Sunday, April 21, 2013

"Inilah Aqidah Kami" (Bagian 2)


II. Malaikat – Malaikat

Kami beriman terhadap malaikat-malaikat Allah, dan bahwa mereka itu adalah hamba-hamba Allah yang di mulyakan, mereka itu tidak mendahuluiNya dengan perkataan, dan mereka itu selalu berhati-hati karena takut kepadaNya, mereka mensucikanNya siang malam lagi tidak berhenti.

Maka kami loyal terhadap mereka dan mencintai mereka karena mereka itu termasuk tentara-tentara Allah, dan karena mereka itu memintakan ampunan (kepada Allah) bagi orang-orang yang beriman, dan kami membenci orang yang membenci mereka.

Di antara mereka itu Jibril Ar Ruh Al Amin, Mikail, Israfil yang ditugaskan meniup sangkakala, dan di antara mereka ada yang ditugaskan memikul Arasy, malaikat Kematian, Mungkar dan Nakir, Malik penjaga neraka, Ridwan penjaga surga, malaikat Gunung, malaikat-malaikat yang mulya yang mencatat amalan, dan lainnya sangat banyak, tidak mengetahui jumlahnya kecuali Allah ta’ala, dan telah tsabit dari Al Bukhari dan Muslim dari hadits Annasradhiallahu ‘anhu dalam kisah Mi’raj bahwa Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam diperlihatkan kepada beliau Al Bait Al makmur di langit, masuk ke dalamnya untuk shalat setiap harinya 70.000 malaikat, bila mereka keluar maka mereka tidak kembali lagi.

Dan di dalam hadits shahih Muslim dari ‘Aisyah Ummul Mulminin radhiallahu ‘anha bahwa Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Malaikat diciptakan dari cahaya dan Jin diciptakan dari nyala api serta Adam diciptakan dari apa yang telah disebutkan kepada kalian”. Dan kadang malaikat dengan perintah Allah menjelma dengan bentuk manusia sebagaimana dalam kisah Maryam dan hadits Jibril saat bertanya kepada Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam tentang Iman, Islam, dan Ihsan. Adapun bentuk aslinya, maka Allah telah menyebutkan dalam Al Qur’an bahwa Dia menjadikan dari malaikat-malaikat itu utusan-utusan (untuk mengutus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap masing-masing (ada yang 2, 3, dan 4), Allah menambahkan pada ciptaanNya apa yang dikehendakiNya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam pernah melihat Jibril dalam bentuk aslinya, sedang dia memiliki 600 sayap yang menutupi ufuk.

Dan di antara buah-buah keimanan ini adalah mengagungkan Allah ta’ala karena keagungan makhluk menunjukan terhadap keagungan Penciptanya dan di antara buah-buahnya juga si hamba merasa malu dari malaikat-malaikat Allah ta’ala yang selalu menyertainya dan di antara itu juga pengokohan keimanan orang mukmin yang asing dengan keimanan serta tidak merasa kesepian karena sedikitnya anshar dengan ia selau mengingat bahwa bersamanya ada malaikat-malaikat Allah yang menjaga, dan di dalam shahih Al Bukhari dari Abu Hurairah :

“Sesungguhnya bila Allah menciantai seorang hamba, maka Dia menyeru Jibril bahwa Allah telah mencintai si fulan maka cintailah dia, maka Jibril-pun mencintainya, kemudian Jibril menyerukan di langit bahwa Allah telah mencintai si fulan, maka cintailah dia, kemudian para penghuni langitpun mencintainya, dan penerimaan untuknya di diletakan di bumi…”. Maka wajib atas orang mukmin untuk mencintai dan loyal terhadap orang yang telah dicintai Allah, malaikat-malaikatNya dan hamba-hambaNya yang beriman, serta dia wajib membenci dan memusuhi serta berlepas diri dari orang yang telah dibenci oleh Allah, malaikat-malaikatNya dan hamba-hambaNya yang beriman, karena sesungguhnya hal itu termasuk ikatan iman yang paling kokoh.


III. Kitab – Kitab

Dan kami beriman terhadap kitab-kitab Allah ta’ala yang telah Dia turunkan kepada rasul-rasulNya secara global, dan kami beriman secara rinci terhadap kitab-kitab yang telah Allah sebutkan namanya seperti Taurat, Injil, dan Zabur, serta bahwa penutupnya Al Qur’an Al Adhim adalah firman Rabbul ‘Alamin secara sebenarnya yang turun dengan membawanya Jibril Ar Ruh Al Amin terhadap Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam agar ia menjadi bagian dari para rasul, sebagai batu ujian terhadap kitab-kitab Allah yang lain, dan Al Qur’an itu adalah diturunkan dari Allah ta’ala dan bukan makhluk, dan ia itu tidak di setarai oleh sesuatupun dari ucapan makhluk, dan barangsiapa mengatakan (“Ini tidak lain hanyalah perkataan manusia” (Al Mudatstsir: 25) maka dia telah kafir dan sudah sepantasnya berlaku terhadapnya bila ia tidak rujuk dan taubat dari hal itu firman Allah ta’ala : “Aku akan memasukannya ke dalam (neraka) Saqar” (Al Mudatstsir: 26) dan kami beriman bahwa Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung.

Dan kami beriman bahwa Allah ta’ala telah menjaga kitabNya dari penggantian dan pengrubahan, dimana Dia ta’ala befirman:

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur’an dan sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya” (Al Hijr: 9)

Dan bahwa Allah telah menggantungkan peringatan denganNya. Dia ta’ala berirman:

“Dan Al Qur’an ini di wahyukan kepadaku supaya dengannya aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai Al Qur’an (kepadanya)” (Al An’am: 19)

Dan kami beriman bahwa kitabNya ini adalah Al Urwah Al Wutsqa dan talinya yang kokoh yang barangsiapa berpegang dengannya maka dia selamat, dan barangsiapa berpaling darinya dan meninggalkannya serta membelakanginya, maka binasa dan tergelincir serta sesat dengan kesesatan yang nyata.

Dan di antara buah-buah iman ini adalah mengambil kitab Allah dengan sungguh-sungguh, berpegang teguh dengannya, mengagungkan perintah-perintahnya dan mengamalkannya, serta tidak membenturkan satu ayat dengan yang lainnya dan iman terhadap mutasyabih-mutasyabihnya serta mengembalikannya kepada yang muhkam sesuai metode orang-orang yang mendalam ilmunya.


IV. Para Nabi Dan Rasul

Kami beriman terhadap nabi-nabi dan rasul-rasul Allah seluruhnya yang telah Allah ta’ala kabarkan tentang mereka dalam kitabNya atau telah dikabarkan oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam dalam sunnahnya baik yang telah Allah ceritakan beritanya kepada kita maupun yang tidak Dia ceritakan, dan kami tidak membedakan di antara seseorangpun dari rasul-rasul itu. Allah menyatukan mereka semuanya dalam satu inti dakwah sebagaimana firmanNya:

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja) dan jauhi thaghut itu” (An Nah: 36)

Dan firmanNya:

“Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: ”Bahwasannya tidak ada Tuhan yang haq melainlkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku” (Al Anbiya: 25)

Dan firmanNya:

“(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu” (An Nisa: 165)

Dan firmanNya:

“Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri, dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seseorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan mengadzab sebelum kami mengutus seorang rasul.” (Al Isra: 15)

Dan firmanNya:

“Hampir-hampir (neraka) itu terpecah-pecah lantaran marah. Setiapkali dilemparkan kedalamnya sekumpulan (orang-orang kafir), penjaga-penjaga neraka bertanya kepada mereka : “Apakah belum pernah datang kepadamu (di dunia) seorang pemberi peringatan ?”. Mereka menjawab : “Benar ada”, sesungguhnya telah datang kepada kami seorang pemberi peringatan, maka kami mendustakan (nya) dan kami katakan : “Allah tidak menurunkan sesuatupun, kamu tidak lain hanyalah di dalam kesesatan” (Al Mulk: 8-9)

Dan wajib atas mereka memberikan petunjuk jalan dan bimbingan, namun mereka tidak mampu memberi petunjuk hati manusia karena hal itu berada di antara jari-jemari Allah Yang Maha Pengasih, Dia membolak-balikannya sesuai dengan kehendakNya.

Dan sesungguhnya hidayah itu ada dua macam:

Pertama: Hidayah dilalah dan irsyad (bimbingan dan penunjuk jalan), ini mampu diberikan oleh para rasul, para nabi, para da’i, sebagaimana firmanNya ta’ala:

“Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus” (Asy Syura: 52).

Kedua: Hidayah taufiq dan tasdid, dan ini tidak mampu memberikannya kacuali Allah sebagaimana firmanNya:

“Sesungguhnya kamu tidak dapa memberi petunjuk kepada orang yang” (Al Qashash: 56)

Dan firmanNya:

“Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk” (Al Baqarah: 272).

Dan hidayah ini adalah karunia dari Allah dan keadilan yang Allah berikan kepada orang yang Allah ketahui darinya sikap penerimaan terhadap al haq dan pencarian terhadapnya, sebagaimana firmanNya ta’ala:

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari) keridhoan Kami, benar-benar kami tunjukan kepada mereka jalan-jalan Kami (Al Ankabut: 69)

Dan sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam:“Barangsiapa benar-benar memilih kebaikan maka dia pasti diberinya”

Adapun yang pertama maka termasuk keadilan dan rahmat Allah ta’ala, Dia memberikannya kepada seluruh makhluk.

Dan kami beriman terhadap mukjizat-mukjizat para nabi dan kami menjaga bagi mereka hak mereka, dan kami beretika terhadap mereka, dan kami tidak mengunggulkan atas mereka seorangpun dari manusia baik para wali atau para imam ataupun yang lainnya, namun demikian meeka itu adalah manusia biasa yang tidak memiliki satupun dari sifat-sifat Rububiyyah atau Uluhiyyah, namun mereka itu terkena oleh sifat-sifat kemanusiaan seperti : sakit, mati, dan kebutuhan terhadap makanan dan minuman serta yang lainnya. Allah ta’ala berfiman seraya memerintahkan NabiNya untuk mengatakan:

“Katakanlah (Muhammad): “Aku tidak kuasa mendatangkan manfaat maupum mudlarat bagi diriku kecuali apa yang dikehendaki Allah.Sekiranya aku mengetahui yang ghaib, niscaya aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan tidak akan ditimpa bahaya. Aku hanyalah pemberi peringatan dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman” (Al A’raf: 188)

Dan kami beriman bahwa penutup para nabi dan rasul adalah nabi kita Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam sehingga tidak ada nabi sesudahnya, sedangkan syari’atnya adalah syari’at yang menjadi batu ujian terhadap syari’at-syari’at yang lainnya sampai hari kiamat, dan seorang hamba tidak dikatakan beriman sampai dia mengikuti syari’atnya itu dan menerima dengan sepenuhnya putusan-putusannya.

“Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman sebelum mereka menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, (sehingga) kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang engkau berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya” (An Nisa: 65)]

Dan kami beriman bahwa Allah telah menjadikan Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam sebagai Khalil (kekasihNya) sebagaimana Dia telah menjadikan Ibrahim sebagai Khalil, Dia mengutusnya sebagai rahmat bagi sekalian alam, dan Dia memerintahkan umatnya untuk mengikuti Millah Ibrahim sebagaimana firmanNya:

“Kemudian Kami wahyukan kepadamu (muhammad): “Ikutilah millah Ibrahim yang lurus, dan dia bukanlah termasuk orang musyrik” (An Nahl: 123)

Dan firmanNya ta’ala:

“Sesungguh, telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-rang yang bersama dengannya, ketika mereka berkata kepada kaumnya: “Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu selain Allah, kami mengingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja” (Al Mumtahanah: 4)

Maka kami mentauladani hal itu sampai kami menemui Allah, kami berlepas diri dari kaum musyrikin, anshar mereka, dan wali-wali mereka. Kami membenci mereka dan berlepas diri dari apa yang mereka ibadati selain Allah, kami kafir terhadap falsafah-falsafah mereka dan sistem-sistem mereka yang bathil lagi menyelisihi ajaran Allah, dan kami menampakan serta menyatakan sikap terang-terangan sikap permusuhan kami terhadap orang-orang yang menentang Allah di antara mereka, yang memerangi al haq lagi terang-terangan dengan kebathilannya, namun hal itu tidak menghalangi kami dari mendakwahi mereka dan menjelaskan al haq terhadap orang yang ingin mendengarkannya dari mereka, serta (kami) mengharapkan mereka mendapat petunjuk.

Dan di antara buah-buah iman kepada para rasul adalah mengenal sebagian nikmat-nikmat yang agung terhadap makhlukNya serta mensyukuri nikmatNya itu, sedangkan di antara nikmat Allah yang paling agung adalah kasih sayangnya terhadap mereka dengan diutus rasul-rasul kepada mereka untuk membimbing mereka kepada jalan yang lurus, dan memperkenalkan kepada mereka apa yang bisa menghantarkan mereka ke surga dan menyelamatkan mereka dari api nereka.

Dan di antara hal itu mencintai para rasul, memuji mereka, mengucapkan shalawat dansalam atas mereka, dan mendo’akan mereka atas apa yang mereka pikul berupa penindasan kaum-kaumnya, dan atas kesabaran mereka dari kesulitan-kesulitan dakwah serta mentauladani mereka dalam hal itu dan mengikuti mereka di atas manhaj mereka, sunnah mereka, perjalanan mereka dan dakwah mereka kepada Allah.

Dan kami mencintai dengan sebab kecintaan terhadap Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, anggota-anggota keluarga beliau yang suci, para shahabatnya, para pengikutnya, dan ansharnya sampai hari pembalasan. Kami loyal terhadap mereka dan tidak berlepas diri dari seorangpun di antara mereka, bahkan justeru kami membenci orang yang membenci mereka dan orang yang menyebutkan mereka dengan selain kebaikan, maka kami tidak menyebutkan mereka kecuali dengan kebaikan, dan mencintai mereka itu bagi kami adalah dien, iman, dan ihsan yang dengannya kami mendekatkan diri kepada Allah ta’ala.

Dan kami membedakan diri dari ahli bid’ah dengan keselamatan hati kami dan lisan kami terhadap mereka, dan kami tidak bosan dari berdo’a dengan firman Allah:

“Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang” (Al Hasyr: 10)

Dan kami berlepas diri dari ajaran orang-orang Rafidlah yang membenci dan mencaci para shahabat Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam, dan dari ajaran orang-orang Nawashib yang menyatakan permushan terhadap Ahlul Bait.

Dan kami mengetahui bagi Ali, Fathimah, Al Hasan, Al Husen, dan Ahlul Bait lainnya hak mereka, maka kami mencintai mereka dan tidak ghuluw terhadap mereka.

Jagalah bagi Ahlul Bait kewajiban hak mereka
Dan ketahuilah Ali dengan sebenar-benarnya
Jangan kau mengurangi dan merubah dalam kedudukannya
Karena atas dasarnya kedua kelompok masuk neraka
Salah satunya tidak meridhai ia sebagai khalifah
Dan yang lain mengangkatnya sebagai tuhan kedua[3]

Dan kami mengatakan bersama ini semuanya sebagaimana apa yang dikatakan Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam: ”Barangsiapa amalannya memperlambat dia, maka faktor keturunan tidak akan mempercepatnya”.[4]

Dan kami menahan diri dari membicarakan perselisihan yang terjadi di antara para shabat Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam, karena mereka dalam hal itu antara mujtahid yang tepat dan mujtahid yang keliru, sehingga bagi sebagian mereka satu pahala dan bagi sebagian yang lain dua pahala.

Katakanlah ucapan yang baik tentang para shahabat Ahmad
Dan pujilah seluruh keluarga dan isteri-isterinya
Tinggalkan apa yang terjadi di antara shahabat di peperangan
Dengan pedang-pedang mereka saat dua pasukan bertempur
Orang yang terbunuh di antara mereka dan yang membunuhnya
Keduanya dirahmati di hari kebangkitan
Jangan kau terima dari sejarah apa
Yang dikumpulkan perawi dan yang dituliskan oleh tangan.[5]

Dan mereka bersama itu semua bukanlah orang yang ma’shum, akan tetapi mereka itu sebagaimana yang dikabarkan Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam adalah generasi terbaik, dan satu mud dari seseorang di antara mereka bila di shadaqahkan adalah lebih baik dari emas sebesar gunung Uhud dari orang-orang setelah mereka.

Dan kami mencintai ansharuddin di setiap zaman sampai hari kiamat, yang dekat di antara mereka maupun yang jauh, orang yang kami kenal di antara mereka maupun yang tidak kami kenal, dan tidaklah membahayakan mereka keberadaan kami tidak mengenal mereka.

Kami tidak berlepas diri dari seorangpun di antara mereka atau kami memusuhinya atau kami memperlakukannya seperti terhadap orang kafir, akan tetapi kami loyal terhadap mereka, mendo’akan mereka, dan kami berupaya keras untuk menjadi bagian dari mereka.

* * *

_____________

[3] Dari Nuriyyah Al Qathaniy.

[4] HR. Muslim, Ahmad, At Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ad Darimi.

[5] Dari Nuriyyah Al Qathaniy



BERSAMBUNG......


Bagian 1 :
http://www.facebook.com/photo.php?fbid=439403312819634
http://m.facebook.com/photo.php?fbid=439403312819634

No comments:

Post a Comment