Wednesday, October 31, 2012

Wawancara Eksklusif Bersama Ummu Nusaibah Al Mashuunah : Kita Harus Men-suport Suami, Bukannya Menjadi Duri Dalam Langkahnya!


==================================================

Ummu Fauzi Untuk Al-Mustaqbal.net

Saya pernah mengangkat wawancara dengan Ummu Ruhban, dan rasanya akan menjadi lengkap jika sekarang saya meminta Ummu Nusaibah untuk berbagi kisah juga untuk pembaca Al-Mustaqbal.net. Hal ini disebabkan dua wanita hebat ini sedang berbagi kisah ketika mendampingi sosok yang sama, seorang mujahid yang kini sedang berada dalam tawanan thoghut, yakni ustadz Abdullah Sonata.

Saya tak hendak menyimpan kisah ini untuk diri sendiri, karena saya senang berbagi kisah-kisah yang saya jumpai. Dan seperti sering saya tulis, kisah-kisah pembangun keberanian seperti ini akan saya bagi sebagai pembelajaran untuk pembaca dan lebih khusus lagi, untuk diri saya sendiri.

Maka berikut ini adalah transkrip wawancara saya bersama Ummu Nusaibah ;

Ummu Fauzi (UF) : Assalamu’alaikum, Ustadzah. Apa kabar ?

Ummu Nusaibah Al Mashuunah (UN) : Wa’alaikum salam warahmatullahi wa barokaatuh. Alhamdulillah kabar baik, Umm.

UF : Ustadzah, tolong berbagi cerita dengan kami, apa yang ustadzah rasakan ketika untuk pertama kali mengetahui ustadz ditangkap ?Apa yang ustadzah lakukan ketika itu ?

UN : Pertama kali yang ana rasakan sudah pasti sedih ya umm, tapi juga Alhamdulillah ana bisa menerima. Karena saat beliau menjadi DPO yang ana tahu hanya ada 2 pilihan yang mungkin terjadi, akan mendapati beliau ditembak mati atau ditangkap. Tapi Qodarulloh, Alloh mentaqdirkan beliau harus tertangkap hidup. Apa pun itu, Alhamdulillah 'alaa kulli haal. Mungkin karena ini pernah ana alami (kasus yang sama dulu beliau juga pernah di tahan) menjadikan ana bisa lebih kuat menghadapinya. Yang ana lakukan waktu tahu dari media bahwa abahnya tertangkap adalah ana memastikan kabar dengan mencari berita di internet dan juga ada kabar dari TPM. Kemudian ana dengan Ummu Ruhban menunjuk TPM untuk menjadi lawyer abahnya, tapi itu tidak mulus, Umm. Densus mempersulit akses kami memakai jasa TPM. Mereka melakukan intimidasi juga ancaman akan dipersulit kunjungan dsb. Setelah hampir menjelang sidang (setelah kasus dilimpahkan ke kejaksaan) barulah kami melepas Asludin (pengacara yang ditunjuk Densus) dan akibat dari itu abahnya diisolasi ke polres selatan sampai sekitar 10 bulan.

UF : Berapa tahun vonis yang dijatuhkan untuk ustadz ?

UN : Vonis beliau 10 tahun penjara, ditambahkan dengan sisa vonis yang kasus sebelumnya sisa tahanan sekitar 2 setengah tahun harus dijalani sekarang dengan yang 10 tahun.

UF : Bagaimana ustadzah memahamkan kepada anak-anak tentang apa yang terjadi dengan abah mereka ?

UN : Alhamdulillah anak-anak terutama Nusaibah dan Ikrimah bisa dikondisikan, karena masa kecil mereka tumbuh dalam keadaan abahnya ditahan, Umm. Kasus pertama terjadi pada tanggal 27 Juni 2005, beliau ditangkap 3 jam sebelum ana melahirkan putra kedua kami, Ikrimah. Ana jelaskan kalau abahnya dipenjara bukan karena jahat sebagaimana pemahaman anak-anak pada umumnya (orang dipenjara karena berbuat kriminal). Ana sampaikan bahwa abahnya adalah seorang mujahid.yang mau membela Islam, juga membela kawan-kawan kaum Muslimin yang didzolimi.

UF : Apakah ustadzah juga mengalami penggeledahan dan penggerebekan ?

UN : Alhamdulillah ana tidak pernah mengalami penggerebekan dan penggeledahan.

UF : Bagaimana reaksi anak-anak ketika mereka mendengar ada orang yang membicarakan abah mereka ?

UN : Alhamdulillah masyarakat di sini tidak pernah membicarakan abahnya di depan ana ataupun anak-anak. Jadi mereka tidak pernah mendengarnya. Hanya mereka pernah lihat di media polisi menyampaikan berita tentang abah mereka, mengatakan abahnya teroris. Mereka bilang (sambil masih melihat berita) “Yang teroris kamu!” (sambil nunjuk ke gambar polisi).

UF : Sepanjang yang saya lihat, ustadzah begitu rukun dan bersahabat dengan Ummu Ruhban. Boleh dong ustadzah berbagi ilmu tentang poligami kepada pembaca Al-Mustaqbal.net.

UN : Tentang ini kuncinya ada di suami, Umm. Dulu sebelum Ummu Ruhban menikah dengan abahnya, Ummu Ruhban adalah teman baik ana waktu ana ngajar di Sumatera (dekat rumah Ummu Ruhban). Jadi komunikasi adalah yang menjadikan hubungan menjadi baik. Insya Allah jika madu bisa baik dan menghormati kakak madunya (meski usia kakak madu lebih muda), akan baik.

UF : Bagaimana caranya membangun komunikasi yang baik sehingga anak-anak juga paham bahwa ada saudara-saudara mereka dari ibu yang lain (memahamkan poligami untuk anak-anak) ?

UN : Anak-anak jarang juga bertemu, kecuali ketika besuk bareng atau Ummu Ruhban ke rumah, mereka main sama-sama. Awal Ummu Ruhban menikah dengan abah mereka, kakak Nusaibah sempat bertanya kemana walid (ayah) nya Ruhban dan banyak pertanyaan mereka. Tapi ketika mereka sudah ana ceritakan kisah Rosulullah yang memiliki beberapa istri dan mereka senang membaca buku shiroh Nabi, mereka akhirnya paham kalau Ummu Ruhban adalah istri abahnya yang lain. Dan mereka tahu mereka punya saudara satu ayah yaitu Hamzah dan saudari tiri 3 orang. Alhamdulillah mereka bisa terkondisikan akhirnya.

UF : Bagaimana tanggapan dan pandangan masyarakat sekitar terhadap ustadzah saat ini ? Bagaimana ustadzah menyikapinya ?


UN : Tentang masalah ini mereka biasa saja terhadap ana. Mereka membicarakannya di belakang, Umm ( ada yg menyampaikan), tapi biarlah, yang penting asal ana bisa menjalin komunikasi dan bersosial dengan baik dengan para tetangga mereka pun tetap baik ke ana tanpa mereka singgung masalah ini (abahnya yang nikah lagi).

UF : Tidak banyak ummahat yang berani mengambil resiko mendukung suami memilih jalan jihad. Tolong beri nasihat buat kami, ya ustadzah !(agar kami ketularan keberanian)

UN : Dari awal sudah tahu kalo pikirannya hanya jihad, ya memang harus siap segala resiko dan konsekwensinya. Jangan takut, tapi harus kuat dan bersabar. Kalau memang mendambakan seorang suami yang memilih jalan jihad maka harus siap kalau dia (suami) akan memiliki sedikit waktu bersama kita, tak selalu bisa memanjakan kita karena waktunya banyak dihabiskan memanggul urusan umat. Kita harus tahu kalau umat lebih membutuhkannya dari pada kita, istrinya ( meski pun juga membutuhkannya). Kita harus men-suport bukannya menjadi duri dalam langkahnya. Insya Alloh biarpun suami memiliki pilihan jihad dan umat, tapi kala dia jauh dia akan membanggakan istrinya yang rela mendapat sedikit waktu. Insya Alloh kelak Alloh SWT akan mengganti hari-hari yang banyak hilang bersama suami dengan jannah-Nya.

UF : Apa harapan ke depan ustadzah untuk anak-anak ?

UN : Harapan ana sebagaimana harapan abahnya semoga anak-anak bisa melanjutkan abahnya dalam dakwah dan jihad, menjadi singa-singa yang berani membela dien Islam bahkan dengan darah meraka. Aamiin.

UF : Terakhir, apa arti ustadz Abdullah Sonata buat ustadzah ?

UN : Beliau adalah suami yang terbaik buat ana, yang sabar dalam menghadapi ana, banyak memberi nasihat-nasihat yang baik, jadi ayah yang terbaik terhadap anak-anak meski tidak tinggal bersama lantaran harus berada di balik jeruji besi, beliau tetap memberi perhatian dan banyak memberi nasihat ke anak-anak. Beliau juga sosok suami yang romantis. Kala ana didera kesedihan beliau selalu menguatkan ana. Semoga abah bisa bersabar ( karena kini berada di ujung pulau Nusa Kambangan), bisa tetap Istiqomah.

Dan begitulah. Dari setiap nara sumber wawancara saya, kita makin memahami bahwa ketika seseorang mengikrarkan diri mengambil bagian dalam jalan jihad, maka akan banyak konsekwensi yang harus kita tanggung. Dan tujuan dari wawancara saya bukanlah untuk menakut-nakuti ummahat dan akhwat dan mencegah mereka dari jalan jihad. Namun, dengan semakin banyaknya ummahat yang berbagi kisah dan nasihat akan menjadikan para muslimah terbangun keberanian mereka karena sadar betul bahwa di luar sana banyak sekali wanita hebat yang telah lebih dahulu menanggung beratnya beban dan ujian ketika mengikrarkan “Al-Jihad Sabiluna !”

sumber : http://www.al-mustaqbal.net/muslimah/item/1327-wawancara-eksklusif-bersama-ummu-nusaibah-al-mashuunah--kita-harus-men-suport-suami-bukannya-menjadi-duri-dalam-langkahnya

No comments:

Post a Comment