Wednesday, June 13, 2012

Pilih Mana, Hukum PBB (Internasional) Atau Hukum Allah?


Saat ini, kaum Muslimin di seluruh dunia sedang diuji, utamanya terkait masalah hukum, apakah mereka lebih memilih hukum PBB (Internasional) yang diyakini oleh sebagian besar umat manusia di dunia, atau memilih hukum Allah SWT.

Al Qur’an semenjak diturunkan 14 abad yang lalu juga menguji manusia pada saat itu, apakah lebih memilih hukum jahiliyah atau hukum Allah SWT, dengan firmanNya :
“Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS Al-Maa’idah (5) : 50)

Mujahidin Pilih Hukum Allah SWT & Campakkan Hukum PBB

Orang-orang mukmin yang beriman dengan ikhlas dan benar, sebagaimana para Mujahidin, telah membuktikan pilihan mereka kepada hukum Allah SWT., dan menolak mentah-mentah hukum PBB (Internasional) meskipun dengan sikap dan pilihan seperti itu mereka dikucilkan oleh pergaulan internasional dan dituduh sebagai orang-orang yang tidak beradab.

Mujahidin Anshoruddin di Timbuktu, Azawad, Mali contohnya. Mereka dengan yakin dan percaya diri lebih memilih hukum Allah SWT., mencontoh Rasulullah SAW., dalam setiap aspek kehidupan, termasuk ketika menghancurkan kuburan yang dijadikan ritual syirik di Timbuktu, meskipun PBB dan seluruh dunia internasional menganggap kuburan tersebut sebagai situs purbakala yang harus dilindungi dan dilestarikan.

Dalam sebuah wawancara dengan Sky News, Syekh Sanda Ould Bouamama, Juru Bicara Mujahidin Ansharuddin menjelaskan mengapa mereka menghancurkan kuburan-kuburan syirik di Timbuktu. Beliau mengatakan bahwa dasar dari penghancuran kuburan tersebut adalah sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Al-Hayyaj Al-Asadi, “Maukah kamu aku utus sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengutusku? Janganlah kamu meninggalkan kuburan kecuali kamu ratakan.” (HR. Muslim no. 969).

Maka Mujahidin Ansharuddin melakukan perintah Nabi SAW tersebut. Kemudian jurnalis dari Sky News kembali mencecar Syekh Sanda dengan pertanyaan yang lain, yang menjurus kepada pilihan apakah lebih tunduk kepada hukum PBB atau hukum Allah SWT.

Syekh Sanda dengan tegas mengatakan, bahwa referensi kami adalah bukan hukum internasional atau PBB atau UNESCO. Referensi kami adalah Syariah. Saya mengusulkan kepada Anda pertanyaan lain. Apakah Syariah menyetujui atau menuntut dari kita apa yang kita lakukan atau menolaknya. Jika jawaban Syariah adalah ya, maka itulah yang kami lakukan, maka kita telah melakukan hal untuk memurnikan Syariah dan kita mengangkat tangan kita untuk mencapai hal ini dan melaksanakan perintah Allah di bumi-Nya. Allahu Akbar!

Apa yang dilakukan oleh Mujahidin Ansharuddin di Azawad, Mali, pernah juga dilakukan oleh Mujahidin Taliban, pimpinan Mullah Umar Muhammad, hafizahullah. Beliau memimpin penghancuran Patung Budha Kuno raksasa di Propinsi Bamiyan, yang terbuat dari batu dan lumpur setinggi 53 meter dan 38 meter, yang berasal dari abad 4-5 Maeshi yang juga dilindungi UNESCO.

Taliban menganggap patung-patung itu adalah berhala yang harus dilenyapkan. "Kami, para Mujahidin, telah memilih perang dijalan Allah. Semua yang kami lakukan adalah demi Islam dan Allah."

Secara rasional, Syekh Sanda di Azawad berkomentar kepada wartawan Sky News, apa pentingnya tembok ini (makam atau kuburan di Timbuktu) ? Apakah tidak ada di tembok Timbuktu ini makhluk hidup? Mengapa lebih mengkhawatirkan sebuah kuburan atau makam daripada mengkhawatirkan mereka yang hidup?

Begitu pula Mujahidin Taliban pernah berkomentar bahwa ketika mereka menghancurkan Patung Budha raksasa di Bamiyan, Afghanistan, UNESCO dan PBB, serta seluruh dunia prihatin dan peduli serta mengecam tindakan tersebut, namun mengapa ketika ratusan bahkan ribuan nyawa kaum Muslimin Afghanistan yang melayang dan menderita karena agresi Uni Soviet, dan embargo AS, UNESCO, PBB, dan seluruh dunia bungkam seribu bahasa?

Bagaimana Dengan Mursi ? Ujian Itu Terus Berlangsung

Hingga kini, ujian untuk lebih memilih hukum jahilyah (PBB, dan seluruh hukum selain hukum Allah SWT) atau hukum Allah SWT terus berlangsung, terutama kepada para pemimpin kaum Muslimin. 

Sebuah artikel berjudul “Apakah DR Muhammad Mursy Akan Mencontoh Rasulullah saw?” yang ditulis oleh Adi Victoria dan dimuat di situs muslimdaily.net menjelaskan bahwa dalam sebuah kesempatan, Mursi berkata :"Kami membawa pesan damai kepada dunia. Kami menegaskan komitmen Mesir pada traktat dan kesepakatan Internasional. Kami juga mengingatkan bahwa, Mesir adalah pendukung Palestina dan Rakyat Suriah. Tetapi kami tidak ingin mengirimkan revolusi ke Suriah atau bahkan mengintervensi persoalan dalam negeri mereka".

Adi Victoria melanjutkan dalam tulisan tersebut, Ini berarti bahwa Negara Mesir yang di pimpin oleh DR Muhammad Mursi tetap akan mempertahankan perjanjian tersebut. Padahal, banyak harapan dari masyarakat dunia international khususnya di beberapa negeri Islam bahwa dengan terpilihnya Mursi sebagai pemimpin baru Mesir, maka perjanjian camp David akan di hapuskan. Bahkan di dalam negeri pun, rakyat Mesir menuntut agar perjanjian itu di hapuskan.

Karena sudah pasti perjanjian Camp David bertentangan dengan Islam, dengan hukum Allah SWT., dan RasulNya yang mengharuskan kaum Muslimin mengusir penjajah Israel hingga bumi Palestina bisa direbut kembali.

Kini, ujian dan pilihan berada di sisi Mursi, presiden terpilih Mesir, apakah dia lebih memilih hukum jahiliyah, hukum PBB dan Internasional, atau memilih hukum Allah SWT?

Wallahu’alam bis showab!

M Fachry

sumber: http://www.al-mustaqbal.net/berita-view-694.html

No comments:

Post a Comment