Wednesday, August 8, 2012

DENGAN SABUN, RATUSAN ORANG MASUK ISLAM






Namanya Ustad Fadzlan Garamathan. Lahir dan besar di Irian Jaya (maaf tidak menggunakan kata Papua karena artinya jelek). Julukan da’I sabun telah melekat padanya. Tahu kenapa? Sebab, dengan sabun ia berhasil mengislamkan 200 suku dan 200.000an orang di tanah paling timur Indonesia. Yah, hanya dengan sabun. Cukup sederhana bukan?

Ceritanya begini. Ia sebagai warga asli tanah Irian melihat masyarakat disekitarnya khususnya dipedalaman kurang begitu memperhatikan kebersihan. Kesan selalu tanpa busana, bau, kotor, dan kurang berpendidikan mengesankan masyarakat Irian bukan masyarakat yang beradap. Disinilah Ust. Fadzlan hadir untuk mengajarkan mereka menjadi manusia yang beradap. Yaitu dengan mengajarkan mandi, thaharoh atau bersuci. Lalu apa yang terjadi, para suku-suku pedalaman tersebut menjadi senang. Tubuh mereka jadi harum.

Sebelumnya, penduduk pedalaman Irian terbiasa mandi dengan melulurkan minyak babi ke tubuh mereka. Katanya untuk menghindari nyamuk dan udara dingin. Sejak “berkenalan” dengan sabun mandi, masyarakat Irian itu kini tak lagi menggunakan lemak babi. Setelah itu, dia mengajarkan cara bersuci: wudhu, tayammum, dan lainnya.

Nah, dari ketertarikan penduduk pedalaman Irian terhadap sabun, mereka mau masuk Islam. Ternyata Islam itu bersih. Islam itu harum. Islam membuat mereka lebih beradap. Tak ayal, si Ustad pun berhasil mengislamkan ratusan orang itu.

Cara dakwah ini dinilai sebagian kalangan sebagai cara yang mampu diterima khalayak. Bahkan, karena dakwah beliau tersebut, Ustadz Fadzlan dianugerahi penghargaan sebagai salah satu Tokoh Perubahan Republika 2010. Tidak hanya itu, cara dakwah beliau membuat Tuan Haji Ismail sang pemilik usaha MLM asal Malaysia yang bernama HPA turut membantu dengan meyumbangkan sebuah kapal untuk transportasi ke pedalaman.

Disinilah yang bisa menjadi pelajaran bagi aktivis dakwah. Dalam Jalan Dakwah para pejuang, aktivis dakwah bukan selalu berharap pada keadaan, tapi apa yang bisa kita berikan pada sebuah keadaan. Aktivis dakwah bukannya selalu menuntut apa yang kita maui, tetapi apa yang bisa kita berikan. Kita mesti bisa bersimpati. Juga bukannya ingin dipahami, tapi bagaimana bisa memahami. Itulah kerja-kerja dakwah para pejuang. Banyak inspirasi yang bisa kita ambil dari kisah ustad tersebut untuk konteks medan dakwah kita saat ini.

ingin mengetahui kelanjutan ceritanya? Dan cerita-cerita beliau yang lain tentang dakwahdi Papua, masa awal berdakwah, mengislamkan pendeta, dipenjara berkali-kali, dan mengislamkan ribuan orang suku pedalaman di Wamena, dan cerita2 yang lainnya. Silakan unduh rekamannya melalui link ini (21MB):

http://www.mediafire.com/?3vksvhgoundwss1


 —

No comments:

Post a Comment