Thursday, April 25, 2013

TAUHID adalah HAK ALLAH atas Seluruh hamba



Oleh : Syaikh Abu Muhammad 'Ashim Al Maqdisiy

Ketahuilah, semoga Allah Ta'ala merahmatimu, bahwa perkara pertama yang Allah wajibkan atas seluruh hamba hamba-Nya untuk dipelajari dan diamalkan, sebelum sholat, zakat, puasa, haji dan seluruh kewajiban kewajiban yang lain adalah tauhid. Allah Ta'ala berfirman:

"Ketahuilah bahwa tidak ada Ilah selain Allah" (Surat Al Qital:19)

Dan bahwa Allah Subhanahu Wa Ta'ala tidak menciptakan mereka kecuali hanya untuk mencapai perkara agung ini. Allah Ta'ala berfirman:

"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka beribadah kepada-Ku" (Adz Dzaariyaat : 56)

Maksudnya adalah: Agar mereka men-tauhidkan Aku, yaitu beribadah hanya kepada-Ku saja. Inilah makna dari laa ilaaha illallaah, yaitu tidak ada yang diibadahi secara haq kecuali Allah.

Inilah tujuan diutusnya para semua Rosul , Allah Ta'ala berfirman:

Dan Sungguh Kami telah mengutus rosul pada setiap umat untuk menyerukan "Beribadahlah kepada Allah dan jauhilah thogut."

Firman-Nya:

"Beribadahlah kepada Allah dan jauhilah thogut."

adalah makna dari:

"Tidak ada Ilah kecuali Allah"

Karena mengandung bentuk kalimatnafiy (bentuk kalimat peniadaan) dan bentuk kalimat itsbaat (bentuk kalimat penetapan). Bentuk nafiynya adalah:

"Tidak ada Ilah

Sedangkan bentuk itsbaatnya adalah:

"Kecuali Allah"

Laa ilaaha mengandung pengertian tindakan meninggalkan segala sesuatu yang diibadahi selain Allah , dan ia merupakan thogut apabila ia (yaitu orang yang diibadahi selain Allah tadi. pent) rela untuk diibadahi.[1] Sedangkan illallaah mengandung pengertian menetapkan ibadah hanya kepada Allah saja.

Untuk menerapkan kalimat tauhid yang agung ini, maka harus menggabungkan antara sisi nafiy dan sisi itsbaat. Apabila nafiy saja, maka ini merupakan sebuah bentuk kekafiran dan ta'thiil. Apabila itsbaat saja, maka tidak mencukupi, karena masih mengandung keimanan kepada sembahan sembahan lain disamping keimanannya kepada Allah. Sampai seorang hamba mengumpulkan antara nafiy dan itsbaat, hingga ia hanya beribadah kepada Allah saja serta ber-baro' (berlepas diri) dan kafir kepada setiap sesuatu yang diibadahi selain Allah, maka ketika itu ia telah menerapkan tauhid yang telah dibawa oleh semua Rosul.

Allah Ta'ala berfirman:

"Dia menurunkan para malaikat dengan perintah-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki dari hamba hamba-Nya, yaitu: "Berilah peringatan oleh kamu sekalian, bahwasanya tidak ada Ilah selain Aku, maka hendaknya kalian bertaqwa kepada-Ku" (An Nahl:2).

Dan Allah Subhanahu berfirman:

"Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rosulpun kecuali Kami wahyukan kepadanya: bahwasanya tidak ada Ilah selain Aku maka beribadahlah kepada-Ku" (Al Anbiyaa:25)

Di dalam As Sunnah, sabda Nabi shollallahu 'alaihi wa sallam:

"Perkataanku dan perkataan para Nabi sebelumku yang paling utama adalah: laa ilaaha illallaah." (Diriwayatkan oleh Al Bukhoriy)

Demi tujuan yang agung ini , maka terjadilah perang antara para Rosul dengan kaum kaum mereka. Konflik, al wala'dan al baro', cinta dan kebencian, serta pertemanan dan permusuhan adalah berdasarkan hal ini. Karena sebab masalah ini, banyak para Nabi yang dibunuh dan disiksa, para sahabat dianiaya, mereka disiksa di Mekah sejak sebelum disyari'atkannya sholat, zakat, haji dan kewajiban kewajiban lainnya. Allah Ta'ala berfirman:

"Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan (Rosul) dari kalangan mereka, dan orang orang kafir berkata: "Ini adalah seorang ahli sihir tukang pendusta. Mengapa ia menjadikan Ilah Ilah itu hanya saja saja? Ini benar benar sesuatu yang mengherankan !" (Shaad:4-5)

Firman Allah tentang kaum musyrikin diatas menceritakan tentang pengingkaran mereka terhadap hal paling besar yang dibawa oleh Nabi shollallahu 'alaihi wa sallam: "Kenapa ia menjadikan Ilah Ilah itu hanya satu saja?!" adalah makna dari "Beribadahlah kepada Allah dan jauhilah thogut", dan makna dari "Tidak ada Ilah kecuali Allah".

Dan inilah Al 'Urwah Al Wutsqo (buhul tali yang kokoh) yang mana Allah telah menjamin hamba hamba-Nya, apabila mereka berpegang teguh kepadanya, maka tidak akan putus. Keselamatan tidak akan dapat diraih kecuali dengan berpegang teguh kepadanya. Allah Ta'ala berfirman:

"Tidak ada paksaan untuk memasuki din. Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dan jalan yang sesat. Maka barang siapa yang kafir kepada thogut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang teguh kepada al 'urwah al wutsqo (buhul tali yang sangat kuat) yang tidak akan putus" (Al Baqarah:256).

Firman Allah Ta'ala:

"Barang siapa yang kafir kepada thogut"

adalah merupakan nafiy (peniadaan) yang terkandung di dalam:

"Tidak ada Ilah"

Dan firnan Allah Ta'ala:

"Dan beriman kepada Allah"

adalah merupakan itsbat yang terkandung di dalam:

Adapun Al 'Urwah Al Wutsqo (ikatan yang paling kokoh) yang mana seseorang tidak akan selamat kecuali dengan berpegang teguh dengannya adalah laa ilaaha illallaah (tidak ada Ilah kecuali Allah.

Hal itu karena ikatan ikatan iman itu adalah banyak, dan manusia berpegang teguh kepada semua itu atau kepada sebagiannya. Ada yang hanya berpegang teguh kepada ikatan sholat saja, ada yang berpegang teguh kepada ikatan sedekah dan perbuatan perbuatan baik saja. Akan tetapi itu semua tidak mencukupi untuk mendapatkan keselamatan bila tanpa adanya al 'urwah al wutsqo. Tidak akan ada keselamatan selama lamanya kecuali bila ikatan agung ini (laa ilaaha illallaah) telah diterapkan sebelum ikatan ikatan iman yang lain, karena tanpa ikatan ini maka ikatan ikatan yang lain tidak akan dikabulkan. Oleh karena itu, ketika fir'aun telah melihat kematiannya dan dalam keadaan tenggelam, dia tidak berkeinginan untuk berpegang teguh kecuali kepada ikatan ini. Akan tetapi itu terjadi ketika telah habis masa untuk itu. Allah Ta'ala berfirman:

"Hingga bila fir'aun itu telah hampir tenggelam, ia berkata: "Saya beriman bahwa tidak ada Ilah kecuali yang diimani oleh Bani Israel dan saya termasuk orang muslim." (Yunus:90).

Karena agungnya urusan tauhid ini, maka telah shohih rwayat dari Nabi shollallahu 'alaihi wa sallam, bahwasanya langit langit dan bumi bila diletakkan pada salah satu piringan mizan (timbangan) dan laa ilaaha illallaah pada piringan yang satunya lagi, maka laa ilaaha illallaah akan lebih berat dari itu semua.

Oleh karena itu tidak ada yang lebih baik untuk menghadapi keadaan yang berat selain tauhid, tidakkah engkau melihat bahwa do'a ketika ditimpa musibah:

"Allah. Allah adalah Rob ku dan aku tidak menyekutukan-Nya dengan seorangpun."

Oleh karena itu para Nabi, yaitu manusia yang paling berilmu dan paling faqih, ketika menghadapi keadaan yang berat, mereka berlindung dengan tauhid dan bertawassul kepada Allah dengannya, ini karena pengetahuan mereka bahwa tauhid adalah hal yang paling agung di sisi Allah. Allah Ta'ala berfirman tentang Nabi-Nya Yunus 'alaihis salam:

"Maka ia menyeru dalam beberapa kegelapan[2]: "Bahwa tidak ada Ilah selain Engkau. Maha suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang orang zalim". Maka Kami memperkenankan do'anya dan menyelamatkannya dari kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang orang beriman." (Al Anbiyaa' : 87-88)

Bila engkau telah memahami penjelasan diatas tentang pentingnya tauhid (laa ilaaha illallaah) serta agungnya kedudukannya, dan bahwa maknanya adalah men-tauhidkan Allah dengan ibadah, maksudnya bahwa tidak ada sesuatu yang diibadahi secara haq selain Allah, maka wajib atasmu untuk mempelajari makna ibadah agar engkau dapat mempersembahkannya secara sempurna kepada Allah dan agar engkau dapat menghindari beribadah kepada selain Allah subhanahu dengan suatu bentuk ibadah apapun. Dengan itu, engkau dapat menerapkan tauhid secara sempurna.

Demikian juga, engkau wajib memahami makna syirik yang merupakan lawan dari tauhid agar engkau dapat menghindarinya.

Sebelum itu, ketahuilah bahwa laa ilaaha illallaah mempunyai syarat syarat yang tidak akan sah kecuali dengannya. Syarat syarat tersebut adalah:

1. Yang pertama: Mengetahui maknanya, apa yang ditiadakannya dan apa yang ditetapkannya. Allah Ta'ala berfirman:

"Ketahuilah bahwa tidak ada Ilah selain Allah" (Al Qital : 19)

2. Yang kedua: Yakin yang dapat meniadakan keragu raguan. Rosulullah shollallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Manusia yang paling bahagia dengan syafa'atku pada hari kiama adalah orang yang mengucapkan "laa ilaaha illallaah"[3] secara ikhlas dari dalam hatinya atau jiwanya" (diriwayatkan oleh Al Bukhoriy).

3. Yang ketiga: Shidq (benar/jujur) yang meniadakan dusta. Kalimat ini tidak akan dikabulkan dari orang yang mengucapkannya secara dusta, seperti orang munafik. Allah Ta'ala berfirman:

"Sesungguhnya orang orang munafik, mereka berada di tingkat paling bawah di neraka" (An Nisa : 145)

4. Yang keempat: Ikhlas yang meniadakan kesyirikan. Allah Ta'ala berfirman:

"Sesungguhnya barang siapa yang menyekutukan sesuatu dengan Allah, maka Allah telah mengharamkan surga atasnya."

5. Yang kelima: Cinta terhadap kalimat ini dan apa apa yang ditunjukkannya.

6. Yang keenam: Melaksanakan hak haknya. Wahab bin Munabbih berkata: Laa ilaaha illallaah adalah kunci surga, dan setiap kunci memiliki gigi gigi. Barang siapa yang datang dengan kunci yang memiliki gigi gigi, maka akan dibukakan baginya, dan barang siapa yang datang dengan kunci yang tidak bergigi maka tidak akan dibukakan baginya. Gigi giginya adalah hak hak laa ilaaha illallaah berupa rukun rukun dan kewajiban kewajiban dalam Islam, ikatan ikatan Iman serta lawazim lawazimnya.

7. Yang ketujuh: Meninggalkan pembatal pembatalnya, dan ini banyak, yang paling berbahaya adalah syirik kepada Allah. Nanti akan dijelaskan sebagian dari pembatal pembatalnya.

Ketahuilah, bahwa tauhid ini dinamakan oleh sebagian ahlul 'ilmi dengan tauhid uluhiyah atau tauhid ibadah, dan disana masih ada dua macam tauhid yang lain yang disebutkan oleh para ulama, yaitu:

1. Tauhid rububiyah yaitu i'tiqod (keyakinan) bahwa Allah adalah Pencipta, Pemberi rezki dan Pengatur. Ini saja tidak cukup untuk mendapatkan keselamatan. Orang orang kafir Quraisypun beriman terhadap hal ini, meskipun demikian mereka tidak menjadi kaum muslimin dengan keiman terhadap hal ini saja, darah dan harta mereka tidak terlindungi sampai mereka menerapkan tauhid ibadah dan berlepas diri dari Ilah Ilah (sembahan sembahan) mereka yang batil. Allah Ta'ala berfirman tentang mereka:

"Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka (orang orang musyrik): "Siapakah yang menciptakan langit langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?" Tentu mereka akan menjawab: "Allah" (Al Ankabut:61).

2. Tauhiid asma' wa shifat: Yaitu mensifati Allah dengan apa apa yang Dia telah mensifati Diri-Nya dengannya tanpa tasybih dan tamtsil (menyerupakan-Nya dengan makhluk),, dan tanpa takyif (menentukan bagaimananya)ataupun ta'thil (meniadakannya / mengingkarinya), serta kita tidak mensifati seorangpun dengan apapun dari sifat sifat-Nya.

Syirik. Ketahuilah bahwa dosa kepada Allah yang paling besar adalah syirik. Allah Ta'ala berfirman:

"Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan sesuatu dengan-Nya, dan Dia mengampuni dosa selain itu bagi siapa yang Dia kehendaki."

Nabi shollallahu 'alaihi wa sallam telah ditanya tentang dosa paling besar, lalu beliau bersabda:

"Yaitu bila engkau membuat tandingan bagi Allah, padahal Allah telah menciptakanmu."

Perbuatan ini akan menghapus segala amalan amalan. Allah Ta'ala berfirman:

"Bila engkau melakukan syirik maka benar benar akan terhapus amalan amalanmu."

Syirik ada dua macam, syirik besar dan syirik kecil.

Syirk kecil adalah seperti perbuatan riya' yang ringan dan bersumpah dengan selain nama Allah Ta'ala seperti bersumpah dengan nama Nabi, ka'bah, orang orang mulia dan yang semacam itu. Ini adalah syirik kecil, kecuali bila pelakunya berkeyakinan bahwa sesuatu yang ia bersumpah dengan namanya itu lebih agung daripada Allah, maka perbuatannya ini menjadi syirik besar, dan ini akan nampak dari sikap peremehannya terhadap sumpah dengan Allah, sebaliknya ia takut bila bersumpah dengan nama nama yang mereka cintai selain Allah.

Sedangkan syirik besar adalah mengambil sesatu yang diibadahi disamping Allah, mensekutukan Allah dengannya dalam apapun bentuk dari bentuk bentuk ibadah, ia sujud kepadanya atau sholat kepadanya, atau berdo'a kepadanya, atau berharap dan takut kepadanya sebagaimana ia takut dan berharap kepada Allah, atau mencintainya seperti cintanya kepada Allah, atau meminta pertolongan kepadanya untuk mencegah bahaya dan mendapatkan manfaat dalam hal hal yang tidak dimampui kecuali oleh Allah, atau mengikuti dan mentaatinya dalam masalah tasyri' (pembuatan syari'at/undang undang), tahlil (penghalalan sesuatu) dan tahrim (pengharaman sesuatu), itu semua adalah perbuatan syirik kepada Allah yang Maha Agung.

Dari sini engkau mengetahui bahwa syirik adalah pembatal tauhid, terkadang terjadi pada masalah uluhiyah dan terkadang pada masalah asma' wa shifat: yaitu dengan mensifati Allah dengan sebagian dari sifat sifat makhluq-Nya, seperti mengatakan bahwa Tangan Allah seperti tangan tangan makhluq, padahal Allah berfirman dalam mensifati Diri-Nya :

"Tidak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya dan Dia adalah Maha Mendengar dan Maha Melihat."

Atau mensifati selain Allah dengan sebagian dari sifat sifat Allah subhanahu, atau memecahkan baginya nama dari nama nama Allah sebagaimana perbuatan orang orang musyrikin yang telah menamai berhala mereka 'Uzza yaitu pecahan dari Al 'Aziz.

Perbuatan meninggalkan sholat adalah termasuk dari hal hal yang telah dijelaskan oleh Nabi shollallahu 'alaihi wa sallam termasuk dari kesyirikan. Beliau bersabda:

"Sesungguhnya diantara seseorang dan kesyirikan dan kekafiran adalah meninggalkan sholat." (diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Kitabul Iman dari Jabir bin Abdillah rodiyallah 'anhu dari Nabi shollallahu 'alaihi wa sallam).

Saya memohon kepada Allah untuk melindungi kami dan engkau dari menyekutukan Allah. Sungguh Allah Ta'ala telah berfirman:

"Sesungguhnya barang siapa yang menyekutukan Allah, maka Allah telah mengharamkan surga atasnya"


Abu Muhammad 'Ashim Al Maqdisiy
Penjara Qofqofa, Yordania, Robi'u Ats Tsani 1415 H.
Alih bahasa : Muhajir

=====================================

[1] Syarat pengikat ini adalah penting, karena dengannya tidak akan dianggap sebagai thogut orang yang diibadahi sedangkan ia tidak rela terhadap ibadahnya orang orang musyrikin kepadanya, seperti para malaikat, 'uzair, Al Masih, dan yang selain mereka dari para Nabi dan para wali dan orang orang sholeh, mereka semua tidak dinamakan sebagai thogut, dan tidak pula berbaro' dari mereka, akan tetapi berbaro' dari peribadatan kepada mereka dan keyakinan terhadap ke-ilahan mereka.

[2] Kegelapan malam, kegelapan laut dan kegelapan perut ikan.

[3] Sebagian ahlul 'ilmi berpandangan bahwa ungkapan ungkapan di-ithlaqkan yang seperti ini yang menyatakan bahwa: "Barang siapa yang mengucapkan laa ilaaha illallaah maka ia masuk surga", adalah ketika permulaan Islam, ketika dakwah baru hanya untuk mengikrarkan tauhid. Akan tetapi ketika kewajiban kewajiban telah diwajibkan, hukum hukum had telah diterapkan, maka hal ini di-mansukh, dan dalil dalil tentang hal ini adalah banyak dan nampak jelas. Seperti ini juga pendapat Adh dhohak, Az Zuhri, Sufyan Ats Tsauriy dan lain lain.

Kelompok lain mengatakan bahwa hal ini tidak perlu dianggap sebagai mansukh, karena segala sesuatu dari rukun rukun din dan kewajiban kewajiban Islam adalah termasuk tuntutan tuntutan pengikraran dua kalimat syahadat serta penyempurnanya. Bila ia telah mengikrarkannya kemudian tidak melaksanakan sesuatupun dari kewajiban kewajibannya karena sebab juhud (mengingkari) atau karena sebab peremehan berdasarkan perincian khilaf dalam masalah ini, maka kami menghukuminya dengan kafir dan tidak masuk surga. Pendapat ini juga berdekatan.

Kelompok lain mengatakan: Melafazkan kalimat tauhid adalah merupakan sebab masuk surga dan selamat dari neraka, dengan syarat yaitu hendaknya mengerjakan kewajiban kewajiban dan meninggalkan dosa dosa besar. Bila ia tidak mengerjakan kewajiban kewajiban dan tidak pula meninggalkan dosa dosa besar, maka perbuatannya yang melafazkan kalimat tauhid tidak dapat mencegahnya dari masuk neraka. Pendapat ini berdekatan dengan pendapat sebelumnya atau bahkan sama. Wallahu subhanahu wa ta'ala a'lam. (At Targhib wa At Tarhib: 2/413-414)

(terapkan-tauhid.blogspot.com)

No comments:

Post a Comment