Monday, November 5, 2012

Syria dalam bahaya

Dokumen Rahasia: Kerjasama Antara Rezim Suriah, Iran dan "ISRAEL"



Iran – Sebuah dokumen rahasia mengungkapkan bahwa pemerintah Iran mengirim senjata kimia lewat intelijen untuk membantu pemerintah Bashar Al-Asad.

Dokumen rahasia lain dari dokumen-dokumen rahasia Suriah, yang dipublikasikan oleh Al-Arabiya Al-Hadats, mengungkapkan pada hari Kamis, 04 Oktober 2012, tentang kerjsama antara Suriah, Iran dan Israel. Dengan judul “Soleimani bersama Bashar”, sebuah dokumen yang dikirim oleh Qassem Soleimani, komandan korps Iran Al-Quds, kepada presiden Bashar Al-Asad dalam dua bahasa (Inggris dan Persi).

Dalam dokumen tersebut terdapat sebuah pesan berbunyi “kami beritahukan kepada Tuan Bashar Al-Asad, bahwa setelah rekomendasi komando gabungan, kami mengutus para petugas dan pakar di bidang penyiapan dan perakitan hulu ledak kimia dan biologi ke medan perang. Dan bahwasanya untuk kloter pertama, rudal-rudal telah siap untuk dipindahkan ke tempat-tempat yang telah dikhususkan untuknya” sebagaimana menurut laporan Al-Arabiyya net.

Setelah itu datang pesan teguran Rusia yang tersirat dalam dokumen yang dikirim oleh komando gabungan tersebut dari ibukota Rusia, Moskow, ke Suriah.

Di sisi lain, Brigade Al-Barra dari Dewan Revolusi di Ghauthah timur mengancam akan mengeksekusi tawanan yang berada pada mereka setelah gagal negosiasi dengan pemerintah Suriah di waktu genjatan senjata selama 48 jam.(usamah/islam/voa)

http://www.syiahindonesia.com/index.php/akhbar-syiah/syiah-iran/957-dokumen-rahasia-kerjasama-antara-rezim-suriah-iran-dan-qisraelq
 —
fatwa SEKSUAL (Ayatul-setan) Sistani mut'ah (Zina) dengan putri dari adik istri (keponakan).

السؤال:
هل يجوز زواج المتعة ببنت أخت الزوجة?
الفتوى:
يجوز بإذن الزوجة.

Pertanyaan 289: Apakah diizinkan untuk melakukan Mut'ah dengan putri adik istri?

Fatwa: diperbolehkan dengan izin dari istri.
 
Lihatlah bagaimana orang syi'ah hendak melukai kepala seorang bayi, telah diketahui bahwa mereka melakukan hal ini dalam rangka menyesali dan meratapi kematian Husein yang mereka adakan pada setiap tanggal 10 muharom dan mereka meyakini perbuatan melukai diri dan anak-anak adalah ibadah! 
Mengenal Gila-nya Pemahaman Syi'ah (Meratap)



Meratap atau niyaahah adalah perbuatan yang menggambarkan kesedihan seseorang atas musibah yang menimpanya dengan berteriak menangis, merobek-robek baju, menampar-nampar pipi, menyakiti diri, dan sejenisnya. Dalam perspektif Ahlus-Sunnah, sudah menjadi satu kesepakatan bahwa perbuatan ini adalah terlarang. Terlarang menurut nash dan akal sehat.
Allah ta’ala berfirman :
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الأمْوَالِ وَالأنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ * الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ * أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun“. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk” [QS. Al-Baqarah : 155-157].

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda :
أَرْبَعٌ فِي أُمَّتِي مِنْ أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ لَا يَتْرُكُونَهُنَّ الْفَخْرُ فِي الْأَحْسَابِ وَالطَّعْنُ فِي الْأَنْسَابِ وَالْاسْتِسْقَاءُ بِالنُّجُومِ وَالنِّيَاحَةُ وَقَالَ النَّائِحَةُ إِذَا لَمْ تَتُبْ قَبْلَ مَوْتِهَا تُقَامُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَعَلَيْهَا سِرْبَالٌ مِنْ قَطِرَانٍ وَدِرْعٌ مِنْ جَرَبٍ
“Ada empat perangai Jahiliyah yang masih melekat pada umatku dan mereka belum meninggalkannya : (1) Membanggakan kedudukan, (2) mencela nasab (garis keturunan), (3) meminta hujan dengan bintang-bintang, (4) dan niyahah (meratapi mayit). Orang yang meratapi mayit, jika ia belum bertaubat sebelum ajalnya tiba, maka pada hari kiamat ia akan dibangkitkan dengan memakai baju panjang dari aspal panas dan baju besi yang sudah karatan" [Diriwayatkan oleh Muslim no. 934, ‘Abdurrazzaaq no. 6686, Ibnu Abi Syaibah 3/390, Ahmad 5/342-344, Ibnu Maajah no. 1581, Abu Ya’laa no. 1577, Ibnu Hibbaan no. 3143, Ath-Thabaraaniy 3/3426, Al-Baihaqiy 4/63, dan Al-Baghawiy no. 1533].
لَيْسَ مِنَّا مَنْ ضَرَبَ الْخُدُودَ وَشَقَّ الْجُيُوبَ وَدَعَا بِدَعْوَى الْجَاهِلِيَّةِ
“Bukan termasuk golongan kami siapa saja yang memukul-mukul pipi, merobek-robek baju, dan menyeru dengan seruan Jahiliyyah (meratap)” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 1294 & 1297 & 1298 & 3519, Muslim no. 103, At-Tirmidziy no. 999, An-Nasaa’iy no. 1860, Ibnu Maajah no. 1584, Ibnul-Jaaruud no. 516, Ahmad 1/432 & 456 & 465, Ibnu Hibbaan no. 3149, Al-Baihaqiy 4/63, dan Al-Baghawiy no. 1534].
عَنْ أَبِي أُمَامَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَعَنَ الْخَامِشَةَ وَجْهَهَا وَالشَّاقَّةَ جَيْبَهَا وَالدَّاعِيَةَ بِالْوَيْلِ وَالثُّبُورِ
Dari Abu Umaamah : “Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam melaknat wanita yang merusak wajahnya, mengoyak-ngoyak bajunya, dan meraung-raung sambil mengutuk dan mencela diri” [Diriwayatkan oleh Ibnu Maajah no. 1585, Ibnu Hibbaan no. 3156, Ibnu Abi Syaibah 3/290, dan Ath-Thabaraniy dalam Al-Kabiir no. 759 & 775; dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albaaniy dalam Shahih Sunan Ibni Maajah 2/40].

Di sini saya tidak akan membahas larangan ini menurut perspektif Ahlus-Sunnah, namun akan memperkenalkan fiqh rekan-rekan Syi’ah yang diambil kitab-kitab mereka. Kita akan berkenalan dengan mereka. Tak kenal maka tak sayang, begitu kata pepatah.
Disebutkan oleh Penulis kitab Nahjul-Balaaghah, bahwasannya ‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu ‘anhu pernah berkata setelah wafatnya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dengan sebuah perkataan yang ditujukan kepada beliau :
لو لا أنك نهيت عن الجزع وأمرت بالصبر لأنفدنا عليك ماء الشؤون.
“Seandainya engkau tidak melarangku berkeluh-kesah dan memerintahkaku bersabar, niscaya akan aku tumpahkan air mata (kesedihan)” [Nahjul-Balaaghah hal. 576. Lihat juga : Mustadrak Al-Wasaail 2/445].

‘Aliy bin Abi Thaalib pernah berkata :
من ضرب يده عند مصيبة على فخذه فقد حبط عمله.
“Barangsiapa yang memukul pipinya dengan tangannya saat musibah, sungguh telah batal amal (kebaikan)-nya” [Lihat : Al-Khishaal oleh Ash-Shaduuq hal. 621 dan Wasaailusy-Syii’ah 3/270].
Al-Husain bin ‘Aliy bin Abi Thaalib pernah berkata kepada saudara perempuannya yang bernama Zainab di Karbalaa’, sebagaimana dinukil oleh Penulis kitab Muntahaa Al-Aamaal dalam bahasa Persia, dimana terjemahan bahasa Arabnya adalah sebagai berikut :
يا أختي، أحلفك بالله عليك أن تحافظي على هذا الحلف، إذا قتلت فلا تشقي عليَّ الجيب، ولا تخمشي وجهك بأظفارك، ولا تنادي بالويل والثبور على شهادتي.
“Wahai saudariku, aku memintamu bersumpah atas nama Allah yang (jika telah engkau ucapkan) engkau harus menjaga sumpahmu itu. Seandainya aku terbunuh, janganlah engkau merobek-robek saku bajumu, jangan mencakar-cakar wajahmu dengan kuku-kukumu, dan jangan pula meraung-raung dengan mengutuk dan mencela diri saat aku gugur sebagai seorang syahid” [1/248].

Al-Kulainiy menyebutkan riwayat bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah membaiat para wanita dan bersabda :
لَا تَلْطِمْنَ خَدّاً وَ لَا تَخْمِشْنَ وَجْهاً وَ لَا تَنْتِفْنَ شَعْراً وَ لَا تَشْقُقْنَ جَيْباً وَ لَا تُسَوِّدْنَ ثَوْباً وَ لَا تَدْعِينَ بِوَيْلٍ
“Janganlah kalian menampar-nampar pipi, mencakar-cakar wajah, mencabuti rambut, merobek saku baju, memakai baju warna hitam, dan meraung-raung dengan kata-kata celaka” [Al-Kaafiy, 5/527].

Al-Kulainiy juga menyebutkan riwayat bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah berwasiat kepada anaknya Faathimah dengan sabdanya :
إذا أنا مت فلا تخمشي وجهًَا ولا ترخي عليّ شعرًَا ولا تنادي بالويل ولا تقيمي عليَّ نائحة.
“Apabila aku meninggal, janganlah engkau mencakar-cakar wajah, mengurai rambut, meraung-raung dengan kata-kata celaka, dan mengadakan ratapan atasku” [idem].

Muhammad bin Babawaih Al-Qummiy atau Ash-Shaduuq pernah berkata :
من ألفاظ رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم التي لم يسبق إليها : النياحة من عمل الجاهلية.
“Termasuk perkataan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam yang belum pernah diucapkan sebelumnya : ‘An-Niyaahah (ratapan) termasuk perbuatan Jahiliyyah” [Man Laa Yahdluruhul-Faqiih 4/271-272. Diriwayatkan juga oleh Al-Hurr Al-‘Aamiliy dalam Wasaailusy-Syii’ah 2/915, Yuusuf Al-Bahraaniy dalam Al-Hadaaiqul-Naadlirah 4/149, dan Al-Haaj Husain Al-Buruujardiy dalam Jaami’ Ahaadiitsisy-Syii’ah 3/488. Diriwayatkan oleh Al-Majlisiy dengan lafadh : (النياحة عمل الجاهلية) “An-Niyaahah adalah amalan Jahiliyyah” – Bihaarul-Anwaar 82/103].
Jika kita telah membaca dengan seksama beberapa teks di atas, mari kita lihat gambar sebagai berikut :



Ini adalah peringatan Asyuuraa yang diperingati setiap tahunnya oleh orang-orang Syi’ah. Mereka berteriak-teriak, merobek-robek baju, dan melukai diri sebagai wujud partisipasi kesedihan atas gugurnya Al-Husain bin ‘Aliy radliyallaahu ‘anhumaa di Karbalaa’ di tangan orang-orang dhalim. Orang yang tidak tahu pasti akan menyangka orang-orang tersebut terganggu kesehatan mentalnya saat melihatnya.

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, ‘Aliy, dan Al-Husain radliyallaahu ‘anhumaa sebagaimana diriwayatkan dalam kitab mereka (Syi’ah) telah melarang perbuatan meratap. Dulu, saat sebagian anak Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam meninggal, beliau tidak pernah melakukannya. Tidak pernah ternukil riwayat bahwa beliau dan para shahabatnya melakukannya saat gugur syuhadaa’ Badr ataupun Uhud. Begitu pula ‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu ‘anhu tidak melakukannya saat Fathimah radliyallaahu ‘anhumaa meninggal.
Pertanyaan yang sangat mendasar : “Dari mana asalnya perbuatan seperti nampak pada gambar di atas ?”.
Entahlah, saya tidak tahu.
Semoga sharing informasi ini ada manfaatnya bagi kita bersama.

[Abu Al-Jauzaa’ – 1431 H].
Sumber:
http://abul-jauzaa.blogspot.com/2010/04/mengenal-fiqh-syiah-02-meratap.html

SURIAH#Kebiadaban syi'ah yang nampak di depan mata
lihatlah bagaimana saudara kita muslim di bantai oleh milisi syi'ah!

SURIAH# Kebiadaban syi'ah yang nampak di depan mata!

Apa perasaan anda melihat saudara kita muslim yang tanganya putus akibat pembantaian yang dilakukan oleh tentara rezim bashar assad tuhanya orang-orang syi'ah nushairiyyah.

kejahatan syiah


SURIAH# lihatlah bagaimana anak-anak suriah harus mengalami penderitaan akibat pembantaian oleh rezim bashar assad syi'ah nushairiyyah dan sekutunya syi'ah iran!

Lihat videonya disini:http://www.youtube.com/watch?v=JYPjRww53Ao&Feature=youtu.be

Perayaan karbala syi'ah rafidhah


sesat lagi menyesatkan

Kesyirikan agama syi'ah menyembah kuburan!




Mari kita lihat Larangan Rasulullah tentang menyembah kuburan

1. Sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam,
لَا تَجْلِسُوا عَلَى الْقُبُورِ وَلَا تُصَلُّوا إِلَيْهَا
Janganlah duduk di atas kuburan dan jangan shalat menghadapnya. (H.R. Muslim (II/668 no. 972) dari Abu Martsad radhiallahu ‘anhu)

2. Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
اجْعَلُوا فِي بُيُوتِكُمْ مِنْ صَلَاتِكُمْ، وَلَا تَتَّخِذُوهَا قُبُورًا
Laksanakanlah sebagian shalat kalian di rumah kalian dan janganlah kalian menjadikannya kuburan. (H.R. Bukhâri (I/528-529 no. 432) dari Ibn Umar radhiallahu ‘anhuma)

3. Sabda Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam,
الْأَرْضُ كُلُّهَا مَسْجِدٌ إِلَّا الْمَقْبَرَةَ وَالْحَمَّامَ
Bumi seluruhnya adalah masjid (tempat untuk shalat), kecuali kuburan dan kamar mandi. (H.R. Ahmad (XVIII/312 no. 11788) dari Abu Sa’id radhiallahu ‘anhu

4. Doa Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam,
اللَّهُمَّ لَا تَجْعَلْ قَبْرِي وَثَنًا يُعْبَدُ، اشْتَدَّ غَضَبُ اللَّهِ عَلَى قَوْمٍ اتَّخَذُوا قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ
Ya Allâh, janganlah Engkau jadikan kuburanku berhala yang disembah. Allâh sangat murka kepada kaum yang menjadikan kuburan para nabi mereka masjid. (H.R. Malik dalam al-Muwattha’ (II/72 no. 452) dari ‘Atha’ bin Yasar rahimahullah.

5. Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
قَاتَلَ اللَّهُ الْيَهُودَ؛ اتَّخَذُوا قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ
Semoga Allâh membinasakan kaum Yahudi. Mereka menjadikan kuburan para nabi mereka sebagai masjid. (H.R. Bukhari (I/531 no. 437) dan Muslim (I/376 no. 530) dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu)


# Benarkah mereka pecinta ahlul bait?
kenyataanya mereka justru menyelisihi apa-apa yang di perintah dan dilarang oleh Rasulullah shalallahu alaihi wa salam.
 

syiah sesatkan ummat islam



INI ADALAH BAGAIMANA MEREKA SYIAH RAFIDAH MENDAPATKAN UANG !! ADA MUCIKARI PEREMPUAN UNTUK MUTAH, MENDAPATKAN KHUMUS (PEMBAYARAN UNTUK AYADOLLARS) DAN MERAMPOK SUNNI...

Lihatlah bagaimana orang-orang syi'ah nushairiyyah sujud menyembah tuhan mereka bashar assad!



Lihatlah bagaimana orang-orang syi'ah nushairiyyah sujud menyembah tuhan mereka bashar assad!

syiah sesat lagi menyesatkan

Lihatlah bagaimana orang-orang syi'ah sujud satu dengan yang lainya, kemanakah kiblat mereka dan siapakah sebenarnya yang mereka sembah?



Berikut Hadist Nabi tentang Larangan sujud kepada manusia
Sabda Nabi shalallahu alaihiwasalam

لو كنت آمر أحداً أن يسجد لأحد لأمرت المرأة أن تسجد لزوجها

“Seandainya boleh kuperintahkan seseorang untuk sujud kepada seseorang maka niscaya kuperintahkan isteri untuk sujud kepada suaminya” ” [HR Tirmidzi dari Abu Hurairah].
 —

Skandal Seks Wakil Imam Tertinggi Syiah TERBONGKAR!



September 1, 2010



فضيحة مناف الناجي ضربة قاصمة لمرجعية السيستاني


Hauzah Syi’ah Diguncang Skandal Seks

(Sorotan Majalah Qiblati)


Allah hendak menghinakan agama Syi’ah pada hari-hari belakangan ini dengan seburuk-buruk kehinaan. Jalan-jalan raya di Irak bergoncang, manusia berbondong-bondong keluar di jalanan untuk menuntut balas dendam. Orang utama dan wakil dari Imam Syi’ah tertinggi, al-Sistani[1], yang bernama Manaf al-Naji, kehilangan telephone genggamnya yang kemudian diketahui ternyata pesawat telephone tersebut berisi rekaman-rekaman video mesum miliknya bersama sejumlah siswi di Hauzah (semacam pesantren)[2], di mana para siswi tersebut sebagian besar telah bersuami.

Terbongkar sudah, bahwa orang fasik ini begitu piawai dalam mengabadikan “detik-detik dosa yang mendebarkan” bersama mereka yang mencapai lebih dari enam puluh rekaman. Hal ini tersebar dengan cepat di tengah masyarakat melalui sms dan bluethooth, begitu pula melalui internet dan youtube.

Belakangan terbukti di tengah masyarakat Irak, bahwa sangat sulit bagi al-Sistani untuk menyerahkan orang fasik ini (Manaf al-Naji) sebab ia memiliki rahasia keluarga al-Sistani. Menjadi jelas bahwa Manaf al-Naji termasuk orang yang suka bertukar-tukar isteri, di mana ia senantiasa bertukar isteri dengan Muhammad Ridha al-Sistani –putra dari Al-Sistani–. Mereka melakukan kebejadan moral ini dengan meyakini bahwa mereka bisa mempercepat keluarnya al-Mahdi yang ditunggu-tunggu, sebab ia tidak akan keluar kecuali setelah menyebarnya kerusakan.

Tidak heran, jika siswa dan siswi lembaga pendidikan mereka meyakini bahwa mereka harus menjadi penyebab segera keluarnya al-Mahdi dengan cara-cara mereka yang rusak dan menyimpang yang mengharuskan tersebarnya kerusakan di muka bumi dengan cara melakukan semua yang diharmkan, berupa perzinaan, minum-minuman keras dan homoseksual, serta saling menukar istri. Dan yang terakhir ini terbilang sebagai cara mereka yang paling menjijikkan berkat bujukan jiwa mereka yang sakit.

Tampaknya, siswa dan siswi dari Indonesia yang pergi untuk mendalami agama Syi’ah bisa saja ikut-ikutan memberikan andil yang signifikan untuk mempercepat keluarnya al-Mahdi al-Muntazhar. Maka kami sampaikan “selamat” kepada para wali mereka atas keikutsertaan mereka dalam perbuatan nista yang dianggap –oleh sebagian mereka—akan meninggikan “martabat” manusia ini!!!

Kami mengisyaratkan kepada masalah penting yang dibongkar belakangan ini oleh salah satu orang terdekat Manaf al-Naji yang kabur tersebut, bahwa Manaf yang dikenal sangat tergila-gila dalam mengabadikan petualangan seksualnya itu juga memiliki berbagai rekaman sebagian istri para wakil al-Sistani yang gemar bertukar-tukar istri, ditambah dengan rekaman video yang ia ambil saat melakukan perzinaan dengan istri Muhammad Ridho al-Sistani, putra tertua Ali al-Sistani sekaligus pimpinan urusan marja’iyahnya. Satu hal yang menyebabkan krisis besar dan hakekat terbesar dari krisis dan skandal memalukan yang menjadikan al-Sistani menggelontorkan milyaran dolar guna membungkam dan mengaburkan kasus ini.

Manaf al-Naji yang memiliki banyak rekaman video yang membuat malu al-Sistani dan keluarganya, bisa jadi tidak segan-segan untuk segera menyebarkan semua rekaman itu jika al-Sistani meninggalkannya atau ketika merasa putus asa. Terlebih lagi ia tidak akan rugi melebihi kerugiannya yang pertama yang menjadikan al-Sistani berada di antara dua palu kehinaan yang akan menghabisinya, serta di antara dua ancaman dengan hal memalukan terbesar yang membuat masyarakat merasa tertipu dengan kemuliaannya, akan memberontak dengan ganas kepadanya setelah rakyat merasa yakin bahwa mereka benar-benar tertipu oleh para lelaki bersorban yang telah merampas harta mereka dengan sebutan alkhumus (sepelima harta) dan merusak kehormatan mereka atas nama mut’ah.

Sekarang ini telah terbukti pada kebanayakan orang –segala puji bagi Allah- setelah peristiwa menjijikkan ini bahwa agama mereka sejatinya dibangun di atas seks, mut’ah dan perampasan harta. Allah telah menghinakan mereka dengan sehina-hinanya setelah mereka lancang menodai kehormatan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan menuduh ibunda kaum mu’minin, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anhu, dengan perbuatan tidak senonoh secara dusta dan mengada-ada, maka Allah menghinakan kehormatan mereka dengan sebenar-benarnya. Bahkan, termasuk pembalasan Allah terhadap mereka demi membela ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha yang suci adalah dengan menghinakan syi’ah yang berkelanjutan hingga hari qiyamat, dengan nama mut’ah, sementara mereka tidak merasa.

Surat kabar al-Ayyam pada edisi 7747 hari Sabtu 26 Juni 2010 mengangkat sebuah laporan tentang kebejadan ini. Sumber tu menyebutkan bahwa beberapa alamat situs di Irak tengah melayangkan protes keras kepada rujukan utama syi’ah di Irak setelah tindakan amoral itu melanda Manaf al-Naji, wakil rujukan tertinggi syi’ah, Ali al-Sistani. Hal mana memicu amarah hebat di jalanan Irak. Alamat-alamat situs itu mengatakan bahwa al-Najih memanfaatkan situs agamisnya untuk menyesatkan, membuat miskin dan bodoh para korban untuk menjebak mereka dalam jaringan kotornya. Sumber itu menyebutkan bahwa al-Naji terbiasa melakukan perzinaan dengan wanita-wanita yang bersuami dan memiliki anak-anak. Di antaranya adalah penanggung jawab sekolah wanita milik al-Sistani, yang semakin menambah kericuhan keluarga besar di antara mereka sendiri, juga pembunuhan dan penyembelihan sebagian wanita bersuami yang kedapatan ikut bermain dengan al-Naji. Bahkan keluarga salah satu wanita yang gambar mesumnya diambil oleh al-Naji keluar untuk membunuhnya.

Sumber-sumber menyatakan bahwa orang-orang yang taklid kepada al-Sistani berkumpul di depan rumah Manaf al-Naji yang telah melarikan diri setelah peristiwa memalukan itu, mereka menuntutnya juga keluarga besar al-Naji untuk mengembalikan harta al-khumus dan zakat yang biasa mereka bayarkan kepadanya, jika tidak maka mereka akan membawa kasus tersebut ke pengadilan, juga kasus kantor al-Sistani!

Sumber menyebutkan bahwa utusan dari aparat Pemda setempat telah mendatangi kantor al-Sistani untuk meminta agar menyerahkan al-Naji ke meja hijau. Jika tidak, maka mereka akan melakukan tindakan-tindakan yang seharusnya.

Sumber menyatakan bahwa Syaikh Ahmad Al-Anshari, wakil Sayyid al-Sistani yang memiliki hubungan baik dengan kebanyakan pimpinan keluarga besar, telah melakukan peran untuk rekonsiliasi dan menutupi kebejadan yang dilakukan oleh sahabatnya dan semisalnya dalam kantor al-Sistani, yakni Sayyid al-Naji.

Pemilik apotik di provinsi al-Imarah mengatakan bahwa kasus memalukan tangan kanan al-Sistani membuat saya menemukan jawaban-jawaban atas banyak pertanyaan yang mengganggu pikiran saya selama ini tentang prilaku orang ini yang dulunya sangat saya sucikan dan muliakan. Manaf al-Naji setiap harinya membeli obat-obatan yang bisa menguatkan libidonya, ditambah dengan beberapa pil memabukkan. Ketika kami tanyakan hal itu, ia mengatakan bahwa obat-obatan itu akan diberikan kepada sebagian keluarga fakir yang tidak punya uang untuk membelinya. Tetapi setelah kejadian ini terungkaplah bahwa Manaf al-Naji termasuk yang suka melakukan perbuatan mesum dengan para wanita yang datang untuk belajar atau datang untuk menerima gaji bulanan bagi para fakir, dan kesempatan itulah ia campurkan zat adiktif (ramuan memabukkan) pada minuman sirup yang ia suguhkan pada mereka ketika berada di rumahnya untuk belajar.

Kita alihkan perhatian sebentar, bahwa al-Sistani sendiri merupakan anak hasil mut’ah, dan tentu saja musibahnya lebih besar, karena ia tidak mengetahui siapa bapaknya. Kisah hidupnya sudah popular. Berdasarkan biografinya yang tersebar dalam dunia maya bahwa ia dilahirkan di kota Mashad Iran, ibunya sangat sering melakukan mut’ah untuk mendekatkan diri kepada Allah berdasarkan akidah mereka yang menyimpang. Setelah melahirkan putranya, al-Sistani, ibunya kebingungan, dari siapakah benih hasil mut’ah itu ia nasabkan. Maka ia memutuskan untuk pergi ke Hauzah (semacam pesantren) di kota Qum yang disucikan untuk meminta fatwa. Maka mufti besar yang menjadi rujukan tama, Syayyid Husein al-Thabathabai memberikan fatwa untuk mengundi nama-nama pria yang telah melakukan mut’ah dengannya. Setelah diundi, keluarlah nama Sayyid Muhammad Bakir untuk menjadi ayah al-Sistani di hadapan manusia. Itu terjadi pada tahun 1930. Demikianlah seorang rujukan utama Syi’ah anak hasil undian. Seiring dengan pergantian waktu, ia menjadi referensi utama. Sekedar diketahui, seperti halnya al-Khomaeni, ia belum pernah sekalipun pergi melaksanakan haji. Sebagaimana ia juga tidak bisa berbahasa Arab, sehingga tidak dikenal rekaman suaranya –meski hanya sekali—yang menggunakan bahasa Arab atau membaca Al-Qur’an. Umumnya masyarakat syi’ah tidak memiliki rekaman darinya walau hanya satu yang berisi pelajaran atau nasehat. Sebaliknya, ia hanyalah sosok misterius yang tersembunyi dari penglihatan manusia sejak lama.

Sosok seperti ini yang mereka pilihkan bapak baginya melalui undian. Tidaklah mengherankan jika kemudian membolehkan seorang suami melakukan sodomi terhadap istrinya. Tidak pula mengherankan ketika ia berfatwa memperbolehkan mut’ah dengan pelayan (pembantu rumah tangga) dari Indonesia sekalipun tanpa restu keluargana. Fatwa-fatwa ini disebutkan dan tersebar dalam internet syi’ah, dan menjadi konsumsi masyarakat awam syi’ah di manapun berada.

Jika seperti ini keadaan ibu al-Sistani, maka bagaimana ia akan mengupayakan agar kaum wanita menjadi orang-orang suci? Apakah sosok seperti Manaf al-Naji yang gila untuk melakukan mut’ah dengan para wanita bersuami atau siswi-siswi di hauzah, akan menjadi permisalan dalam kemuliaan dan kesucian diri?

Sesungguhnya tindak asusila yang mengguncang hauzah adalah juga tindak asusila yang mengguncang vatikan, sekalipun berbeda dalam deteilnya, akan tetapi hati mereka saling menyerupai. Sekedar untuk diketahui bahwa sejumlah tokoh dan Syaikh sebagian kabilah menyatakan dengan terus terang kepindahan mereka kepada madzab sunni dan meninggalkan madzhab syi’ah setelah peristiwa keji yang dilakukan oleh Manaf al-Naji yang telah mengguncang jalanan Irak. Syekh Bani Malik mengatakan, “Kami adalah keluarga besar Arab tulen yang berpindah dari Jazirah Arabia ke Irak, dan ia adalah kabilah sunni yang murni, akan tetapi mengingat bersambungnya wilayah Irak Selatan dengan Iran, maka kabilah itu berubah menjadi syi’ah. Inilah kami telah memperbaiki kesalahan dan kembali kepada madzhab ahlus sunnah.

Kami, majalah Qiblati menawarkan bantuan besar kepada “anak undian” Sayyid al-Sistani, kami usulkan kepadanya untuk keluar dari skandal memalukan ini dengan cara keluar di hadapan manusia untuk menyampaikan kepada mereka bahwa ia telah bertemu al-Mahdi al-Muntazhar yang merasa berbahagia dengan mut’ah (zina) yang dilakukan oleh Manaf al-Naji dengan para wanita syi’ah, dan bahwa ia telah menjadikan kedudukan bagi setiap suami yang isteri mereka dicabuli oleh Manaf al-Naji, yakni dengan menjadikan mereka bersama al-Husein di surga. Maka siapa yang menginginkan untuk berkumpul dengan al-Husein di surga, silahkan menyerahkan isterinya untuk dinikmati oleh para “pemakai surban”.

Begitulah, gugurnya agama syi’ah secara cepat terkuak hakekatnya bagi mereka yang berakal. Adapun rang-orang yang akalnya tumpul yang ikut merasakan manfaat dari harta pemberian, maka bagi mereka agama syi’ah tidak jatuh, karena agama mereka adalah harta (khumus) dan seks (mut’ah).

Semoga Allah meridhaimu wahai ibunda ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, semoga Allah meridhai engkau, yang mana Allah membalas dendam kepada mereka untumu di dunia sebelum kelak di akherat. Maka Allah menjadikan kehormatan syi’ah terjerembab di setiap saat hingga hari qiyamat dengan apa yang mereka halalkan untuk diri mereka sendiri dengan nama mut’ah. Ini sebagai kemuliaan bagimu wahai ibunda kaum mu’minin. Cinta macam apakah dari Allah untukmu wahai wanita terpandai di jagad raya ini?!!!

Demi Allah sekiranya dunia seisinya berkumpul membalaskan dendam untukmu, tentu tidak sanggup menyamai balas dendam Allah. Sungguh, ini merupakan keadilan Allah dan timbangannya yang tidak akan salah dan keliru. Semoga Allah meridhaimu wahai ibunda ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha. (FZ).


[1] Ali Sistani adalah marja’ (rujukan) syi’ah terbesar hari ini setelah meninggalnya al-Khu’I tahun 1413H. Dia adalah orang Persia Iran yang bermukim di Negeri Arab, Najaf Irak. Asli Persia, tidak bisa berbahasa Arab. Dia terkenal dengan seruannya kepada Amerika untuk menjajah Irak, dan terkenal dengan fatwanya bahwa orang Syi’ah harus membuka jalan selebar-lebarnya untuk pasukan AS dalam menyerang dan memasuki Irak. Dia yang bertanggung jawab terhadap pembunuhan dan pembantaian Ahlus Sunnah di Irak yang dilakukan oleh milisi-milisi syi’ah yang loyal kepada Iran. Dia mendiamkan dan meridhai kitab-kitab syi’ah yang mengkafirkan Abu Bakar, Umar, Utsman, ‘Aisyah dan Hafshah dan memvonis mereka sebagai ahli neraka jahannam, lebih najis daripada anjing dan babi. Dia berfatwa: Tidak boleh memberi zakat kepada fakir miskin Ahlus Sunnah, tidak sah shalat orang syi’ah di masjid Ahlus Sunnah. Yang tidak beriman dengan imamah syi’ah kafir di dunia kekal di neraka jahannam. Shalat di masjid Ali lebih afdhal daripada shalat di Masjid Nabawi. Dia juga yang berfatwa dengan ratusan fatwa tentang seks yang memalukan setiap muslim, karena kotor dan jijiknya serta jauhnya dari Islam. (ah)
http://wwww.youtube.com/watch?v=QOqGz4kzaQE.

[2] Hauzah, istilah untuk semacam perguruan agama, di Indonesia atau kalangan sunni dikenal dengan ma’had atau pesantren.

Dikutip dari: Majalah Qiblati, Malang, Edisi 11, tahun V, Ramadhan 1431H, Agustus 2010.

Sudahkah Anda dapatkan buku ini?

Sudahkah Anda dapatkan buku ini? 


Inilah FAKTANYA ....

Meluruskan Sejarah Umat Islam
Sejak Wafat Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam
Hingga Terbunuhnya al-Husain radhiallaahu ‘anhu

Penulis: Dr. 'Utsman bin Muhammad al-Khamis
Tebal: xvi+420 hlm
Ukuran: 15,5 x 23,5 cm
Harga : Rp 50.000,-

Sejarah Islam tidak bisa lepas dari sejarah para Sahabat Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam. Salah dalam memahami peristiwa sejarah pada masa mereka tentu akan menyebabkan kekeliruan dalam menafsirkan peristiwa sejarah pada masa-masa berikutnya.

Buku ini menghadirkan pembahasan sejarah pada masa tujuh khalifah setelah Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam . Diungkap dengan gaya berbeda, buku ini mencoba meluruskan pemahaman kita selama ini terkait sejarah Islam khususnya pada era Sahabat, termasuk cara yang ideal dalam membaca sejarah Islam.

Peristiwa-peristiwa penting yang jarang diungkap mulai era kekhilafahan Abu Bakar, ‘Umar, ‘Utsman, ‘Ali, al-Hasan, Mu’awiyah, hingga Yazid dipaparkan secara gamblang di dalamnya. Keberhasilan mereka dalam memimpin umat Islam saat itu dijelaskan dengan lugas. Konflik-konflik yang selama ini diisukan terjadi di antara mereka juga dibahas beserta bantahan-bantahannya. Paradigma keshalihan para Sahabat diterangkan secara jelas di dalam buku ini.

Tidak kalah pentingnya, buku ini juga meluruskan kesimpangsiuran masalah suksesi kepemimpinan se-peninggal Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam. Termasuk konspirasi Yahudi dalam pembunuhan ‘Utsman yang menjadi cikal bakal pemberontakan pada masa-masa berikutnya.

Dengan membaca buku ini, kita akan sadar betapa kita perlu bersikap kritis dalam membaca peristiwa-peristiwa sejarah, terutama yang bertendensi negatif terkait kehidupan para Sahabat yang telah mendampingi Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam dalam mendakwahkan agama ini.
 

Kafirnya Orang yang Mencela Sahabat Nabi





Kalau kita melihat tindak tanduk Rafidhah (baca: Syi’ah), mereka tidaklah lepas dari mencela sahabat. Ulama-ulama mereka tidak segan-segan mengatakan bahwa ‘Aisyah –istri tercinta Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam- itu kafir dan pantas menempati neraka. Banyak literatur Syi’ah yang menyebutkan ajaran demikian, bukan hanya satu atau dua pernyataan, bahk
an sudah menjadi ajaran pokok mereka. Tulisan kali ini akan menunjukkan bagaimana pujian Allah pada mereka, sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mulia. Juga akan dijelaskan pula mengenai kafirnya orang yang mencela sahabat Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Merenungkan Sifat Mulia Para Sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

Sifat mulia para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, termaktub dalam ayat berikut setelah Allah memuji Rasul-Nya yang mulia. Allah Ta’ala berfirman,

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآَزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا

“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar” (QS. Al Fath: 29).

Mula-mula ayat ini berisi pujian Allah Ta’ala kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau tidak disangsikan lagi adalah benar. Lalu beliau dipuji sebagai utusan Allah, di mana pujian ini mencakup semua sifat yang mulia. Kemudian setelah itu, barulah datang pujian kepada sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Apa saja pujian bagi para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam?

Pertama: Mereka keras terhadap orang kafir namun begitu penyayang terhadap sesama mereka yang beriman sebagaimana disebutkan dalam ayat di atas,

وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ

“Dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka”

Pujian seperti itu terdapat pula dalam ayat lainnya,

فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ

“Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir” (QS. Al Maidah: 54).

Inilah sifat yang semestinya dimiliki oleh orang beriman. Mereka keras dan berlepas diri dari orang kafir dan mereka berbuat baik terhadap orang-orang beriman. Mereka bermuka masam di depan orang kafir dan bermuka ceria di hadapan saudara mereka yang beriman. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قَاتِلُوا الَّذِينَ يَلُونَكُمْ مِنَ الْكُفَّارِ وَلْيَجِدُوا فِيكُمْ غِلْظَةً

“Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu, dan ketahuilah, bahwasanya Allah bersama orang-orang yang bertaqwa” (QS. At Taubah: 123).

Dari An Nu’man bin Basyir, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِى تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى

“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal kasih sayang bagaikan satu tubuh, apabila satu anggota badan merintih kesakitan maka sekujur badan akan merasakan panas dan demam” (HR. Muslim no. 2586).

Dari Abu Musa, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ ، يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا

“Seorang mukmin dengan mukmin yang lain seperti sebuah bangunan yang bagian-bagiannya saling menguatkan satu dan lainnya” (HR. Bukhari no. 6026 dan Muslim no. 2585).

Kedua: Para sahabat nabi adalah orang yang gemar beramal sholeh, juga memperbanyak shalat dan shalat adalah sebaik-baik amalan

Ketiga: Mereka dikenal ikhlas dalam beramal dan selalu mengharapkan pahala di sisi Allah, yaitu balasan surga.

Kedua sifat ini disebutkan dalam ayat di atas,

تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا

“Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya”

Keempat: Mereka terkenal khusyu’ dan tawadhu’. Itulah yang disebutkan dalam ayat,

سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ

“Tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud”.

Ibnu ‘Abbas mengatakan bahwa yang dimaksud adalah tanda yang baik. Mujahid dan ulama tafsir lainnya mengatakan bahwa yang dimaksud adalah khusyu’ dan tawadhu’.

Ulama pakar tafsir lainnya, yaitu As Sudi berkata bahwa yang dimaksud adalah shalat telah membaguskan wajah mereka.

Sebagian salaf berkata,

من كثرت صلاته بالليل حسن وجهه بالنهار

“Siapa yang banyak shalatnya di malam hari, maka akan berserilah wajahnya di siang hari.”

Sebagian mereka pula berkata,

إن للحسنة نورا في القلب، وضياء في الوجه، وسعة في الرزق، ومحبة في قلوب الناس.

“Setiap kebaikan akan memancarkan cahaya di hati dan menampakkan sinar di wajah, begitu pula akan melampangkan rizki dan semakin membuat hati manusia tertarik padanya.”

Karena baiknya hati, hal itu akan dibuktikan dalam amalan lahiriyah. Sebagaimana kata ‘Umar bin Al Khottob,

من أصلح سريرته أصلح الله علانيته.

“Siapa yang baik hatinya, maka Allah pun akan memperbaiki lahiriyahnya.”

Para sahabat radhiyallahu ‘anhum, niat mereka dan amal baik mereka adalah murni hanya untuk Allah. Sehingga siapa saja yang memandang mereka, maka akan terheran dengan tanda kebaikan dan jalan hidup mereka. Demikian kata Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsirnya.

Kelima: Para sahabat dipuji oleh umat sebelum Islam dan mereka adalah sebaik-baik umat.

Imam Malik rahimahullah berkata bahwa telah sampai pada beliau, jika kaum Nashoro melihat para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menaklukkan Syam, mereka berkata, “Demi Allah, mereka sungguh lebih baik dari Hawariyyin (pengikut setia Nabi ‘Isa ‘alaihis salam), sebagaimana yang sampai pada kami.” Kaum Nashrani telah membenarkan hal ini. Ini menunjukkan bahwa umat Islam adalah umat yang dalam anggapan umat-umat sebelum Islam sebagaimana termaktub dalam kitab-kitab mereka. Dan umat Islam yang paling mulia dan utama adalah para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu dalam ayat yang kita bahas di atas disebutkan,

ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآَزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ

“Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya.”

Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Demikianlah sahabat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka menguatkan, mendukung dan menolong Nabinya shallallahu ‘alaihi wa sallam, juga mereka selalu bersamanya sebagaimana tunas yang selalu menyertai tanaman”. Tunas itulah ibarat para sahabat dan tanaman itulah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam panutan mereka.

Kafirnya Orang yang Mencela Sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

Setelah disebutkan sifat-sifat mulai para sahabat, kemudian Allah menyebutkan sifat mereka yang selalu menolong Nabi mereka shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana halnya tunas pada tanaman, lalu disebutkan,

يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ

“Tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir”.

Sebagaimana dalam salah satu riwayat dari Imam Malik rahimahullah, beliau mengkafirkan Rafidhah (Syi’ah) di mana mereka menaruh kebencian pada para sahabat. Imam Malik berkata,

لأنهم يغيظونهم، ومن غاظ الصحابة فهو كافر لهذه الآية

“Karena para sahabat membuat hari mereka jengkel. Dan siapa yang jengkel (murka) pada para sahabat, maka ia kafir berdasarkan ayat ini.”

Sekelompok ulama sependapat dengan Imam Malik dalam hall ini. Juga banyak hadits yang menunjukkan keutamaan para sahabat dan larangan mencela mereka sebagai pendukung. Cukup dengan pujian dan ridho Allah atas mereka sebagaimana terbukti dalam ayat ini.

Bukti dari Literatur Syi’ah Mengenai Celaan pada Para Sahabat

[1] Salah satu buku induk ajaran Syi’ah yaitu karangan ulama besar mereka, Al Kulaini menyebutkan riwayat dari Ja’far ‘alaihis salam, “Manusia (para sahabat) telah murtad setelah wafatnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kecuali tiga orang.” Aku berkata, “Siapa saja tiga orang tersebut?” Disebutkan, “Al Miqdad bin Al Aswad, Abu Dzar Al Ghifari dan Salman Al Farisi”. (Furu’ Al Kaafi, Al Kulaini, hal. 115)

***

Lihatlah bagaimana tujuan keji Syi’ah yang bukan hanya mencela, namun menganggap murtad para sahabat yang mulia kecuali tiga sahabat di atas.

[2] Al Majlisi menyebutkan dalam kitabnya bahwa bekas budak ‘Ali bin Husain. Di mana ia pernah bersama ‘Ali bin Husain. Lalu bekas budaknya ini berkata pada ‘Ali bin Husain, “Engkau punya kewajiban untuk memberitahukanku mengenai dua orang pria yaitu Abu Bakr dan ‘Umar.” ‘Ali bin Husain berkata, “Mereka berdua itu kafir. Dan siapa saja yang mencintai keduanya, maka ia juga ikut kafir.” (Baharul Anwar, Al Majlisi, 29: 137)

***

Perlu diketahui bahwa sebenarnya ‘Ali bin Husain dan ahlul bait tidaklah seperti yang diceritakan di atas. Mereka sebenarnya berlepas diri dari kebiadaban dan tuduhan keji orang-orang Syi’ah. Dan ini jadi bukti bagaimana bencinya orang Syi’ah pada dua sahabat yang mulia yaitu Abu Bakr dan ‘Umar. Padahal Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri memuji Abu Bakr dengan julukan shiddiq (orang yang paling membenarkan sabda Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam) dan menyebut ‘Umar dengan syuhada’.

Dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menaiki gunung Uhud bersama Abu Bakar, Umar dan ‘Utsman. Gunung Uhud pun berguncang. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu bersabda,

اثْبُتْ أُحُدُ فَإِنَّمَا عَلَيْكَ نَبِىٌّ وَصِدِّيقٌ وَشَهِيدَانِ

“Diamlah Uhud, di atasmu ada Nabi, Ash Shiddiq (yaitu Abu Bakr) dan dua orang Syuhada’ (‘Umar dan ‘Utsman)” (HR. Bukhari no. 3675).

[3] Ulama pakar tafsir di kalangan Syi’ah yaitu Al Qummi berkata mengenai firman Allah Ta’ala,

وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ

“Dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan” (QS. An Nahl: 90). Namun lihatlah bagaimana tafsiran Al Qummi mengenai ayat ini. Ia berkata, “Fahsya’ adalah Abu Bakr, munkar adalah ‘Umar (bin Khottob), dan baghyu adalah ‘Utsman (bin ‘Affan).” (Tafsir Al Qummi, 1: 390)

***

Jika ulama Syi’ah saja mencela seperti ini, bagaimana lagi dengan pengikutnya?

[4] Yusuf Al Jaroni dalam kitabnya menyebutkan bahwa ‘Aisyah telah murtad setelah wafatnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana murtadnya sahabat Al Jamm Al Ghofir (Asy Syihab Ats Tsaqib fii Bayani Ma’na An Nashib, Yusuf Al Jaroni, hal. 236).

[5] Dalam buku Syi’ah, mereka menuduh ‘Aisyah telah berzina. Mengenai firman Allah Ta’ala yang sebenarnya mensucikan ‘Aisyah dari tuduhan zina yaitu pada surat An Nuur,

أُولَئِكَ مُبَرَّءُونَ مِمَّا يَقُولُونَ

“Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu)” (QS. An Nuur: 26). Kata mereka, ayat ini yang dimaksud adalah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, bukan pada istrinya ‘Aisyah. (Ash Shiroth Al Mustaqim, Zainuddin An Nabathi Al Bayadhi, 3: 165)

***

Bagaimana mungkin ‘Aisyah dituduh berzina, sedangkan dalam surat An Nuur sebelumnya disebutkan,

الْخَبِيثَاتُ لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ

“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)” (QS. An Nuur: 26).

Bagaimana pula ‘Aisyah itu murtad dan berbuat zina, sedangkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam begitu menaruh hati pada ‘Aisyah. Lihatlah bagaimana ungkapan cinta Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada istrinya tercinta.

قَالَتْ عَائِشَةُ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم كُنْتُ لَكِ كَأِبي زَرْعٍ لِأُمِّ زَرْعٍ

‘Aisyah berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku bagimu seperti sayangnya Abu Zar’ pada Ummu Zar’. (HR. Bukhari no. 5189 dan Muslim no. 2448).

Dalam riwayat lain, A’isyah berkata,

يَا رَسُوْلَ اللهِ بَلْ أَنْتَ خَيْرٌ إِلَيَّ مِنْ أَبِي زَرْعٍ

“Wahai Rasulullah, bahkan engkau lebih baik kepadaku daripada Abu Zar’” (HR. An-Nasai dalam As-Sunan Al-Kubro 5: 358, no. 9139)

Pujian Tinggi pada Para Sahabat

Di akhir ayat, Allah menyebutkan pujian tinggi pada para sahabat,

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا

“Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar”.

Siapa saja yang mengikuti para sahabat dalam sifat mulia mereka, ia akan mendapatkan keutamaan demikian.

Ya Allah, berilah kami petunjuk untuk mengikuti jejak mulia para sahabat dan moga kami menjadi orang-orang yang mencintai mereka.

Kami tutup tulisan ini dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

لاَ تَسُبُّوا أَصْحَابِى ، فَلَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلاَ نَصِيفَهُ

“Janganlah kalian mencela sahabatku. Seandainya salah seorang di antara kalian menginfakkan emas semisal gunung Uhud, maka itu tidak bisa menandingi satu mud infak sahabat, bahkan tidak pula separuhnya” (HR. Bukhari no. 3673 dan Muslim no. 2540).

Wallahu waliyyut taufiq was sadaad.

Referensi:

Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, terbitan Muassasah Qurthubah, cetakan pertama, tahun 1421 H, 13: 132-135.
Man Hum Asy Syi’ah Itsna ‘Asyariyyah, ‘Abdullah bin Muhammad As Salafi, dd-sunnah.net, cetakan pertama, 1428 H.
Min ‘Aqoidi Asy Syi’ah, ‘Abdullah bin Muhammad As Salafi (dengan muqoddimah: Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz), dd-sunnah.net, cetakan ketiga, 1428 H.

@ Ummul Hamam, Riyadh, KSA, 27 Rabi’uts Tsani 1433 H
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Muslim.Or.Id


Dari artikel Kafirnya Orang yang Mencela Sahabat Nabi — Muslim.Or.Id by null
 — 

Inilah Bukti Kesesatan Syi'ah

Pada kesempatan Idul Adha Syi'ah Iran Parsi menahan 86 dan mengeksekusi 7 pemuda ahwaz dan mencegah sholat Ied untuk Muslim Sunni.

sumber:https://www.facebook.com/photo.php?fbid=477010675677046&set=a.19081886496230.48008.184952951549488&type=1&theater
 

Pernyataan Imam Asy Syafi'i tentang syiah.




- Dari Yunus bin Abdila’la, beliau berkata: Saya telah mendengar asy-Syafi’i, apabila disebut nama Syi’ah Rafidhah, maka ia mencelanya dengan sangat keras, dan berkata: “Kelompok terjelek! (terbodoh)”. (al-Manaqib, karya al-Baihaqiy, 1/468. Manhaj Imam asy-Syafi’i fi Itsbat al-Aqidah, 2/486)

- Al-Imam Asy-Syafi’i berkata: “Saya belum melihat seorang pun yang paling banyak bersaksi/bersumpah palsu (berdusta) dari Syi’ah Rafidhah.” (Adabus Syafi’i, m/s. 187, al-Manaqib karya al-Baihaqiy, 1/468 dan Sunan al-Kubra, 10/208. Manhaj Imam asy-Syafi’i fi Itsbat al-Aqidah, 2/486)

- Al-Buwaitiy (murid Imam Syafi’i) bertanya kepada Imam Syafi’i, “Bolehkah aku shalat di belakang orang Syiah?” Imam Syafi’i berkata, “Jangan shalat di belakang orang Syi’ah, orang Qadariyyah, dan orang Murji’ah” Lalu Al-Buwaitiy bertanya tentang sifat-sifat mereka, Lalu Imam Syafi’i menyifatkan, “Siapasaja yang mengatakan Abu Bakr dan Umar bukan imam, maka dia Syi’ah”. (Siyar A’lam Al-Nubala 10/31)

- asy-Syafi’i berkata tentang seorang Syi’ah Rafidhah yang ikut berperang: “Tidak diberi sedikit pun dari harta rampasan perang, kerana Allah menyampaikan ayat fa’i (harta rampasan perang), kemudian menyatakan: Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa: “Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami”. (Surah al-Hasyr, 59: 10) maka barang siapa yang tidak menyatakan demikian, tentunya tidak berhak (mendapatkan bahagian fa’i).” (at-Thabaqat, 2/117. Manhaj Imam asy-Syafi’i fi Itsbat al-Aqidah, 2/487)

- Imam as-Subki Rahimahullah berkata, ‘Aku melihat di dalam al-Muhith dari kitab-kitab Hanafiah, dari Muhammad (bin Idris as-Syafi’i) bahwa tidak boleh shalat di belakang Rafidhah.’ (Fatawa as-Subki (II/576), lihat juga Ushulud Din (342))
 — 

Pernyataan Imam Asy Syafi'i tentang syiah.




- Dari Yunus bin Abdila’la, beliau berkata: Saya telah mendengar asy-Syafi’i, apabila disebut nama Syi’ah Rafidhah, maka ia mencelanya dengan sangat keras, dan berkata: “Kelompok terjelek! (terbodoh)”. (al-Manaqib, karya al-Baihaqiy, 1/468. Manhaj Imam asy-Syafi’i fi Itsbat al-Aqidah, 2/486)

- Al-Imam Asy-Syafi’i berkata: “Saya belum melihat seorang pun yang paling banyak bersaksi/bersumpah palsu (berdusta) dari Syi’ah Rafidhah.” (Adabus Syafi’i, m/s. 187, al-Manaqib karya al-Baihaqiy, 1/468 dan Sunan al-Kubra, 10/208. Manhaj Imam asy-Syafi’i fi Itsbat al-Aqidah, 2/486)

- Al-Buwaitiy (murid Imam Syafi’i) bertanya kepada Imam Syafi’i, “Bolehkah aku shalat di belakang orang Syiah?” Imam Syafi’i berkata, “Jangan shalat di belakang orang Syi’ah, orang Qadariyyah, dan orang Murji’ah” Lalu Al-Buwaitiy bertanya tentang sifat-sifat mereka, Lalu Imam Syafi’i menyifatkan, “Siapasaja yang mengatakan Abu Bakr dan Umar bukan imam, maka dia Syi’ah”. (Siyar A’lam Al-Nubala 10/31)

- asy-Syafi’i berkata tentang seorang Syi’ah Rafidhah yang ikut berperang: “Tidak diberi sedikit pun dari harta rampasan perang, kerana Allah menyampaikan ayat fa’i (harta rampasan perang), kemudian menyatakan: Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa: “Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami”. (Surah al-Hasyr, 59: 10) maka barang siapa yang tidak menyatakan demikian, tentunya tidak berhak (mendapatkan bahagian fa’i).” (at-Thabaqat, 2/117. Manhaj Imam asy-Syafi’i fi Itsbat al-Aqidah, 2/487)

- Imam as-Subki Rahimahullah berkata, ‘Aku melihat di dalam al-Muhith dari kitab-kitab Hanafiah, dari Muhammad (bin Idris as-Syafi’i) bahwa tidak boleh shalat di belakang Rafidhah.’ (Fatawa as-Subki (II/576), lihat juga Ushulud Din (342))
 — 

Selamat diterbitkannya buku Fatwa MUI JATIM -kesesatan syi’ah-





Pengantar penerbit

بسم الله الرحمن الرحيم، الحمد لله رب العالمين، و العاقبة للمتقين و لا عدوان إلا على الظالمين، و أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له إله الأولين والآخرين و أشهد أن محمدا عبده و رسوله المبعوث رحمة للعالمين، صلى الله عليه وعلى آله وصحبه أجمعين.
أما بعد:

Kami sangat bersyukur kepada Allah yang telah memberikan kepada kami kesempatan untuk turut serta dalam melanjutkan dakwah Nabi i dan para sahabatnya di bumi Nusantara yang sunni ini, khususnya di Provinsi Jawa Timur yang mayoritasnya adalah muslim, yaitu 97 % dari total 38 juta penduduk Jawa Timur.

Kini, kami bersyukur kepada Allah bisa menindak lanjuti pertemuan kami dengan Ketua Umum MUI Jawa Timur, Bapak KH. Abdussomad Buchori –hafizhahullah- yang didampingi sekretaris MUI, Ustadz Mochammad Yunus, pada hari Kamis, 20 September 2012, di Kantor MUI Jawa Timur. Pada kesempatan itu kami memohon izin untuk menerbitkan fatwa MUI Jawa Timur tentang kesesatan Syi’ah dan beliau menyambutnya dengan baik dan beliau memberikan file-file yang kami perlukan.

Untuk memberikan kemantapan kepada kaum muslimin tentang kesesatan syi’ah ini maka kami lengkapi buku ini dengan beberapa lampiran; Surat Edaran Kemenag RI, Fatwa MUI Pusat tahun 1984, Sepuluh Kriteria Aliran Sesat (tahun 2007), dan terakhir Peraturan Gubernur Jawa Timur no. 55 tahun 2012. Semua itu diharapkan bisa mendorong kaum muslimin untuk semakin membumikan sunnah di wiliayah tercinta ini, bahu-membahu dengan para ulama dan umara`.

Semoga Allah سبحانه و تعالى menerima amal kita dan membalas kaum muhsinin dengan berlipat ganda, serta menyelamatkan orang-orang yang kita cintai dari bahaya dan kesesatan syi’ah. Walhamdulillahirabbil’alamin [Malang, 10 Oktober 2012].

———————————————————————————–

Alhamdulillah, dengan terbitnya buku Fatwa MUI Jawa Timur Tentang Kesesatan Syi’ah tersebut, Yayasan Bina Masyarakat secara bersamaan juga meluncurkan program penyediaan buku fatwa tersebut bagi ormas, masjid, maupun lembaga dakwah Islam lainnya. Untuk informasi dan keterangan lengkap program tersebut, bisa menghubungi nomor 081 332 675 653 (Abu Hasan), atau via email di alamat info@binamasyarakat.com.

sumber : http://www.binamasyarakat.com/?p=1567

http://www.gensyiah.com/selamat-diterbitkannya-buku-fatwa-mui-jatim-kesesatan-syiah.html
 —

Persamaan Syiah dengan Yahudi




Syiah didirikan oleh yahudi yaman bernama Abdullah bin Saba'. maka dari itu Aqidah Syiah sama dengan Aqidah Yahudi. Mahu tahu kesamaan Aqidah mereka? Ikuti Pemaparan Ringkas Berikut Ini…

Yahudi berkeyakinan Pemerintahan Harus dari Keluarga Daud. Syiah-pun berkeyakinan Pemerintahan Harus dari Keluarga Ali

Yahudi berkeyakinan tidak ada jihad fi sabilillah kecuali setelah muncul al-masih al-muntazar dan menyeru dari langit. Syiah-pun berkeyakinan tidak ada jihad fi sabilillah kecuali setelah muncul al-mahdi yang turun dari langit

Yahudi melewatkan shalat maghrib sehingga keluar binatang di langit begitu juga dengan syiah

Yahudi berkeyakinan Talak tiga tidak sah, begitu juga dengan keyakinan syiah

Yahudi berkeyakinan wanita tidak ada iddah, begitu juga dengan keyakinan syiah

Yahudi Menghalalkan darah kaum muslimin, begitu juga dengan syiah

Yahudi Menyelewengkan taurat, begitu juga dengan syiah yang menyelewengkan Al-Qur’an

Yahudi Membenci jibril a.s. dan mengatakan “dia adalah musuh kami dikalangan malaikat”. Begitu juga dengan syiah yang membenci malaikat jibril dan mereka mengatakan “Jibril salah memberikan wahyu kepada Muhammad yang seharusnya diberikan kepada ‘Ali”

Yahudi tidak makan daging unta, begitu juga dengan syiah.

Yahudi mengharamkan arnab dan tuhhal, begitu juga dengan syiah

Yahudi tidak ada hukum menyapu khuf (sepatu), begitu juga dengn syiah

Yahudi menuduh Maryam Pezina. Sedangkan syiah menuduh Ummul Mukminin ‘Aisyah berzina. Karena inilah imam malik mengkafirkan syiah.

Kalau kita Tanya kepada yahudi: “siapakah yang terbaik di kalangan penganut agamamu?” Orang yahudi menjawab: “Sahabat nabi musa a.s”

Kalau kita Tanya kepada nasrani: “siapakah yang terbaik di kalangan penganut agamamu?” Orang nasrani menjawab: “Sahabat nabi Isa a.s ”

Kalau kita Tanya kepada kalangan rafidhah: “siapakah yang paling jahat dikalangan penganut agamamu?” Orang syiah menjawab: ”Sahabat rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam”
Sumber: http://www.youtube.com/watch?v=XxuqRean6t0

http://hakikatsyiah.blogspot.com/2009/11/persamaan-syiah-dengan-yahudi.html

Selamat diterbitkannya buku Fatwa MUI JATIM -kesesatan syi’ah-





Pengantar penerbit

بسم الله الرحمن الرحيم، الحمد لله رب العالمين، و العاقبة للمتقين و لا عدوان إلا على الظالمين، و أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له إله الأولين والآخرين و أشهد أن محمدا عبده و رسوله المبعوث رحمة للعالمين، صلى الله عليه وعلى آله وصحبه أجمعين.
أما بعد:

Kami sangat bersyukur kepada Allah yang telah memberikan kepada kami kesempatan untuk turut serta dalam melanjutkan dakwah Nabi i dan para sahabatnya di bumi Nusantara yang sunni ini, khususnya di Provinsi Jawa Timur yang mayoritasnya adalah muslim, yaitu 97 % dari total 38 juta penduduk Jawa Timur.

Kini, kami bersyukur kepada Allah bisa menindak lanjuti pertemuan kami dengan Ketua Umum MUI Jawa Timur, Bapak KH. Abdussomad Buchori –hafizhahullah- yang didampingi sekretaris MUI, Ustadz Mochammad Yunus, pada hari Kamis, 20 September 2012, di Kantor MUI Jawa Timur. Pada kesempatan itu kami memohon izin untuk menerbitkan fatwa MUI Jawa Timur tentang kesesatan Syi’ah dan beliau menyambutnya dengan baik dan beliau memberikan file-file yang kami perlukan.

Untuk memberikan kemantapan kepada kaum muslimin tentang kesesatan syi’ah ini maka kami lengkapi buku ini dengan beberapa lampiran; Surat Edaran Kemenag RI, Fatwa MUI Pusat tahun 1984, Sepuluh Kriteria Aliran Sesat (tahun 2007), dan terakhir Peraturan Gubernur Jawa Timur no. 55 tahun 2012. Semua itu diharapkan bisa mendorong kaum muslimin untuk semakin membumikan sunnah di wiliayah tercinta ini, bahu-membahu dengan para ulama dan umara`.

Semoga Allah سبحانه و تعالى menerima amal kita dan membalas kaum muhsinin dengan berlipat ganda, serta menyelamatkan orang-orang yang kita cintai dari bahaya dan kesesatan syi’ah. Walhamdulillahirabbil’alamin [Malang, 10 Oktober 2012].

———————————————————————————–

Alhamdulillah, dengan terbitnya buku Fatwa MUI Jawa Timur Tentang Kesesatan Syi’ah tersebut, Yayasan Bina Masyarakat secara bersamaan juga meluncurkan program penyediaan buku fatwa tersebut bagi ormas, masjid, maupun lembaga dakwah Islam lainnya. Untuk informasi dan keterangan lengkap program tersebut, bisa menghubungi nomor 081 332 675 653 (Abu Hasan), atau via email di alamat info@binamasyarakat.com.

sumber : http://www.binamasyarakat.com/?p=1567

http://www.gensyiah.com/selamat-diterbitkannya-buku-fatwa-mui-jatim-kesesatan-syiah.html
 —

Syiah sesat


Adakah syi'ah indonesia , malaysia berani melakukan ritual seperti ini sebagaimana yang mereka lakukan di iran?
Orang syi'ah berdoa kepada selain Allah


#Doa pada selain Allah adalah Syirik Akbar


Alhamdulillah washalatu wassalamu 'ala rasulillah, amma ba'du

Berdoa kepada selain Allah subhanahu wata'ala adalah syirik akbar, yang mengeluarkan seseorang dari Islam, dan jika meninggal belum bertaubat maka akan kekal dineraka selamanya.

Allah berfirman, artinya
Dan barangsiapa berdoa pada ilah yang lain di samping Allah, padahal tidak ada suatu dalilpun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Rabbnya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung.
(QS. Al-mukminun : 117)

Allah berfirman, artinya
Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kalian berdoa seseorangpun di dalamnya di samping (berdoa) pada Allah.
(QS. al jin : 18)

Allah berfirman, artinya
"Dan janganlah kamu berdoa pada apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian), itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim."
(QS. yunus : 106)

Dan banyak lagi dalil dari ayat al-qur'an yang menunjukkan terlarangnya berdoa kepada selain Allah ta'ala, karena hal itu termasuk dari syirik akbar.

Washallahu 'ala nabiyina muhammad.

(Referensi, alqaulul mufid 'ala kitabittauhid, hal 369, Juz 1, darul atsar)
 — 

Orang-orang syi'ah mengotori Badan-badan mereka dengan mandi lumpur dari tanah karbala!
Ritual mandi lumpur syi'ah dari tanah karbala! 

Pokok-Pokok Kesesatan Syiah




Asal-usul Syiah

Syiah secara etimologi bahasa berarti pengikut, sekte dan golongan. Sedangkan dalam istilah Syara’, Syi’ah adalah suatu aliran yang timbul sejak pemerintahan Utsman bin Affan yang dikomandoi oleh Abdullah bin Saba’, seorang Yahudi dari Yaman. Setelah terbunuhnya Utsman bin Affan, lalu Abdullah bin Saba’ mengintrodusir ajarannya secara terang-terangan dan menggalang massa untuk memproklamirkan bahwa kepemimpinan (baca: imamah) sesudah Nabi saw sebenarnya ke tangan Ali bin Abi Thalib karena suatu nash (teks) Nabi saw. Namun, menurut Abdullah bin Saba’, Khalifah Abu Bakar, Umar, Utsman telah mengambil alih kedudukan tersebut.


Keyakinan itu berkembang sampai kepada menuhankan Ali bin Abi Thalib. Berhubung hal itu suatu kebohongan, maka diambil tindakan oleh Ali bin Abi Thalib, yaitu mereka dibakar, lalu sebagian mereka melarikan diri ke Madain.

Aliran Syi’ah pada abad pertama hijriyah belum merupakan aliran yang solid sebagai trend yang mempunyai berbagai macam keyakinan seperti yang berkembang pada abad ke-2 hijriyah dan abad-abad berikutnya.



Pokok-Pokok Penyimpangan Syiah pada Periode Pertama:

Keyakinan bahwa imam sesudah Rasulullah saw adalah Ali bin Abi Thalib, sesuai dengan sabda Nabi saw. Karena itu para Khalifah dituduh merampok kepemimpinan dari tangan Ali bin Abi Thalib ra.
Keyakinan bahwa imam mereka maksum (terjaga dari salah dan dosa)
Keyakinan bahwa Ali bin Abi Thalib dan para Imam yang telah wafat akan hidup kembali sebelum hari Kiamat untuk membalas dendam kepada lawan-lawannya, yaitu Abu Bakar, Umar, Utsman, Aisyah dll.
Keyakinan bahwa Ali bin Abi Thalib dan para Imam mengetahui rahasia ghaib, baik yang lalu maupun yang akan datang. Ini berarti sama dengan menuhankan Ali dan Imam.
Keyakinan tentang ketuhanan Ali bin Abi Thalib yang dideklarasikan oleh para pengikut Abdullah bin Saba’ dan akhirnya mereka dihukum bakar oleh Ali bin Abi Thalib karena keyakinan tersebut.
Keyakinan mengutamakan Ali bin Abi Thalib atas Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Padahal Ali sendiri mengambil tindakan hukum cambuk 80 kali terhadap orang yang meyakini kebohongan tersebut
Keyakinan mencaci maki para Sahabat atau sebagian Sahabat seperti Utsman bin Affan (lihat Dirasat fil Ahwaa’ wal Firaq wal Bida’ wa Mauqifus Salaf minhaa, Dr. Nashir bin Abdul Karim Al-Aql hal. 237)
Pada abad ke-2 hijriyah, perkembangan keyakinan Syi’ah semakin menjadi-jadi sebagai aliran yang mempunyai berbagai perangkat keyakinan baku dan terus berkembang sampai berdirinya dinasti Fathimiyyah di Mesir dan dinasti Sofawiyah di Iran. Terakhir aliran tersebut terangkat kembali dengan revolusi Khomaini dan dijadikan sebagai aliran resmi negara Iran sejak 1979.


Pokok-Pokok Penyimpangan Syi’ah Secara Umum:

1. Pada Rukun Iman:

Syiah hanya memiliki 5 rukun iman, tanpa menyebut keimanan kepada para Malaikat, Rasul dan Qadha dan Qadar- yaitu: 1. Tauhid (keesaan Allah), 2. Al-’Adl (keadilan Allah) 3. Nubuwwah (kenabian), 4. Imamah (kepemimpinan Imam), 5.Ma’ad (hari kebangkitan dan pembalasan). (Lihat ‘Aqa’idul Imamiyah oleh Muhammad Ridha Mudhoffar dll)



2. Pada Rukun Islam:

Syiah tidak mencantumkan Syahadatain dalam rukun Islam, yaitu: 1.Shalat, 2.Zakat, 3.Puasa, 4.Haji, 5.Wilayah (perwalian) (lihat Al-Khafie juz II hal 18)



3. Syi’ah meyakini bahwa Al-Qur’an sekarang ini telah dirubah, ditambahi atau dikurangi dari yang seharusnya, seperti: “wa inkuntum fii roibim mimma nazzalna ‘ala ‘abdina FII ‘ALIYYIN fa`tu bi shuratim mim mitslih (Al-Kafie, Kitabul Hujjah: I/417). Ada ta mbahan “fii ‘Aliyyin” dari teks asli Al-Qur’an yang berbunyi: “wa inkuntum fii roibim mimma nazzalna ‘ala ‘abdina fa`tu bi shuratim mim mits lih” (Al-Baqarah:23)

Karena itu mereka meyakini bahwa: Abu Abdillah a.s (imam Syiah) berkata: “Al-Qur’an yang dibawa oleh Jibril a.s kepada Nabi Muhammad saw adalah 17.000 ayat (Al-Kafi fil Ushul Juz II hal.634). Al-Qur’an mereka yang berjumlah 17.000 ayat itu disebut Mushaf Fatimah (lihat kitab Syi’ah Al-Kafi fil Ushul juz I hal 240-241 dan Fashlul Khithab karangan An-Nuri Ath-Thibrisy)

Syi’ah meyakini bahwa para Sahabat sepeninggal Nabi saw, mereka murtad, kecuali beberapa orang saja, seperti: Al-Miqdad bin Al-Aswad, Abu Dzar Al-Ghifary dan Salman Al-Farisy (Ar Raudhah minal Kafi juz VIII hal.245, Al-Ushul minal Kafi juz II hal 244)
Syi’ah menggunakan senjata “taqiyyah” yaitu berbohong, dengan cara menampakkan sesuatu yang berbeda dengan yang sebenarnya, untuk mengelabui (Al Kafi fil Ushul Juz II hal.217)
Syi’ah percaya kepada Ar-Raj’ah yaitu kembalinya roh-roh ke jasadnya masing-masing di dunia ini sebelum Qiamat dikala imam Ghaib mereka keluar dari persembunyiannya dan menghidupkan Ali dan anak-anaknya untuk balas dendam kepada lawan-lawannya.
Syi’ah percaya kepada Al-Bada’, yakni tampak bagi Allah dalam hal keimaman Ismail (yang telah dinobatkan keimamannya oleh ayahnya, Ja’far As-Shadiq, tetapi kemudian meninggal disaat ayahnya masih hidup) yang tadinya tidak tampak. Jadi bagi mereka, Allah boleh khilaf, tetapi Imam mereka tetap maksum (terjaga).
Syiah membolehkan “nikah mut’ah”, yaitu nikah kontrak dengan jangka waktu tertentu (lihat Tafsir Minhajus Shadiqin Juz II hal.493). Padahal hal itu telah diharamkan oleh Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Ali bin Abi Thalib sendiri.


Nikah Mut’ah

Nikah mut’ah ialah perkawinan antara seorang lelaki dan wanita dengan maskawin tertentu untuk jangka waktu terbatas yang berakhir dengan habisnya masa tersebut, dimana suami tidak berkewajiban memberikan nafkah, dan tempat tinggal kepada istri, serta tidak menimbulkan pewarisan antara keduanya.

Ada 6 perbedaan prinsip antara nikah mut’ah dan nikah sunni (syar’i):

Nikah mut’ah dibatasi oleh waktu, nikah sunni tidak dibatasi oleh waktu.
Nikah mut’ah berakhir dengan habisnya waktu yang ditentukan dalam akad atau fasakh, sedangkan nikah sunni berakhir dengan talaq atau meninggal dunia
Nikah mut’ah tidak berakibat saling mewarisi antara suami istri, nikah sunni menimbulkan pewarisan antara keduanya.
Nikah mut’ah tidak membatasi jumlah istri, nikah sunni dibatasi dengan jumlah istri hingga maksimal 4 orang.
Nikah mut’ah dapat dilaksanakan tanpa wali dan saksi, nikah sunni harus dilaksanakan dengan wali dan saksi.
Nikah mut’ah tidak mewajibkan suami memberikan nafkah kepada istri, nikah sunni mewajibkan suami memberikan nafkah kepada istri.


Dalil-Dali Haramnya Nikah Mut’ah

Haramnya nikah mut’ah berlandaskan dalil-dalil hadits Nabi saw juga pendapat para ulama dari 4 madzhab.

Dalil dari hadits Nabi saw yang diwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitabnya Shahih Muslim menyatakan bahwa dari Sabrah bin Ma’bad Al-Juhaini, ia berkata: “Kami bersama Rasulullah saw dalam suatu perjalanan haji. Pada suatu saat kami berjalan bersama saudara sepupu kami dan bertemu dengan seorang wanita. Jiwa muda kami mengagumi wanita tersebut, sementara dia mengagumi selimut (selendang) yang dipakai oleh saudaraku itu. Kemudian wanita tadi berkata: “Ada selimut seperti selimut”. Akhirnya aku menikahinya dan tidur bersamanya satu malam. Keesokan harinya aku pergi ke Masjidil Haram, dan tiba-tiba aku melihat Rasulullah saw sedang berpidato diantara pintu Ka’bah dan Hijr Ismail. Beliau bersabda, “Wahai sekalian manusia, aku pernah mengizinkan kepada kalian untuk melakukan nikah mut’ah. Maka sekarang siapa yang memiliki istri dengan cara nikah mut’ah, haruslah ia menceraikannya, dan segala sesuatu yang telah kalian berikan kepadanya, janganlah kalian ambil lagi. Karena Allah azza wa jalla telah mengharamkan nikah mut’ah sampai Hari Kiamat (Shahih Muslim II/1024)

Dalil hadits lainnya: Dari Ali bin Abi Thalib ra. ia berkata kepada Ibnu Abbas ra bahwa Nabi Muhammad saw melarang nikah mut’ah dan memakan daging keledai jinak pada waktu perang Khaibar (Fathul Bari IX/71)



Pendapat Para Ulama

Berdasarkan hadits-hadits tersebut diatas, para ulama berpendapat sebagai berikut:

Dari Madzhab Hanafi, Imam Syamsuddin Al-Sarkhasi (wafat 490 H) dalam kitabnya Al-Mabsuth (V/152) mengatakan: “Nikah mut’ah ini bathil menurut madzhab kami. Demikian pula Imam Ala Al Din Al-Kasani (wafat 587 H) dalam kitabnya Bada’i Al-Sana’i fi Tartib Al-Syara’i (II/272) mengatakan, “Tidak boleh nikah yang bersifat sementara, yaitu nikah mut’ah”
Dari Madzhab Maliki, Imam Ibnu Rusyd (wafat 595 H) dalam kitabnya Bidayatul Mujtahid wa Nihayah Al-Muqtashid (IV/325 s.d 334) mengatakan, “hadits-hadits yang mengharamkan nikah mut’ah mencapai peringkat mutawatir” Sementara itu Imam Malik bin Anas (wafat 179 H) dalam kitabnya Al-Mudawanah Al-Kubra (II/130) mengatakan, “Apabila seorang lelaki menikahi wanita dengan dibatasi waktu, maka nikahnya batil.”
Dari Madzhab Syafi’, Imam Syafi’i (wafat 204 H) dalam kitabnya Al-Umm (V/85) mengatakan, “Nikah mut’ah yang dilarang itu adalah semua nikah yang dibatasi dengan waktu, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, seperti ucapan seorang lelaki kepada seorang perempuan, aku nikahi kamu selama satu hari, sepuluh hari atau satu bulan.” Sementara itu Imam Nawawi (wafat 676 H) dalam kitabnya Al-Majmu’ (XVII/356) mengatakan, “Nikah mut’ah tidak diperbolehkan, karena pernikahan itu pada dasarnya adalah suatu aqad yang bersifat mutlaq, maka tidak sah apabila dibatasi dengan waktu.”
Dari Madzhab Hambali, Imam Ibnu Qudamah (wafat 620 H) dalam kitabnya Al-Mughni (X/46) mengatakan, “Nikah Mut’ah ini adalah nikah yang bathil.” Ibnu Qudamah juga menukil pendapat Imam Ahmad bin Hambal (wafat 242 H) yang menegaskan bahwa nikah mut’ah adalah haram.
Dan masih banyak lagi kesesatan dan penyimpangan Syi’ah. Kami ingatkan kepada kaum muslimin agar waspada terhadap ajakan para propagandis Syi’ah yang biasanya mereka berkedok dengan nama “Wajib mengikuti madzhab Ahlul Bait”, sementara pada hakikatnya Ahlul Bait berlepas diri dari mereka, itulah manipulasi mereka. Semoga Allah selalu membimbing kita ke jalan yang lurus berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah sesuai dengan pemahaman Salafus Shalih. Lebih lanjut bagi yang ingin tahu lebih banyak, silakan membaca buku kami “Mengapa Kita Menolah Syi’ah”.



Rujukan:

Dr. Nashir bin Abdul Karim Al-Aql, Dirasat fil ahwa wal firaq wal Bida’ wa Mauqifus Salaf minha
Drs. KH Dawam Anwar dkk, Mengapa Kita menolak Syi’ah
H. Hartono Ahmad Jaiz, Di bawah Bayang-bayang Soekarno-Soeharto
Abdullah bin Sa’id Al-Junaid, Perbandingan antara Sunnah dan Syi’ah.
Dan lain-lain, kitab-kitab karangan orang Syi’ah.


Sumber: Buletin LPPI.

Masjid Al-Ihsan Lt.III Proyek Pasar Rumput Jakarta