Wednesday, March 6, 2013

Inilah Orangnya ! Mustafha Kemal Attaturk




Aminah S.Rini & Ummu Fauzi Untuk Al-Mustaqbal.net

Disuruh bikin artikel tentang Musthafa Kamal Attaturk adalah tugas yang “menyebalkan”. Menyebalkan, karena mau tidak mau saya harus membaca buku yang membahas tokoh yang sangat menyebalkan ini. Bukan hanya menyebalkan, tetapi mendengar dan membaca tentang Musthafa Kamal Attaturk akan membuat darah mendidih, gigi gemeretuk dan amarah memuncak. Tapi saya sadar, tak kenal maka tak benci. Maka itulah saya tetap usahakan mencari bahan-bahan tulisan agar kita semua tahu siapa musuh Islam dan kaum Muslimin yang bernama Musthafa Kamal Attaturk itu dan bagaimana kita membangun baro’ atasnya.

Dan, satu tulisan ini adalah apa yang saya hadirkan untuk pembaca situs al-mustaqbal.net untuk mengetahui beberapa hal tentang Musthafa Kamal, seorang tokoh murtad yang telah menghancurkan khilafah Turki Utsmani.

Siapakah sejatinya Musthafa Kamal Attaturk ini ? Muslimkah ia ? Dari keturunan dan berdarah Turkikah ia sebenarnya sehingga ia menyandang gelar Attaturk ? Sosok yang memiliki mata berwarna biru, beralis sangat tebal, dan rambut berwarna kuning ini begitu menarik untuk ditelisik lebih jauh, karena keberadaannya yang hingga kini tidak terendus tentang siapa ia sesungguhnya. Kemudian, seberapa besar sesungguhnya pengaruh yang ditimbulkan oleh sosok yang sangat kontroversial ini ? Maka beberapa hal berikut layak kita simak ;

1880 (1296 H) Musthafa lahir di Salanik (kini Thessaloniki, Yunani). Ada yang berpendapat ia lahir 19 Mei 1881 dari ibu kandung bernama Zubaidah Hanim, sementara ayah kandungnya tidak jelas. Ayah tirinya bernama Ali Ridha Afandi.

1886. Ali Ridha Afandi meninggal dunia di kawasan Ishlah Khanah. Musthafa kemudian diasuh dan dibesarkan oleh ibunya.

1892. Musthafa masuk sekolah militer (setingkat SLTP) di Salanik dan Manastar (kini Bitola). Memperoleh nama “Kamal” dari guru matematikanya.

1895. Masuk sekolah militer (setingkat SLTA) di Manastar.

1898/1899. Musthafa masuk Akademi Militer di Istambul.

1905.Lulus Akademi Militer dan ditempatkan di Damaskus. Di kota ini ia bergabung dengan kelompok rahasia “Tanah Air dan Kemerdekaan” dan menjadi penentang aktif Turki Utsmani.

1908. Kaum “Turki Muda” merebut kekuasaan dari Sultan Abdul Hamid II dan Musthafa Kamal menjadi tokoh militer seniornya.

1 Februari 1915. Memperoleh kenaikan pangkat menjadi Brigadir Jenderal.

1916. Memperoleh kenaikan pangkat menjadi Basya (setingkat Jenderal).

1917. Diangkat menjadi wakil Panglima Pasukan Kedua.

1917 & 1918. Ditugaskan ke front Kaukasus (Kafkaslar) untuk berperang melawan Rusia. Ia kemudian ditugaskan ke Hijaz untuk meredakan “Pemberontakan Arab” (dukungan Inggris). Ia kembali berdinas dalam mempertahankan Palestina, namun gagal.

23 Agustus 1919. Berlangsung “Pertemuan Ardhrum” dan ia diangkat menjadi Gubernur Ardhrum.

1922. Setelah perang Shaqariya, ia meminta gelar “Ghazi” kepada Majelis dan uang hadiah 4 juta Lira Turki. Namun, yang dikabulkan hanya gelar “Ghazi” di depan namanya.

29 November 1923. Musthafa terpilih sebagai Presiden pertama Turki.

3 Maret 1924. Melalui sidang Dewan Perwakilan Nasional, ia memecat Khalifah , membubarkan sistem Khilafah, dan menghapus sistem Islam dari Negara Turki.

24 November 1934. Melalui keputusan Majelis, ia memasang gelar “Attaturk” pada namanya yang berarti “Founding Father Turki” atau dapat bermakna “Leluhur Turki”.

10 November 1938. Musthafa meninggal dunia di istana Dulamah Baghjah, Istambul karena penyakit radang hati (lever cyruz).

Begitulah biografi singkat Musthafa. Dan jika apa yang dia lakukan bersama “Turki Muda” dengan merebut kekuasaan sah Khalifah terakhir Daulah Islam Turki Utsmani, Sultan Abdul Hamid II serta berlindung di balik Dewan Perwakilan Nasional untuk menghancurkan Khilafah itu belum cukup membangun kebencian kita, maka simaklah kebejatan-kebejatan lain si murtad Musthafa itu lewat penuturan tokoh-tokoh berikut ;

“Dikisahkan pula bahwa suatu hari Musthafa mengangkat gelas berisi minuman keras di depan umum dan berbicara kepada khalayak ramai, ‘Sesungguhnya minuman ini biasa diminum oleh para Sultan dan Khalifah, namun mereka menyembunyikannya dari pandangan umum. Adapun aku sekarang meminumnya secara terang-terangan.”

Dhabith Tarki Sabiq

“Mabuk di setiap acara pesta merupakan pemandangan biasa dari Attaturk yang tidak mungkin dihitung lagi. Pundi-pundi yang digunakan untuk mengisi dan menuangkan minuman keras juga tidak terhitung jumlahnya.”

Falih Rifqi dalam bukunya ‘Janqaya’.

“Pada suatu malam yang larut, Musthafa Kamal datang bersama salah seorang pengawalnya,Shalih, ke pintu gerbang sekolah mengendarai mobilnya. Lantas mereka berdua membawa paksa seorang putri murid sekolah tersebut dengan mobilnya untuk berbuat keji dengannya.”

Syahanadah Hanim, Kepala sekolah Darul Mu’allimat Ankara.

“Perilaku keji Musthafa Kamal tidak terbatas dengan dua cara ini saja ; mengambil murid perempuan dari sekolah atau disuguhkan dan dihadiahkan wanita oleh mereka yang menginginkan jabatan, kewibawaan, kedudukan, dan keistimewaan lainnya, tetapi juga bisa ditambahkan bahwa ia mengambil istri orang, anak perempuan atau saudara perempuan orang lain dengan jalan paksa.”

Dhabith Tarki Sabiq.

“Sementara itu, Menteri Pendidikan Turki, Syukri, ketika mulai diputus tali gantungannya, ia tidak dapat menahan untuk mengucapkan kalimat terakhirnya, ‘Sungguh, tali engkau (Musthafa Kamal) ini jelek dan hina seperti semua perbuatan engkau.”

-[ ]-

Setahun atau setahun lebih sebelum meninggal, yakni di tahun 1937, beberapa gejala penyakit mulai mendera tubuh Musthafa Kamal Attaturk. Di antara gejala penyakit itu adalah seringnya keluar darah dari hidung Musthafa Kamal dan rasa gatal yang menghinggapi sekujur tubuhnya.

Attaturk tidak kuat lagi menahan rasa gatal yang dideranya sehingga sering dalam sebuah rapat atau pertemuan penting, dia terpaksa harus memiringkan tubuh dan menggaruk kedua belah pahanya. Suatu saat dia berkata, “Di rumah ini banyak hewan merah kecil yang tidak terlihat oleh mata.” Sebenarnya, selain dirinya, tidak ada seorang pun yang merasakan gangguan hewan merah kecil itu, hanya saja ada satu orang yang mengaku merasakan hal yang sama sekedar sebagai upaya untuk menghiburnya.

Karena penyakit gatalnya semakin menjadi-jadi, maka ketika suatu saat akan melakukan perjalanan, Attaturk memerintahkan agar melakukan penyemprotan tempat tinggalnya dengan obat yang sangat kuat dan manjur. Tindakan terhadap “hewan merah” ini tidak pernah dilakukan oleh pemimpin yang paling gila dan bodoh sekalipun.

Dalam buku ar-Rajul al-Auhad karya Syaukat Tsurayya, halaman 549, disebutkan ;

Kepala Sekretariat khusus menulis sebuah memo kepada Kementerian Kesehatan seperti berikut, ‘Mengingat adanya serangan semut di istana dan tubuh Attaturk yang gagah disengat hewan kecil ini sampai menimbulkan rasa gatal hingga di wajahanya.’

Sebagai jawaban, Penasihat Kementerian Kesehatan memberi pernyataan seperti berikut, ‘Memang benar ada semut di beberapa bagian istana. Para pakar yang kami kirim melaporkan bahwa semut tersebut berasal dari jenis semut yang hijrah dari Cina ke Eropa.’

Lalu, satuan khusus didatangkan dari kapal perang Yawuz untuk berburu semut di istana saat Musthafa pergi ke Ankara. Sekelompok satuan khusus dari kapal perang Yawuz itu datang untuk berburu semut seperti sebuah satuan besar sedang mengamankan sebuah bangunan istana.

Setibanya dari Ankara, Penasihat Kementerian Kesehatan mengatakan bahwa ia menyaksikan Attaturk tampak sangat menderita, sedangkan penyakit gatal dan darah yang sering mengalir dari hidungnya semakin parah dari sebelumnya.

Betapa menggelikannya hal ini, sosok besar yang bahkan pernah merasa menjadi Tuhan itu merasa rapuh dan runtuh karena gigitan semut. Lalu, orang-orang di sekitarnya yang seharusnya masih waras, ikut terseret kegilaannya, mengirim pasukan khusus dari kapal perang untuk berburu semut dan membuat analisa semut dari penelitian pakar-pakar yang dikirim Penasihat Kementerian Kesehatan.

Sementara itu, pengaruh penyakit lever terus berlanjut dalam tubuh Attaturk tanpa dapat dihentikan. Selain penyakit gatal, darah terus mengalir dari hidungnya.Coba perhatikan hikmah Allah swt ; Sekalipun Attaturk dikelilingi oleh sekian banyak dokter professional, spesialis dan pakar kedokteran, namun tak ada satupun dari mereka menyadari bahwa apa yang dirasakan Attaturk itu adalah gejala-gejala penyakit yang dideritanya. Tidak satupun dari dokter itu mencoba memberi perhatian serius dengan mendiagnosis secara lebih teliti atau merasa curiga dan khawatir dengan semua gejala yang diderita Attaturk. Mereka cuma sibuk menghibur akan menghentikan pendarahan di hidungnya dan berupaya menyenangkannya dengan memburu semut di istananya dengan mengirim satuan khusus dari kapal perang untuk berburu semut. Padahal , pelayanan untuk diagnosis kesehatan itu dapat diperoleh oleh orang desa sekalipun. Attaturk tidak mendapat pelayanan kesehatan yang semestinya dapat diperoleh dengan mudah oleh rakyatnya yang paling miskin sekalipun asalkan orang tersebut mau datang ke Rumah Sakit Pemerintah karena ada banyak fasilitas di sana.

Semua itu tidak lepas dari dari hikmah dan kehendak Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Akhirnya, pada tahun 1938, Attaturk mengetahui penyakit yang sebenarnya telah dideritanya sejak tahun 1936. Dan ketika dia tahu, penyakitnya sudah sangat parah.


Sumber : “Kamal Attaturk, Pengusung Sekulerisme dan Penghancur Khilafah Islamiah” . Penulis ; Dhabith Tarki Sabiq. Penerbit ; Senayan Publishing. & DBS


(KabarDuniaIslam/al-mustaqbal.net)

No comments:

Post a Comment