Thursday, January 10, 2013

Para Sahabat Nabi Muhammad SAW Keutamaan, Derajat dan Kedudukannya (bagian 3)



X. Sahabat Terbaik

Dia adalah Abu Bakar ash-Shiddiq berdasarkan apa yang diriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari dan lainnya dari Ibnu Umar berkata, “Kami memilih orang-orang di zaman Nabi, maka kami memilih Abu Bakar kemudian Umar bin al-Khattab kemudian Usman bin Affan.”

Dalam Shahih al-Bukhari bahwa Muhammad bin al-Hanafiyah berkata, “Aku berkata kepada bapakku, ‘Siapa yang terbaik setelah Rasulullah?’ Dia menjawab, ‘Abu Bakar’. Aku bertanya, ‘Lalu siapa?’ Dia menjawab, ‘Kemudian Umar’. Aku takut dia berkata kemudian Usman maka aku berkata, ‘Kemudian engkau?’ Dia menjawab, ‘Aku hanyalah salah seorang dari kaum muslimin.”

Jika pada masa khalifah Ali berkata begitu, sebaik-baik umat setelah Nabi adalah Abu Bakar kemudian Umar maka tidak ada hujjah bagi orang-orang Rafidhah yang mendahulukan Ali di atas keduanya, Sahabat ( Ali bin Abi Thalib ) yang mereka dahulukan di atas Abu Bakar ash-Shidiq dan Umar bin Khattab justru mendahulukan keduanya.


Imam Malik berkata, “Aku tidak melihat seorang pun yang ragu dalam mendahulukan keduanya.” Asy-Syafi’i berkata, “Para sahabat dan tabiin tidak berbeda pendapat dalam mendahulukan Abu Bakar dan Umar.”

Abu Bakar sebagai sahabat terbaik merupakan ijma’ umat, barangsiapa menyimpang dari ijma’ ini maka dia telah mengikuti jalan selain jalan orang-orang Mukmin.

Jadi tidak ada perbedaan di antara Ahlus Sunnah bahwa orang pertama umat ini setelah Nabi saw adalah Abu Bakar, orang kedua adalah Umar, lalu siapa orang ketiga dan keempatnya?

Sebelum Ahlus Sunnah bersepakat bahwa Usman bin Affan berada di nomor tiga dan Ali bin Abi Thalib di nomor empat, mereka terlebih dulu berbeda pendapat menjadi empat pendapat. Pendapat yang masyhur : Abu Bakar ash-Shidiq kemudian Umar bin Khattab kemudian Usman bin Affan kemudian Ali bin Abi Thalib. Pendapat kedua: kemudian kemudian kemudian diam. Pendapat ketiga : kemudian kemudian kemudian Usman. Pendapat keempat : kemudian kemudian tidak berpendapat mana yang lebih afdhal atau ?

Pendapat pertama merupakan pendapat akhir Ahlus Sunnah wal Jamaah. Mereka berkata : Umat terbaik setelah Nabi adalah Abu Bakar kemudian Umar kemudian Usman kemudian Ali sesuai urutan mereka dalam memegang khilafah. Inilah yang benar.

Perbandingan antara Usman dengan Ali bukan termasuk prinsip Ahlus Sunnah wal Jamaah di mana penyelisihnya dinyatakan sesat. Siapa yang berkata, “Ali lebih utama daripada Usman.” Maka Ahlus Sunnah tidak mengatakan dia sesat, karena sebelumnya ada sebagian dari Ahlus Sunnah yang berpendapat demikian.

XI. Masalah Khilafah

Khalifah umat setelah Nabi adalah Abu Bakar kemudian Umar kemudian Usman Abu Bakar ash-Shidiq Umar bin Khattab Usman bin Affan Abu Bakar ash-Shidiq Umar bin Khattab Ali bin Abi Thalib Abu Bakar ash-Shidiq Umar bin Khattab Usman bin Affan Ali bin Abi Thalib kemudian Ali. Barangsiapa berkata : Khilafah hanyalah hak Ali seorang tanpa ketiganya maka dia adalah orang sesat. Barangsiapa berkata, Khilafah untuk Ali setelah Abu Bakar dan Umar.” Maka dia keliru karena ia menyelisihi ijma’ sahabat.

Ini adalah kesepakatan Ahlus Sunnah wal Jamaah dalam perkara khilafah. Kita wajib meyakini bahwa khalifah setelah Rasulullah adalah Abu Bakar ash-Shidiq kemudian Umar bin Khattab kemudian Usman bin Affan kemudian Ali bin Abi Thalib. Hak mereka dalam khilafah sesuai dengan urutan mereka agar kita jangan berkata, “Ada kezhaliman dalam khilafah.” Sebagaimana yang diklaim oleh orang-orang Rafidhah.

XII. Ahli Bait

Di antara prinsip Ahlus Sunnah wal Jamaah adalah mencintai keluarga Rasulullah karena dua alasan : Iman dan hubungan kekerabatan dengan Rasulullah SAW, Ahlus Sunnah wal Jamaah tidak membenci ahli bait.

Hanya saja Ahlus Sunnah wal Jamaah tidak sependapat dengan Rafidhah yang berkata, “Siapapun yang mencintai Abu Bakar dan Umar berarti membenci Ali.” Jadi menurut mereka tidak mungkin mencintai Ali tanpa membenci Abu Bakar dan Umar. Seolah-olah Abu Bakar dan Umar adalah musuh Ali padahal riwayat-riwayat yang mutawatir menetapkan pujian Ali kepada keduanya diatas mimbarnya.

Termasuk Ahli bait adalah istri-istri Nabi saw, Allah Taala berfirman : “Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, Hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” (Al-Ahzab: 33). Ayat ini mencakup istri-istri Rasulullah SAW, berdasarkan korelasinya dengan ayat-ayat sebelumnya.

Termasuk kerabat Rasulullah adalah Fatimah, Ali, al-Hasan, al-Husain, al-Abbas dan anak-anaknya serta lain-lainnya.

Namun kecintaan kepada Ahli Bait Nabi saw ini hanya sebatas kepada yang beriman dari mereka, kita tidak mencintai mereka meskipun dia adalah kerabat Rasulullah SAW, jika yang bersangkutan adalah orang kafir seperti Abu Lahab. Kita tidak boleh mencintainya dalam kondisi apapun justru kita wajib membencinya karena kekufurannya dan sikap buruknya kepada Rasulullah SAW. Sama halnya dengan Abu Thalib, kita wajib membencinya karena kekufurannya akan tetapi kita mengakui perlindungan dan bantuannya yang diberikan kepada Rasulullah SAW.

Sikap Ahlus Sunnah yang menyintai kerabat Nabi saw ini sesuai dengan pesan Beliau kepada umatnya. Yaitu sebuah pesan di hari delapan belas Dzulhijjah. Danau ini dinisbatkan kepada seorang laki-laki bernamaKhum, ia berada di jalan Makkah dan Madinah dekat dengan Juhfah. Rasulullah singgah padanya pada saat pulang haji Wada’. Nabi berkhutbah dan bersabda, “Aku mengingatkan kalian kepada Allah pada ahli baitku.” Diriwayatkan oleh Muslim.

XIII. Ahlus Sunnah dan Istri Nabi SAW

AhlusSunnah menghormati Ummahatul Mukminin. Ini adalah sifat bagi istri-istri Rasulullah. Istri-istri Rasulullah adalah ibu kita dalam penghormatan, penghargaan dan kedudukan. Firman Allah Ta’ala : “Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang Mukmin dari diri mereka sendiri dan istri-istrinya adalah ibu-ibu mereka.” (Al- Ahzab: 6).

Kita loyal kepada mereka dengan mendukung dan membela mereka serta meyakini bahwa mereka adalah istri-istri terbaik penduduk bumi karena mereka adalah istri-istri Rasulullah SAW.

Di antara istri-istri Nabi saw adalah Khadijah binti Khuwailid, istri pertama Rasulullah SAW, Rasulullah SAW menikahinya ketika Beliau berusia dua puluh lima tahun sementara Khadijah binti Khuwailid empat puluh tahun. Dia adalah wanita cerdas. Nabi SAW banyak mengambil manfaat darinya karena dia adalah wanita pintar dan cerdik. Selama Khadijah binti Khuwailid hidup Rasulullah SAW tidak menikah dengan wanita lain.

Khadijah adalah ibu dari mayoritas keturunan Rasulullah SAW, dan Rasulullah SAW mempunyai yang keturunan yang bukan dari Khadijah yaitu Ibrahim dari Maria al- Qibthiyah.

Keturunan Rasulullah SAW, dari Khadijah ada enam orang, dua laki-laki dan empat wanita. Yang laki-laki adalah : al-Qasim dan Abdullah yang dikenal dengan ath- Thayib dan ath-Thahir. Putri-putrinya adalah: Zaenab, Ummu Kultsum, Fatimah dan Ruqayah. Putra terbesar adala al-Qasim dan putri terbesar adalah Zaenab.

Khadijah adalah orang pertama yang beriman kepada Rasulullah SAW, karena ketika Rasulullah SAW, pulang dari gua Hira dan menyampaikan apa yang didapatkan di sana, dia berkata, “Demi Allah, Allah tidak akan menghinakanmu selama-lamanya. Aku beriman kepadamu.” Lalu Khadijah membawa Rasulullah SAW, kepada Waraqah bin Naufal dan menceritakan berita Rasulullah SAW, kepadanya. Waraqah berkata kepadanya, “Ini adalah namus yang turun kepada Musa.”. Namus adalah pemilik rahasia. Waraqah pun beriman kepada Rasulullah SAW.

Oleh karena itu wanita pertama yang beriman adalah Khadijah binti Khuwailid. Khadijah adalah pendukung setia Rasulullah SAW. Siapa pun yang membaca sirah Nabi maka dia pasti mengakui bahwa dukungan Khadijah kepada Nabi tidak diungguli oleh seorang pun dari istri-istri Nabi lainnya. Khadijah memiliki kedudukan yang tinggi di hati Rasulullah SAW. Sampai-sampai Rasulullah SAW, tetap mengingatnya setelah dia wafat, Beliau mengirim hadiah kepada teman-teman Khadijah dan bersabda, “Dia itu begini begini, aku memiliki anak darinya.” Rasulullah SAW, memujinya. Ini menunjukkan kedudukannya yang tinggi di sisi Rasulullah SAW.

Di antara istri-istri adalah Aisyah bin Abu Bakar, dia adalah ash-Siddiqah karena imannya yang sempurna kepada Rasulullah SAW, dan karena kejujurannya dalam bergaul dengan Rasulullah SAW, serta kesabarannya dalam menghadapi tekanan berat karena kisah dusta yang ditujukan kepadanya, ketika Allah menurunkan kesaksian kebebasannya atas kisah dusta tersebut, dia berkata, “Sesungguhnya aku tidak memuji kecuali kepada Allah.” Keutamaan Aisyah di atas para wanita adalah seperti keutamaan tsarid di atas makanan lainnya. Ini adalah sabda Rasulullah SAW, yang menetapkan keunggulan Aisyah. Aisyah mempunyai keutamaan yang tidak digapai oleh wanita mana pun. Siapa yang lebih utama antara Khadijah dengan Aisyah?

Para ulama berbeda pendapat dalam masalah ini. Sebagian berkata, Khadijah lebih afdhal karena dia memiliki keistimewaan-keistimewaan yang tidak dimiliki Aisyah. Yang lain berkata, Aisyah lebih afdhal berdasarkan hadits di atas, dia memiliki keistimewaan-keistimewaan yang tidak dimiliki oleh Khadijah. Sebagian ulama membuat perincian, masing-masing memiliki keistimewaan-keistimewaan yang tidak dimiliki oleh yang lain. Di awal dakwah Nabi Khadijah memiliki keistimewaan-keistimewaan yang tidak dimiliki oleh Aisyah dan tersaingi olehnya akan tetapi setelah itu dan setelah Rasulullah SAW, wafat Aisyah berjasa besar dalam menyebarkan Sunnah dan ilmu serta hidayah kepada umat yang tidak dimiliki oleh Khadijah.

Pendapat yang ketiga ini bagus, karena masing-masing memang mempunyai keistimewaan yang tidak dipunyai oleh yang lain, maka kita katakan, di awal dakwah Islam Khadijah berjasa besar, namun di akhir kehidupan Nabi saw dan sesudahnya, giliran jasa besar itu milik Aisyah. Apapun itu Ahlus Sunnah meyakini bahwa istri-istri Rasulullah SAW, termasuk penghuni surga.

( Rasulullah SAW Syarh al-Aqidah al-Wasithiyah, Syaikh Ibnu Utsaimin ) (berlanjut ke bagian 4-selesai)

sumber: http://majalahtauhid.wordpress.com/
 —

No comments:

Post a Comment