagian ada yang mengatakan bahwa saya benar-benar tertutup dengan Jilbab ketika saya meninggalkan kantor polisi, ini setidaknya yang diklaim polisi.


Ini benar-benar keliru. Apa yang terjadi, saya akan jelaskan. Ketika mereka menarik saya keluar dari penjara dan mereka bilang saya akan dipindahkan ke rumah sakit, saya meminta mereka untuk memberikan kembali Jilbab robek saya sehingga saya bisa meninggalkan kantor polisi dengan tertutup. Ketika saya mencoba untuk menutupi diri, saya melihat bahwa Jilbab saya benar-benar robek dan tidak bisa dipakai lagi. Lalu saya mengatakan kepada mereka bahwa saya tidak akan meninggalkan kantor polisi ini setengah telanjang. Jadi saya bertanya apakah saya bisa menelepon seseorang, seseorang yang bisa membawakan saya pakaian untuk menutup diri saya, membawakan jilbab. Saya kemudian menelepon seseorang dan orang itu mengatakan bahwa dia akan ke kantor polisi dalam satu jam. Orang tersebut meminta polisi menunggu dan bahwa dalam waktu satu jam kerabat saya akan membawakannya. Jadi saya bisa meninggalkan kantor polisi ditutupi dengan Jilbab saya dan pakaian robek. Polisi kemudian menjawab bahwa mereka tidak punya waktu untuk menunggu. Dan bahwa dia diminta untuk mengantarkannya ke rumah sakit. Dan ini akan terjadi (pergi ke rumah sakit) dengan kerudung atau tanpa kerudung. Kemudian mereka membawa saya keluar kantor polisi setengah telanjang, hanya dengan celana panjang dan atasan kecil, tanpa pakaian dalam. Saya tidak punya gamis, tidak ada Jilbab atau apa pun. Mereka membawa saya seperti ini untuk keadaan darurat. Setelah tiba di Unit Gawat Darurat mereka memindahkan saya untuk perawatan intensif, kata unit tersebut, saya dalam kondisi kritis dan menolak mengizinkan saya untuk meninggalkan rumah sakit. Sementara polisi berharap pernyataan dari dokter bahwa saya dapat meninggalkan rumah sakit untuk kembali ke dalam sel penjara, mengabaikan kondisi medis saya. Dokter menolak. Dokter setelah melakukan beberapa pemeriksaan, menemukan bahwa saya mengalami gegar otak dan luka-luka.


Dokter telah mendaftar semuanya dan juga menyusun laporan. Jadi untuk apa yang saya katakan saya memiliki bukti laporan yang mengkonfirmasi apa yang saya katakan dan saya memiliki semua dokumen tersebut.


Jadi saya rasa saya sudah mengatakan semua ini, kebenaran saya, kebenaran, versi nyata dari fakta. Tentu saja saya telah mengatakan segala sesuatunya secara umum tanpa masuk ke detail terlalu banyak. Hal yang paling penting, Anda ketahui sekarang. Izinkan saya kembali menekankan bahwa saya telah direkam dalam video ini semata-mata dengan tujuan untuk memberitahu kebenaran kepada semua orang. Kaum Muslimin, non-Muslim, ... Saya menjelaskan bahwa saya tidak menyerukan kebencian. Saya berharap kisah ini akan mengakhiri kebohongan dan bahwa kebenaran akan tersingkap.”


Stephanie Djato (korban pemakai niqab)


Sumber : Izharudeen.com
http://www.al-mustaqbal.net/view-slide2-173.html

berikut link youtubenya : http://youtu.be/iQqn7w6oyEc

No comments:

Post a Comment