Thursday, January 10, 2013

Misteri Tembok Ya-juj dan Ma-juj




Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

قَالُوا يَا ذَا الْقَرْنَيْنِ إِنَّ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ مُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ فَهَلْ نَجْعَلُ لَكَ خَرْجًا عَلَى أَنْ تَجْعَلَ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ سَدًّا

"Mereka berkata; "Hai Dzulkarnain, sesungguhnya Ya-juj dan Ma-juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka?"." (QS. Al-Kahfi: 94)

حَتَّى إِذَا فُتِحَتْ يَأْجُوجُ وَمَأْجُوجُ وَهُمْ مِنْ كُلِّ حَدَبٍ يَنْسِلُونَ وَاقْتَرَبَ الْوَعْدُ الْحَقُّ فَإِذَا هِيَ شَاخِصَةٌ أَبْصَارُ الَّذِينَ كَفَرُوا يَا وَيْلَنَا قَدْ كُنَّا فِي غَفْلَةٍ مِنْ هَذَا بَلْ كُنَّا ظَالِمِينَ

"Hingga apabila dibukakan (tembok) Ya-juj dan Ma-juj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi. Dan telah dekatlah kedatangan janji yang benar (Hari berbangkit), maka tiba-tiba terbelalaklah mata orang-orang yang kafir. (Mereka berkata); “Aduhai celakalah kami, sesungguhnya kami adalah dalam kelalaian tentang ini, bahkan kami adalah orang-orang yang zhalim." (QS. Al-Anbiya: 96)

Ya-juj dan Ma-juj dalam Hadits Dari Zainab Binti Jahsh -isteri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, berkata: "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bangun dari tidurnya dengan wajah memerah, kemudian bersabda; “Tiada Tuhan selain Allah, celakalah bagi Arab dari kejahatan yang telah dekat pada hari kiamat, (yaitu) Telah dibukanya penutup Ya-juj dan Ma-juj seperti ini!" Beliau melingkarkan jari tangannya. (Dalam riwayat lain tangannya membentuk isyarat 70 atau 90), Aku bertanya; “Ya Rasulullah, apakah kita akan dihancurkan walaupun ada orang-orang shalih?” Beliau menjawab; “Ya, Jika banyak kejelekan.” (HR. Ahmad, Al-Bukhari dan Muslim)

Jenis dan Asal Usul Ya-juj dan Ma-juj

Berdasarkan pendapat yang paling kuat, Ya-juj dan Ma-juj merupakan isim ‘Ajam dan Laqab (julukan). Para ulama sepakat, bahwa Ya-juj dan Ma-juj termasuk spesies manusia. Hanya saja, para ulama berbeda dalam menentukan siapa nenek moyangnya. Ada yang menyebutkan dari sulbi Adam 'alaihis salam dan Hawa atau dari Adam saja. Ada pula yang menyebut dari sulbi Nabi Nuh 'alaihis salam dari keturunan Syis/At-Turk menurut hadits Ibnu Katsir. Sebagaimana dijelaskan dalam tarikh, Nabi Nuh mempunyai tiga anak, Sam, Ham, Syis/At-Turk. Ada lagi yang menyebut keturunan dari Yafuts bin Nuh.

Menurut Al-Maraghi, Ya-juj dan Ma-juj berasal dari satu ayah yaitu Turk. Ya-juj adalah At-Tatar (Tartar) dan Ma-juj adalah Al-Maghul (Mongol), namun keterangan ini tidak kuat. Mereka tinggal di Asia bagian Timur dan menguasai dari Tibet, China sampai Turkistan Barat dan Tamujin. Mereka dikenal sebagai Jengis Khan (berarti Raja Dunia) pada abad ke-7 H di Asia Tengah dan menaklukan Cina Timur. Ditaklukan oleh Quthbuddin Bin Armilan dari Raja Khuwarizmi yang diteruskan oleh anaknya Aqthay. “Batu” anak saudaranya menukar dengan negara Rusia tahun 723 H dan menghancurkan Babilon dan Hongaria. Kemudian digantikan Jaluk dan dijajah Romawi dengan menggantikan anak saudaranya Manju, diganti saudaranya Kilay yang menaklukan Cina.

Saudaranya Hulako menundukan negara Islam dan menjatuhkan Bagdad pada masa daulah Abasia ketika dipimpin Khalifah Al-Mu’tashim Billah pertengahan abad ke-7 H / 656 H.

Ya-juj dan Ma-juj adalah kaum yang banyak keturunannya. Menurut mitos, mereka tidak mati sebelum melihat seribu anak lelakinya membawa senjata. Mereka taat pada peraturan masyarakat, adab dan pemimpinnya. Ada yang menyebut mereka berperawakan sangat tinggi sampai beberapa meter dan ada yang sangat pendek sampai beberapa centimeter. Konon, telinga mereka panjang, tapi ini tidak berdasar.

Pada QS. Al-Kahfi:94, Ya-juj dan Ma-juj adalah kaum yang kasar dan biadab. Jika mereka melewati perkampungan, membabat semua yang menghalangi dan merusak atau bila perlu membunuh penduduk. Karenya, ketika Dzulkarnain datang, mereka minta dibuatkan benteng agar mereka tidak dapat menembus dan mengusik ketenangan penduduk.

Siapakah Dzulkarnain?

Menurut versi Barat, Dzulkarnain adalah Iskandar bin Philips Al-Maqduny Al-Yunany (orang Mecedonia, Yunani). Ia berkuasa selama 330 tahun. Membangun Iskandariah dan murid Aristoteles. Memerangi Persia dan menikahi puterinya. Mengadakan ekspansi ke India dan menaklukan Mesir.

Menurut Asy-Syaukany, pendapat di atas sulit diterima, karena hal ini mengisyaratkan ia seorang kafir dan filosof. Sedangkan Al-Quran menyebutkan; “Kami (Allah) mengokohkannya di bumi dan Kami memberikan kepadanya sebab segala sesuatu.” (QS. Al-Kahfi: 84)

Menurut sejarawan muslim Dzulkarnain adalah julukan Abu Karb Al-Himyari atau Abu Bakar Bin Ifraiqisy dari daulah Al-Jumairiyah (115 SM – 552 M.). Kerajaannya disebut At-Tababi’ah. Dijuluki Dzulkarnain (Pemilik dua tanduk), karena kekuasaannya yang sangat luas, mulai ujung tanduk matahari di Barat sampai Timur. Menurut Ibnu Abbas, ia adalah seorang raja yang shalih.

Dzulqarnain seorang pengembara dan ketika sampai di antara dua gunung antara Armenia dan Azzarbaijan, atas permintaan penduduk, Dzulkarnain membangun benteng. Para arkeolog menemukan benteng tersebut pada awal abad ke-15 M, di belakang Jeihun dalam ekspedisi Balkh dan disebut sebagai “Babul Hadid” (Pintu Besi) di dekat Tarmidz. Timurleng pernah melewatinya, juga Syah Rukh dan ilmuwan German Slade Verger. Arkeolog Spanyol Klapigeo pada tahun 1403 H. Pernah diutus oleh Raja Qisythalah di Andalus ke sana dan bertamu pada Timurleng. “Babul Hadid” adalah jalan penghubung antara Samarqindi dan India.

Benarkah Tembok Cina Adalah Tembok Zulkarnain?

Banyak orang menyangka itulah tembok yang dibuat oleh Zulkarnain dalam surat Al-Kahfi. Dan yang disebut Ya-juj dan Ma-juj adalah bangsa Mongol dari Utara yang merusak dan menghancurkan negeri-negeri yang mereka taklukkan. Mari kita cermati kelanjutan surat Al Kahfi ayat 95-98 tentang itu.
Zulkarnain memenuhi permintaan penduduk setempat untuk membuatkan tembok pembatas. Dia meminta bijih besi dicurahkan ke lembah antara dua bukit. Lalu minta api dinyalakan sampai besi mencair. Maka jadilah tembok logam yang licin tidak bisa dipanjat.

Ada tiga hal yang berbeda antara Tembok Cina dan Tembok Zulkarnain. Pertama, tembok Cina terbuat dari batu-batu besar yang disusun, bukan dari besi. Kedua, tembok itu dibangun bertahap selama ratusan tahun oleh raja-raja Dinasti Han, Ming, dan seterusnya, sambung-menyambung. Ketiga, dalam Al-Kahfi: 86, ketika bertemu dengan suatu kaum di Barat, Allah berfirman, “Wahai Zulkarnain, terserah padamu apakah akan engkau siksa kaum itu atau engkau berikan kebaikan pada mereka.” Artinya, Zulkarnain mendapat wahyu langsung dari Tuhan, sedangkan raja-raja Cina itu tidak. Maka jelaslah bahwa tembok Cina bukan yang dimaksud dalam surat Al Kahfi. Jadi di manakan tembok Zulkarnain?

Beberapa Penelitian Tembok Ya’juj

Abdullah Yusuf Ali dalam tafsir The Holy Qur’an menulis bahwa di distrik Hissar, Uzbekistan, 240 km di sebelah tenggara Bukhara, ada celah sempit di antara gunung-gunung batu. Letaknya di jalur utama antara Turkestan ke India dengan ordinat 38oN dan 67oE. Tempat itu kini bernama buzghol-khana dalam bahasa Turki, tetapi dulu nama Arabnya adalah bab al-hadid. Orang Persia menyebutnya dar-i-ahani. Orang Cina menamakannya tie-men-kuan. Semuanya bermakna pintu gerbang besi.

Hiouen Tsiang, seorang pengembara Cina pernah melewati pintu berlapis besi itu dalam perjalanannya ke India di abad ke-7. Tidak jauh dari sana ada danau yang dinamakan Iskandar Kul. Di tahun 842 Khalifah Bani Abbasiyah, al-Watsiq, mengutus sebuah tim ekspedisi ke gerbang besi tadi. Mereka masih mendapati gerbang di antara gunung selebar 137 meter dengan kolom besar di kiri kanan terbuat dari balok-balok besi yang dicor dengan cairan tembaga, tempat bergantung daun pintu raksasa. Persis seperti bunyi surat Al Kahfi. Pada Perang Dunia II, konon Winston Churchill, pemimpin Inggris, mengenali gerbang besi itu.



Letak Perkiraan Tembok Besi Berada

Apa pun tentang keberadaan dinding penutup tersebut, ia memang terbukti ada sampai sekarang di Azerbaijan dan Armenia. Tepatnya ada di pegunungan yang sangat tinggi dan sangat keras. Ia berdiri tegak seolah-olah diapit oleh dua buah tembok yang sangat tinggi. Tempat itu tercantum pada peta-peta Islam maupun Rusia, terletak di republik Georgia.

Al-Syarif al-Idrisi menegaskan hal itu melalui riwayat penelitian yang dilakukan Sallam, staf peneliti pada masa Khalifah al-Watsiq Billah (Abbasiah). Konon, Al-Watsiq pernah bermimpi tembok penghalang yang dibangun Iskandar Dzul Qarnain untuk memenjarakan Ya’juj-Ma’juj terbuka.
Mimpi itu mendorong Khalifah untuk mengetahui perihal tembok itu saat itu, juga lokasi pastinya. Al-Watsiq menginstruksikan kepada Sallam untuk mencari tahu tentang tembok itu. Saat itu Sallam ditemani 50 orang. Penelitian tersebut memakan biaya besar. Tersebut dalam Nuzhat al-Musytaq, buku geografi, karya al-Idrisi, Al-Watsiq mengeluarkan biaya 5000 dinar untuk penelitian ini.

Rombongan Sallam berangkat ke Armenia. Di situ ia menemui Ishaq bin Ismail, penguasa Armenia. Dari Armenia ia berangkat lagi ke arah utara ke daerah-daerah Rusia. Ia membawa surat dari Ishaq ke penguasa Sarir, lalu ke Raja Lan, lalu ke penguasa Faylan (nama-nama daerah ini tidak dikenal sekarang). Penguasa Faylan mengutus lima penunjuk jalan untuk membantu Sallam sampai ke pegunungan Ya’juj-Ma’juj.

27 hari Sallam mengarungi puing-puing daerah Basjarat. Ia kemudian tiba di sebuah daerah luas bertanah hitam berbau tidak enak. Selama 10 hari, Sallam melewati daerah yang menyesakkan itu. Ia kemudian tiba di wilayah berantakan, tak berpenghuni. Penunjuk jalan mengatakan kepada Sallam bahwa daerah itu adalah daerah yang dihancurkan oleh Ya’juj dan Ma’juj tempo dulu. Selama 6 hari, berjalan menuju daerah benteng. Daerah itu berpenghuni dan berada di balik gunung tempat Ya’juj-Ma’juj berada.

Sallam kemudian pergi menuju pegunungan Ya’juj-Ma-juj. Di situ ia melihat pegunungan yang terpisah lembah. Luas lembah sekitar 150 meter. Lembah ini ditutup tembok berpintu besi sekitar 50 meter.

Dalam Nuzhat al-Musytaq, gambaran Sallam tentang tembok dan pintu besi itu disebutkan dengan sangat detail (Anda yang ingin tahu bentuk detailnya, silakan baca: Muzhat al-Musytaq fi Ikhtiraq al-Afaq, karya al-Syarif al-Idrisi, hal. 934 -938).

Al-Idrisi juga menceritakan bahwa menurut cerita Sallam penduduk di sekitar pegunungan biasanya memukul kunci pintu besi 3 kali dalam sehari. Setelah itu mereka menempelkan telinganya ke pintu untuk mendengarkan reaksi dari dalam pintu. Ternyata, mereka mendengar gema teriakan dari dalam. Hal itu menunjukkan bahwa di dalam pintu betul-betul ada makhluk jenis manusia yang konon Ya-juj-Ma-juj itu.

Ya’juj-Ma’juj sendiri, menurut penuturan al-Syarif al-Idrisi dalam Nuzhat al-Musytaq, adalah dua suku keturunan Sam bin Nuh. Mereka sering mengganggu, menyerbu, dan membunuh suku-suku lain. Mereka pembuat onar dan sering menghancurkan suatu daerah. Masyarakat mengadukan kelakuan suku Ya’juj dan Ma’juj kepada Iskandar Dzul Qarnain, Raja Macedonia. Iskandar kemudian menggiring (mengusir) mereka ke sebuah pegunungan, lalu menutupnya dengan tembok dan pintu besi.

Menjelang Kiamat nanti, pintu itu akan jebol. Mereka keluar dan membuat onar dunia, sampai turunnya Nabi Isa al-Masih.

Dalam Nuzhat al-Musytaq, al-Syarif al-Idrisi juga menuturkan bahwa Sallam pernah bertanya kepada penduduk sekitar pegunungan, apakah ada yang pernah melihat Ya-juj-Ma-juj. Mereka mengaku pernah melihat gerombolan orang di atas tembok penutup. Lalu angin badai bertiup melemparkan mereka. Penduduk di situ melihat tubuh mereka sangat kecil. Setelah itu, Sallam pulang melalui Taraz (Kazakhtan), kemudian Samarkand (Uzbekistan), lalu kota Ray (Iran), dan kembali ke istana al-Watsiq di Surra Man Ra’a, Iraq. Ia kemudian menceritakan dengan detail hasil penelitiannya kepada Khalifah.

Kalau menurut penuturan Ibnu Bathuthah dalam kitab Rahlat Ibn Bathuthah, pegunungan Ya’juj-Ma’juj berada sekitar perjalanan 6 hari dari Cina. Penuturan ini tidak bertentangan dengan al-Syarif al-Idrisi. Soalnya di sebelah Barat Laut Cina adalah daerah-daerah Rusia.

Ditulis oleh: Damar Dwiyadi Pratama dari artikelmenarik.wordpress.com

(PurWD/voa-islam.com)

Referensi:

Az-Zuhaily, Tafsir Al-Munir.

Dr. Thaha Ad-Dasuqy, ‘Aqidatuna Wa Shilatuha Bil Kaun Wal Insan Wal Hayat, Darul Huda, Kairo, 1995.

Syekh Sya’ban ‘Abdulhadi Abu Rabah, Islamiyat, Haqaiq Fi Dzilli Tauhid Al-Ara Al-Islamiyah, Muassasah Al-’Arabiyah Al-Haditsiyah, Kairo, 1991.
 —

Dimanakah Tembok Besi Tempat Ya’juj Ma’juj Ditahan?



Apa pun tentang keberadaan dinding penutup tersebut, ia memang terbukti ada sampai sekarang di Azerbaijan dan Armenia. Tepatnya ada di pegunungan yang sangat tinggi dan sangat keras. Ia berdiri tegak seolah-olah diapit oleh dua buah tembok yang sangat tinggi. Tempat itu tercantum pada peta-peta Islam maupun Rusia, terletak di republik Georgia.

Al-Syarif al-Idrisi menegaskan hal itu melalui riwayat penelitian yang dilakukan Sallam, staf peneliti pada masa Khalifah al-Watsiq Billah (Abbasiah). Konon, Al-Watsiq pernah
bermimpi tembok penghalang yang dibangun Iskandar Dzul Qarnain untuk memenjarakan Ya’juj-Ma’juj terbuka. Mimpi itu mendorong Khalifah untuk mengetahui perihal tembok itu saat itu, juga lokasi pastinya. Al-Watsiq menginstruksikan kepada Sallam untuk mencari tahu tentang tembok itu. Saat itu Sallam ditemani 50 orang. Penelitian tersebut memakan biaya besar. Tersebut dalam Nuzhat al-Musytaq, buku geografi, karya al-Idrisi, Al-Watsiq mengeluarkan biaya 5000 dinar untuk penelitian ini.

Rombongan Sallam berangkat ke Armenia. Di situ ia menemui Ishaq bin Ismail, penguasa Armenia. Dari Armenia ia berangkat lagi ke arah utara ke daerah-daerah Rusia. Ia membawa surat dari Ishaq ke penguasa Sarir, lalu ke Raja Lan, lalu ke penguasa Faylan (nama-nama daerah ini tidak dikenal sekarang). Penguasa Faylan mengutus lima penunjuk jalan untuk membantu Sallam sampai ke pegunungan Ya’juj-Ma’juj.

27 hari Sallam mengarungi puing-puing daerah Basjarat. Ia kemudian tiba di sebuah daerah luas bertanah hitam berbau tidak enak. Selama 10 hari, Sallam melewati daerah yang menyesakkan itu. Ia kemudian tiba di wilayah berantakan, tak berpenghuni. Penunjuk jalan mengatakan kepada Sallam bahwa daerah itu adalah daerah yang dihancurkan oleh Ya’juj dan Ma’juj tempo dulu.
Selama 6 hari, berjalan menuju daerah benteng. Daerah itu berpenghuni dan berada di balik gunung tempat Ya’juj Ma’juj berada. Sallam kemudian pergi menuju pegunungan Ya’juj-Ma-juj. Di situ ia melihat pegunungan yang terpisah lembah. Luas lembah sekitar 150 meter. Lembah ini ditutup tembok berpintu besi sekitar 50 meter.

Dalam Nuzhat al-Musytaq, gambaran Sallam tentang tembok dan pintu besi itu disebutkan dengan sangat detail (Anda yang ingin tahu bentuk detailnya, silakan baca: Muzhat al-Musytaq fi Ikhtiraq al-Afaq, karya al-Syarif al-Idrisi, hal. 934 -938).
Al-Idrisi juga menceritakan bahwa menurut cerita Sallam penduduk di sekitar pegunungan biasanya memukul kunci pintu besi 3 kali dalam sehari. Setelah itu mereka menempelkan telinganya ke pintu untuk mendengarkan reaksi dari dalam pintu. Ternyata, mereka mendengar gema teriakan dari dalam. Hal itu menunjukkan bahwa di dalam pintu betul-betul ada makhluk jenis manusia yang konon Ya-juj-Ma-juj itu.

Ya’juj-Ma’juj sendiri, menurut penuturan al-Syarif al-Idrisi dalam Nuzhat al-Musytaq, adalah dua suku keturunan Sam bin Nuh. Mereka sering mengganggu, menyerbu, dan membunuh suku-suku lain. Mereka pembuat onar dan sering menghancurkan suatu daerah. Masyarakat mengadukan kelakuan suku Ya’juj dan Ma’juj kepada Iskandar Dzul Qarnain, Raja Macedonia.

Iskandar kemudian menggiring (mengusir) mereka ke sebuah pegunungan, lalu menutupnya dengan tembok dan pintu besi. Menjelang Kiamat nanti, pintu itu akan jebol. Mereka keluar dan membuat onar dunia, sampai turunnya Nabi Isa al-Masih.
Dalam Nuzhat al-Musytaq, al-Syarif al-Idrisi juga menuturkan bahwa Sallam pernah bertanya kepada penduduk sekitar pegunungan, apakah ada yang pernah melihat Ya-juj-Ma-juj. Mereka mengaku pernah melihat gerombolan orang di atas tembok penutup. Lalu angin badai bertiup melemparkan mereka. Penduduk di situ melihat tubuh mereka sangat kecil. Setelah itu, Sallam pulang melalui Taraz (Kazakhtan), kemudian SamarkanD (Uzbekistan), lalu kota Ray (Iran), dan kembali ke istana al-Watsiq di Surra Man Ra’a, Iraq. Ia kemudian menceritakan dengan detail hasil penelitiannya kepada Khalifah.

Kalau menurut penuturan Ibnu Bathuthah dalam kitab Rahlat Ibn Bathuthah, pegunungan Ya’juj-Ma’juj berada sekitar perjalanan 6 hari dari Cina. Penuturan ini tidak bertentangan dengan al-Syarif al-Idrisi. Soalnya di sebelah Barat Laut Cina adalah daerah-daerah Rusia.

Diposkan oleh ZILZAAL
 

Patung Sphinx, Bukti Arkeologis Bencana Zaman Nabi Nuh AS 13.000 tahun yang silam



Banyak Arkeologi bingung, mengapa Sphinx di Mesir menghadap ke arah barat daya (Southwest).
Padahal sudah kita pahami bersama, berdasarkan penelitian catatan-catatan mengenai Mesir kuno, melalui gambar-gambar yang terdapat pada piramid dan sphinx, diketahui bahwa penguasa yang membangun benda-benda itu, mendewakan Matahari.
Oleh karenanya, apabila kita imaginasikan wajah Sphinx menghadap ke arah ufuk timur, tempat terbitnya matahari, secara mengejutkan diperoleh fakta bahwa Mekkah ternyata berada di wilayah kutub utara.

Apa makna semua ini ?
Seorang cendikiawan muslim, ustadz Nazwar Syamsu menduga, pergeseran posisi menghadap pada Sphinx erat kaitannya dengan bencana maha dahsyat ribuan tahun yang silam, yang kita kenal sebagai bencana banjir Nuh
Hal ini juga didukung oleh informasi Al Qur’an, yang menceritakan posisi Bakkah (Mekkah), berada di wilayah Utara (QS. Nuh (71) ayat 14), sebelum peristiwa bencana Nuh (Sumber : Sains dan Dakwah).
Sphinx, adalah patung singa bermuka manusia yang juga merupakan obyek penting dalam penelitian ilmuwan, tingginya 20 meter, panjang keseluruhan 73 meter, dianggap didirikan oleh kerajaan Firaun ke-4 yaitu Khafre.
Namun, melalui bekas yang dimakan karat (erosi) pada permukaan badan Sphinx, ilmuwan memperkirakan bahwa masa pembuatannya mungkin lebih awal, paling tidak 10 ribu tahun silam sebelum Masehi.
Seorang sarjana John Washeth juga berpendapat: Bahwa Piramida raksasa dan tetangga dekatnya yaitu Sphinx, jika dibandingkan dengan bangunan masa kerajaan ke-4 lainnya, sama sekali berbeda, Sphinx diperkirakan dibangun di masa yang lebih purba.
Dalam bukunya “Ular Angkasa“, John Washeth mengemukakan: perkembangan budaya Mesir mungkin bukan berasal dari daerah aliran sungai Nil, melainkan berasal dari budaya yang lebih awal.
Ahli ilmu pasti Swalle Rubich dalam “Ilmu Pengetahuan Kudus” menunjukkan: pada tahun 11.000 SM, Mesir pasti telah mempunyai sebuah budaya yang hebat. Pada saat itu Sphinx telah ada, hal ini bisa terlihat, pada bagian badan Sphinx yang jelas sekali ada bekas erosi. Diperkirakan akibat dari banjir dahsyat di tahun 11.000 SM.


Perkiraan erosi lainnya pada Sphinx adalah air hujan dan angin.
Washeth mengesampingkan dari kemungkinan air hujan, sebab selama 9.000 tahun di masa lalu dataran tinggi Jazirah, air hujan selalu tidak mencukupi, dan harus melacak kembali hingga tahun 10.000 SM baru ada cuaca buruk yang demikian.
Washeth juga mengesampingkan kemungkinan tererosi oleh angin, karena bangunan batu kapur lainnya pada masa kerajaan ke-4 malah tidak mengalami erosi yang sama. Dan bisa terlihat, pada tulisan berbentuk gajah dan prasasti peninggalan kerajaan kuno, dimana tidak ada sepotong batu pun yang mengalami erosi, separah Sphinx.
Profesor Universitas Boston, dan ahli dari segi batuan erosi Robert S. juga setuju dengan pandangan Washeth sekaligus menujukkan: Bahwa erosi yang dialami Sphinx, ada beberapa bagian yang kedalamannya mencapai 2 meter lebih, dan jelas sekali merupakan bekas setelah mengalami tiupan dan terpaan angin yang hebat selama ribuan tahun.
Washeth dan Robert S. juga menunjukkan: Teknologi bangsa Mesir kuno tidak mungkin dapat mengukir skala yang sedemikian besar di atas sebuah batu raksasa, produk seni yang tekniknya rumit.
Jika diamati secara keseluruhan, kita bisa menyimpulkan secara logis, bahwa pada masa purbakala, di atas tanah Mesir, pernah ada sebuah budaya yang sangat maju, namun karena adanya pergeseran lempengan bumi, daratan batu tenggelam di lautan, dan budaya yang sangat purba pada waktu itu akhirnya disingkirkan, meninggalkan piramida dan Sphinx dengan menggunakan teknologi bangunan yang sempurna.
Dalam jangka waktu yang panjang di dasar lautan, piramida raksasa dan Sphinx mengalami rendaman air dan pengikisan dalam waktu yang panjang.
Temuan ahli arkeologi, berkenaan dengan Sphinx nampaknya sejalan dengan temuan Geologi, yang memperkirakan pada sekitar masa 11.000 SM, pernah terjadi banjir global yang melanda bumi.
Peristiwa banjir global inilah, yang menurut Ustadz H.M. Nur Abdurrahman, sebagai banjir di era Nabi Nuh. Yang sangat luar biasa, dan memusnahkan seluruh peradaban ketika itu, dan yang tersisa adalah mereka yang meyakini Syariat Allah, melalui utusanNya Nabi Nuh As.

SUMBER : http://kanzunqalam.wordpress.com/2010/11/12/patung-sphinx-bukti-arkeologis-bencana-nuh-13-000-tahun-yang-silam/
 —

Nama Sumatra telah dikenal Sejak Zaman Rasulullah


 
Benarkah pulau Sumatra telah dikenal oleh Rasulullah SAW semasa hidup, serta telah dilalui dan disinggahi para pedagang dan pelaut Arab di masa itu? Pernyataan ini diungkap Prof. Dr. Muhammad Syed Naquib al-Attas di buku terbarunya “Historical Fact and Fiction” yang di seminarkan November 2011 lalu.


Syed Muhammad al Naquib al Attas lahir di Bogor, 5 September 1931 adalah seorang cendekiawan dan filsuf muslim saat ini dari Malaysia. Ia menguasai teologi, filsafat, metafisika, sejarah, dan literatur. Ia juga menulis berbagai buku di bidang pemikiran dan peradaban Islam, khususnya tentang sufisme, kosmologi, filsafat, dan literatur Malaysia.

Kesimpulan Al-Attas ini berdasarkan inductive methode of reasoning. Metode ini, ungkap al-Attas, bisa digunakan para pengkaji sejarah ketika sumber-sumber sejarah yang tersedia dalam jumlah yang sedikit atau sulit ditemukan, lebih khusus lagi sumber-sumber sejarah Islam dan penyebaran Islam di Nusantara memang kurang.


Ada dua fakta yang al-Attas gunakan untuk sampai pada kesimpulan di atas.

Pertama, bukti sejarah Hikayat Raja-Raja Pasai yang di dalamnya terdapat sebuah hadits yang menyebutkan Rasulullah saw menyuruh para sahabat untuk berdakwah di suatu tempat bernama Samudra, yang akan terjadi tidak lama lagi di kemudian hari. Hikayat Raja-raja Pasai antara lain menyebutkan sebagai berikut:

“…Pada zaman Nabi Muhammad Rasul Allah salla’llahu ‘alaihi wassalama tatkala lagi hajat hadhrat yang maha mulia itu, maka sabda ia pada sahabat baginda di Mekkah, demikian sabda baginda Nabi: “Bahwa sepeninggalku ada sebuah negeri di atas angin samudera namanya. Apabila ada didengar khabar negeri itu maka kami suruh engkau (menyediakan) sebuah kapal membawa perkakas dan kamu bawa orang dalam negeri (itu) masuk Islam serta mengucapkan dua kalimah syahadat. Syahdan, (lagi) akan dijadikan Allah Subhanahu wa ta’ala dalam negeri itu terbanyak daripada segala Wali Allah jadi dalam negeri itu”....


Dasarnya tentu sangat kuat baik secara teologis maupun secara antropologis. Hamzah Fansuri, Nurruddin Ar-Raniry, Syamsuddin As-Sumatrani, Syech Abdurrauf As-singkili atau Syiah Kuala adalah beberapa diantara ulama besar di Aceh yang pernah ada di zaman keemasan kesultanan Pasai dan Aceh Darussalam. Bahkan, beberapa Wali Songo memiliki garis hubungan pendidikan atau lulusan (alumni) yang berguru di Samudera Pasai bahkan ada yang memiliki hubungan keturunan dengan Aceh penyebar Islam di Tanah Jawa.

Kedua, berupa terma “kāfūr” yang terdapat di dalam Al-Qur’an. Kata ini berasal dari kata dasar “kafara” yang berarti menutupi. Kata “kāfūr” juga merupakan nama yang digunakan bangsa Arab untuk menyebut sebuah produk alam yang dalam Bahasa Inggris disebut camphor, atau dalam Bahasa Melayu disebut dengan kapur barus.

Masyarakat Arab menyebutnya dengan nama tersebut karena bahan produk tersebut tertutup dan tersembunyi di dalam batang pohon kapur barus/pohon karas (cinnamomum camphora) dan juga karena “menutupi” bau jenazah sebelum dikubur. Produk kapur barus yang terbaik adalah dari Fansur (Barus) sebuah kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, yang terletak di pantai barat Sumatra.

Dengan demikian tidak diragukan wilayah Nusantara lebih khusus lagi Sumatra telah dikenal oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dari para pedagang dan pelaut yang kembali dengan membawa produk-produk dari wilayah tersebut (pasai) dan dari laporan tentang apa yang telah mereka lihat dan dengar tentang tempat-tempat yang telah mereka singgahi. Perlu di ketahui, bahwa asal-usul penamaan pulau "Sumatera" sendiri berasal dari kata "Samudera" Pasai.

Menurut berita-berita luar yang juga diceritakan dalam Hikayat Raja-raja Pasai kerajaan ini letaknya di kawasan Selat Melaka pada jalur hubungan laut yang ramai antara dunia Arab, India dan Cina. Disebutkan pula bahwa kerajaan ini pada abad ke XIII sudah terkenal sebagai pusat perdagangan di kawasan itu.

Kembali menurut Al-Attas, ia menyebutkan, ada empat faktor penyebab minimnya sumber dan kajian sejarah Islam dan sejarah penyebaran Islam di Nusantara.

Pertama, sumber dan karya ilmiah sejarah Islam yang ditulis dalam huruf Jawi/Pego (Arab latin) oleh masyarakat Nusantara tidak begitu terkenal di kalangan ilmuwan Barat karena tidak banyak dari mereka yang pandai membaca tulisan Jawi.

Kedua, banyak sumber sejarah yang hilang atau tidak diketahui keberadaannya pada zaman penjajahan.

Ketiga, biasanya sumber-sumber sejarah yang ditulis masyarakat Nusantara dianggap oleh orientalis sebagai artifak sastra, sebagai karya dongeng atau legenda, yang hanya bisa dipelajari dari sudut filologi atau linguistik, dan tidak bisa diterima sebagai sumber sejarah yang sempurna dan benar.

Keempat, karena minimnya sumber dan kajian sejarah Islam Nusantara membuat para ilmuwan Barat hanya menggunakan sumber, kajian dan tulisan dari luar Nusantara termasuk dari Barat. Mereka tidak memperhatikan atau mungkin tidak tahu adanya bahan-bahan dan informasi yang terdapat dalam berbagai sumber sejarah Islam termasuk sumber-sumber sejarah dari wilayah Nusantara.


Prof. Dr. Abdul Rahman Tang, dosen pasca sarjana di Departemen Sejarah dan Peradaban, Kulliyyah of Islamic Revealed Knowledge and Human Sciences di International Islamic University Malaysia, selaku pembanding menyatakan kajian sejarah Islam Nusantara yang dilakukan al-Attas dalam buku tersebut sebagian besar bersifat spekulatif.

Salah satu fakta spekulatif tersebut adalah hadits yang terdapat dalam Hikayat Raja Raja Pasai. Menurutnya, fakta-fakta tersebut bisa valid jika telah menjalani proses “verification of fact”. Namun Al-Attas tidak melakukan proses ini terhadap hadits yang disebutkan di dalam hikayat raja-raja pasai tersebut.

Muslim China warga Malaysia ini mempertanyakan tentang hadits ini dan mengkhwatirkan implikasinya terhadap pemikiran masyarakat Nusantara. Menurutnya, al-Attas melakukan inductive methode of reasoning secara tidak konstruktif. Sedang Dr. Syamsuddin Arif, dosen IIUM asal Jakarta, selaku pembicara kedua dalam acara bedah buku tersebut mengungkapkan kesimpulan al-Attas di atas logis dan sesuai dengan fakta.

Hal ini berdasarkan perjalanan pelaut dan pedagang Arab pada masa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam yang pergi ke China. Untuk mencapai negeri China melalui laut tak ada rute lain kecuali melalui dan singgah wilayah Nusantara.

Lebih lanjut Arif mengemukakan berbagai teori dan pendapat tentang kapan, dari mana, oleh siapa, dan untuk apa penyebaran Islam di Nusantara beserta bukti-bukti dan fakta-fakta yang digunakan untuk mendukung pendapat-pendapat tersebut. Arif juga menjelaskan ilmuwan siapa saja yang memegang dan yang menentang pendapat-pendapat tersebut.

Di akhir makalahnya, Arif mempertanyakan pendapat J.C. Van Leur yang pertama kali menyatakan bahwa penyebaran Islam di Nusantara dimotivasi oleh kepentingan ekonomi dan politik para pelakunya.

Van Leur dalam bukunya “Indonesian Trade and Society” berpendapat, sejalan dengan melemahnya kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di Sumatera dan khususnya di Jawa, para pedagang Muslim beserta muballigh lebih berkesempatan mendapatkan keuntungan dagang dan politik. Dia juga menyimpulan adanya hubungan saling menguntungkan antara para pedagang Muslim dan para penguasa lokal.

Pihak yang satu memberikan bantuan dan dukungan materiil, dan pihak kedua memberikan kebebasan dan perlindungan kepada pihak pertama. Menurutnya, dengan adanya konflik antara keluarga bangsawan dengan penguasa Majapahit serta ambisi sebagian dari mereka untuk berkuasa, maka islamisasi merupakan alat politik yang ampuh untuk merebut pengaruh hingga menghimpun kekuataan.

Menurut catatan M. Yunus Jamil, bahwa pejabat-pejabat Kerajaan Islam Samudera Pasai terdiri dari orang-orang alim dan bijaksana. Adapun nama-nama dan jabatan-jabatan mereka adalah sebagai berikut:

1. Seri Kaya Saiyid Ghiyasyuddin, sebagai Perdana Menteri.
2. Saiyid Ali bin Ali Al Makaarani, sebagai Syaikhul Islam.
3. Bawa Kayu Ali Hisamuddin Al Malabari, sebagai Menteri Luar Negeri.


Dari catatan-catatan, nama-nama dan lembaga-lembaga seperti tersebut di atas, Prof. A. Hasjmy berkesimpulan bahwa, sistem pemerintahan dalam Kerajaan Islam Samudera Pasai sudah teratur baik, dan berpola sama dengan sistem pemerintahan Daulah Abbasiyah di bawah Sultan Jalaluddin Daulah (416-435 H).

Nama Samudera dan Pasai sudah populer disebut-sebut baik oleh sumber-sumber Cina, Arab dan Barat maupun oleh sumber-sumber dalam negeri seperti Negara Kertagama (karya Mpu Prapanca, 1365) pada abad ke 13 dan ke-14 Masehi. Dan tentang asal usul nama kerajaan ini ada berbagai pendapat.

Menurut J.L. Moens, kata Pasai berasal dari istilah Parsi yang diucapkan menurut logat setempat sebagai Pa’Se. Dengan catatan bahwa sudah semenjak abad ke VII M, saudagar-saudagar bangsa Arab dan Parsi sudah datang berdagang dan berkediaman di daerah yang kemudian terkenal sebagai Kerajaan Islam Samudera Pasai .


Mohammad Said, salah seorang wartawan dan cendikiawan Indonesia pengarang buku ACEH SEPANJANG ABAD yang berkecimpung dengan penelitiannya tentang kerajaan ini dan kerajaan Aceh, dalam prasarannya yang berjudul “Mentjari Kepastian Tentang Daerah Mula dan Cara Masuknya Agama Islam ke Indonesia", berkesimpulan bahwa istilah PO SE yang populer digunakan pada pertengahan abad ke VIII M seperti terdapat dalam laporan-laporan Cina, adalah identik atau mirip sekali dengan Pase atau Pasai.

Pendapat ini adalah sesuai dengan apa yang telah dikemukakan oleh Prof. Gabriel Ferrand dalam karyanya (L’Empire, 1922, hal.52-162), dan pendapat Prof. Paul Wheatley dalam (The Golden Khersonese, 1961, hal.216), yang didasarkan pada keterangan para musafir Arab tentang Asia Tenggara. Kedua sarjana ini menyebutkan bahwa sudah sejak abad ke-7 Masehi, pelabuhan-pelabuhan yang terkenal di Asia Tenggara pada masa itu, telah ramai dikunjungi oleh para pedagang dan musafir-musafir Arab. Bahkan pada setiap kota-kota dagang itu telah terdapat fondachi-fondachi atau permukiman-permukiman dari pedagang-pedagang yang beragama Islam.

Read more: http://www.atjehcyber.net/2012/05/tahukah-anda-sumatra-telah-dikenal.html#ixzz1vNlIh2VT
 

Benarkah Nusantara Telah Dikenal di Jaman Nabi?



Shoutussalam.com Benarkan pulau Sumatra telah dikenal oleh Rasulullah saw semasa hidup, serta telah dilalui dan disinggahi para pedagang dan pelaut Arab di masa itu? Pernyataan ini diungkap Prof. Dr. Muhammad Syed Naquib al-Attas di buku terbarunya “Historical Fact and Fiction”.

Kesimpulan Al-Attas ini berdasarkan inductive methode of reasoning. Metode ini, ungkap al-Attas, bisa digunakan para pengkaji sejarah ketika sumber-sumber sejarah yang tersedia dalam jumlah yang sedikit atau sulit ditemukan, lebih khusus lagi sumber-sumber sejarah Islam dan penyebaran Islam di Nusantara memang kurang.

Ada dua fakta yang al-Attas gunakan untuk sampai pada kesimpulan di atas.




Pertama, bukti sejarah Hikayat Raja-Raja Pasai yang di dalamnya terdapat sebuah hadits yang menyebutkan Rasulullah saw menyuruh para sahabat untuk berdakwah di suatu tempat bernama Samudra, yang akan terjadi tidak lama lagi di kemudian hari.

Kedua, berupa terma “kāfūr” yang terdapat di dalam Al-Qur’an. Kata ini berasal dari kata dasar “kafara” yang berarti menutupi. Kata “kāfūr” juga merupakan nama yang digunakan bangsa Arab untuk menyebut sebuah produk alam yang dalam Bahasa Inggris disebut camphor, atau dalam Bahasa Melayu disebut dengan kapur barus.

Masyarakat Arab menyebutnya dengan nama tersebut karena bahan produk tersebut tertutup dan tersembunyi di dalam batang pohon kapur barus/pohon karas (cinnamomum camphora) dan juga karena “menutupi” bau jenazah sebelum dikubur. Produk kapur barus yang terbaik adalah dari Fansur (Barus) sebuah kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, yang terletak di pantai barat Sumatra.
Dengan demikian tidak diragukan wilayah Nusantara lebih khusus lagi Sumatra telah dikenal oleh Rasulullah saw dari para pedagang dan pelaut yang kembali dengan membawa produk-produk dari wilayah tersebut dan dari laporan tentang apa yang telah mereka lihat dan dengar tentang tempat-tempat yang telah mereka singgahi.

Dalam acara bedah buku “Historical Fact and Fiction” yang baru-baru ini (13/11) diselenggarakan oleh Islamic Studies Forum for Indonesia (ISFI) bekerja sama dengan Persatuan Pelajar Sulawesi Selatan (PPSS) di kampus International Islamic University Malaysia (IIUM), Prof. Dr. Tatiana Denisova, dosen di Departemen Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas Akademi Studi Islam di Universitas Malaya Kuala Lumpur Malaysia, mengungkapkan kesetujuannya dengan al-Attas dalam penggunaan inductive methode of reasoning dalam mengkaji sejarah.

Muslimah asal Rusia yang pandai berbahasa Melayu ini setuju dalam masalah ini berdasarkan pengalaman Denisova yang setiap hari menghadapi masalah kurangnya bahan-bahan dan kajian-kajian dalam bidang ilmu sejarah Islam di Nusantara, dan berdasarkan kenyataan konsep sejarah Islam yang tidak berasaskan pada konsep dan falsafah Islam.

Lebih lanjut, mantan staf domestik di KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia) di Rusia yang mendorong al-Attas menulis buku tersebut dan membantu al-Attas dalam menyediakan bahan-bahan tulisan untuk penulisan buku tersebut lebih lanjut menjelaskan menurutnya ada empat faktor penyebab minimnya sumber dan kajian sejarah Islam dan sejarah penyebaran Islam di Nusantara.

Pertama, sumber dan karya ilmiah sejarah Islam yang ditulis dalam huruf Jawi/Pego (Arab latin) oleh masyarakat Nusantara tidak begitu terkenal di kalangan ilmuwan Barat karena tidak banyak dari mereka yang pandai membaca tulisan Jawi.

Kedua, banyak sumber sejarah yang hilang atau tidak diketahui keberadaannya pada zaman penjajahan.

Ketiga, biasanya sumber-sumber sejarah yang ditulis masyarakat Nusantara dianggap oleh orientalis sebagai artifak sastra, sebagai karya dongeng atau legenda, yang hanya bisa dipelajari dari sudut filologi atau linguistik, dan tidak bisa diterima sebagai sumber sejarah yang sempurna dan benar.

Para orientalis hanya membicarakan dan menganalisa gaya bahasa dan genre, tetapi tidak memperhatikan informasi-informasi lain yang berkaitan dengan fakta sejarah berupa aktivitas ekonomi, undang-undang, aktivitas intelektual dan lain sebagainya.

Keempat, karena minimnya sumber dan kajian sejarah Islam Nusantara membuat para ilmuwan Barat hanya menggunakan sumber, kajian dan tulisan dari luar Nusantara termasuk dari Barat. Mereka tidak memperhatikan atau mungkin tidak tahu adanya bahan-bahan dan informasi yang terdapat dalam berbagai sumber sejarah Islam termasuk sumber-sumber sejarah dari wilayah Nusantara.

Dalam acara bedah buku yang dihadiri 120 orang mahasiswa dan mahasiswi IIUM yang berasal dari Indonesia, Malaysia, Singapura dan Brunei tersebut.

Prof. Dr. Abdul Rahman Tang, dosen pasca sarjana di Departemen Sejarah dan Peradaban, Kulliyyah of Islamic Revealed Knowledge and Human Sciences di International Islamic University Malaysia, selaku pembanding menyatakan kajian sejarah Islam Nusantara yang dilakukan al-Attas dalam buku tersebut sebagian besar bersifat spekulatif.

Salah satu fakta spekulatif tersebut adalah hadits yang terdapat dalam Hikayat Raja Raja Pasai. Menurutnya, fakta-fakta tersebut bisa valid jika telah menjalani proses “verification of fact”. Namun Al-Attas tidak melakukan proses ini terhadap hadits tersebut.

Muslim China warga Malaysia ini mempertanyakan status hadits ini dan mengkhwatirkan implikasinya terhadap pemikiran masyarakat Nusantara. Menurutnya, al-Attas melakukan inductive methode of reasoning secara tidak konstruktif.

Sedang Dr. Syamsuddin Arif, dosen IIUM asal Jakarta, selaku pembicara kedua dalam acara bedah buku tersebut mengungkapkan kesimpulan al-Attas di atas logis dan sesuai dengan fakta.

Hal ini berdasarkan perjalanan pelaut dan pedagang Arab pada masa Rasulullah saw yang pergi ke China. Untuk mencapai negeri China melalui laut tak ada rute lain kecuali melalui dan singgah wilayah Nusantara.

Lebih lanjut Arif mengemukakan berbagai teori dan pendapat tentang kapan, dari mana, oleh siapa, dan untuk apa penyebaran Islam di Nusantara beserta bukti-bukti dan fakta-fakta yang digunakan untuk mendukung pendapat-pendapat tersebut.
Arif juga menjelaskan ilmuwan siapa saja yang memegang dan yang menentang pendapat-pendapat tersebut.

Di akhir makalahnya, Arif mempertanyakan pendapat J.C. Van Leur yang pertama kali menyatakan bahwa penyebaran Islam di Nusantara dimotivasi oleh kepentingan ekonomi dan politik para pelakunya.



Van Leur dalam bukunya “Indonesian Trade and Society” berpendapat, sejalan dengan melemahnya kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di Sumatera dan khususnya di Jawa, para pedagang Muslim beserta muballigh lebih berkesempatan mendapatkan keuntungan dagang dan politik. Dia juga menyimpulan adanya hubungan saling menguntungkan antara para pedagang Muslim dan para penguasa lokal.

Pihak yang satu memberikan bantuan dan dukungan materiil, dan pihak kedua memberikan kebebasan dan perlindungan kepada pihak pertama. Menurutnya, dengan adanya konflik antara keluarga bangsawan dengan penguasa Majapahit serta ambisi sebagian dari mereka untuk berkuasa, maka islamisasi merupakan alat politik yang ampuh untuk merebut pengaruh dan menghimpun kekuataan.

“Namun, benarkah demikian? That’s a problem!”, ungkap Arif.

Suasana debat akademis di antara pembicara yang “pro dan kontra” terhadap karya al-Attas dalam acara bedah buku tersebut cukup memanas tetapi tetap mengedepankan akhlaqul karimah dan mengedepankan rasio dibanding emosi.

Begitulah semestinya debat ilmiah para ilmuwan Muslim.*/Abdullah al-Mustofa, penulis peneliti ISFI (Islamic Studies Forum for Indonesia) Kuala Lumpur, Malaysia

(last/insistnet)
 

Peneliti Akui Ada Titik God Spot di Otak Manusia


Hidayatullah.com--Para ahli meyakini ada satu titik di otak kita yang sangat berhubungan dengan spiritual atau biasa dikenal dengan God Spot yang membuat seseorang mempunyai pengalaman rohani, namun ternyata setelah dilakukan penelitian lebih lanjut, Jurnal Internasional Psikologi Agama mengungkapkan God Spot tidak hanya terpusat pada satu daerah melainkan tersebar di sejumlah daerah.

"Kami telah menemukan dasar neuro-psikologis untuk spiritual, dan ternyata tidak terisolasi pada satu daerah tertentu di otak. Spiritual adalah konsep yang jauh lebih dinamis sehingga menggunakan banyak bagian dari otak serta memainkan peranan yang lebih signifikan. Tetapi mereka semua bekerjasama untuk memfasilitasi pengalamanan spiritual seseorang," jelas Brick Johnstone, profesor psikologi kesehatan di University of Missouri Sekolah Profesi Kesehatan, dikutip lamanwww.huffingtonpost.com, Sabtu (20/04/2012).

Studi ini menemukan bahwa responden survei yang menghadiri gereja atau berpartisipasi dalam praktik keagamaan terukur dengan meningkatnya aktivitas di lobus frontal otak mereka, sehingga mereka dapat memutuskan apa yang baik dan tidak, serta memahami konsekuensi yang akan mereka terima di kemudian hari.

Diketahui bahwa sisi kanan lobus parestalis berhubungan dengan orientasi diri, sedangkan sisi kiri berhubungan dengan hubungan individu dengan orang lain. Uniknya, ketika seseorang benar-benar memiliki kedekatan dengan Tuhan atau dalam kategori spiritual, maka lobus parestalis kanannya akan rusak sehingga dia akan lebih memikirkan orang lain dibandingkan memikirkan dirinya sendiri.

Juga ditemukan bahwa orang yang mengalami kerusakan pada lobus pariestalis kanan otak, bagian otak yang berhubungan dengan orientasi diri, mempunyai pengalaman rohani yang baik serta memiliki rasa kedekatan yang tinggi dengan kekuatan spiritual dan menyebabkan menurunnya fokus pada diri sendiri. Namun Johnstone menjelaskan, hal ini tidak dapat diartikan bahwa orang yang relegius mengalami kerusakan otak, sebaliknya hal ini selaras dengan apa yang disampaikan kitab suci bahwa seseorang tidak boleh fokus terhadap diri sendiri melainkan mendahulukan kepentingan orang lain.

Adanya beberapa bagian di otak yang merupakan God Spot membuktikan bahwa Tuhan merancang manusia dengan sedemikian rupa agar memiliki hubungan dengan pribadi-Nya. Namun seringkali manusia mengingkari kebutuhan tersebut dan menggantinya dengan hal-hal lain yang justru menyebabkan kekosongan dalam diri mereka.

Sebelum ini, penelitian serupa pernah dilakukan Neurolog Michael Persinger di awal tahun 1990-an, juga Ramachandran, Neurolog Amerika berkebangsaan India, bersama timnya di Universitas California (UCLA). Menurut mereka, God Spot ada dalam otak manusia yang terpasang ini terletak di antara hubungan-hubungan syaraf dalam cuping-cuping temporal otak.

Debat tentang God Spot bukan saja dengan kalangan ilmuwan neurologi tetapi juga kelompok gereja yang pada dasarnya menentang teologi New Age Movement. Bagi teologi Kristen, Tuhan adalah personal berada di luar diri manusia.

Sementara dalam Islam tidak pernah dijelaskan soal titik God Spot. Hanya jika ada yang bertanya di mana Allah, masalah ini telah dijawab Allah SWT dalam al-Quran. Yang mengatakan, "Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. …" – (QS.al-Baqarah [2]:186).

Dalam surat lain, Allah mengatakan, "Dan sesungguhnya, Kami telah menciptakan manusia, dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih (dekat) kepadanya daripada urat lehernya," (QS: Qaf [50]:16).*

Rep: Panji Islam
Red: Cholis Akbar
 

Saat ini DUNIA sudah berada di 4 FASE Akhir Zaman...!!!


Dalam Al Quran Surat Al A’raf ayat 187 Allah Swt berfirman : 

“Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: "Bilakah terjadinya?" Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Rabbku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. kiamat itu amat berat (huru haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba". mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang bari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui"



- Dalam Hadits Riwayat Muslim dan Ibnu Majah, ditegaskan bahwa Malaikat Jibril-pun tidak mengetahuinya dengan mengatakan: “Yang ditanya tentang kiamat tidak lebih tahu daripada yang bertanya”.

- Hanya secara umum ada penjelasan Rasululloh Saw bahwa waktu terjadinya hari kiamat memang sangat dekat. Hal ini sebagaimana diriwayatkan oleh Sahal bin Saad ra, ia berkata: Aku mendengar Nabi Saw bersabda sambil memberikan isyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah: ‘Waktu aku diutus (menjadi rasul) dan waktu hari kiamat adalah seperti ini (mengisyaratkan dekatnya waktu kiamat)’.

Dengan kasih-sayang Alloh Swt pada umat Islam di akhir zaman, Alloh Swt melalui lisan Rasululloh Saw telah memberitahukan bahwa menjelang terjadinya hari kiamat akan terjadi beberapa peristiwa yang merupakan tanda yang akan menyertainya:

- Tanda kiamat pertama adalah diutusnya Nabi Muhammad Saw ;
Sebagaimana yang disebutkan dalam Al Quran dan berbagai hadits, menjelang datangnya akhir zaman, dunia akan dipenuhi dengan berbagai peristiwa yang bersifat fitnah. Fitnah dalam pengertian munculnya berbagai cobaan dan ujian. Alloh Swt memperingatkan kita dalam Al Quran dengan :
“Dan peliharalah dirimu dari siksaan (fitnah) yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. dan ketahuilah bahwa Alloh amat keras siksaan-Nya”. (QS. Al Anfal (8): 25).

Sedangkan dalam Hadits banyak disebutkan beraneka jenis fitnah yang akan terjadi. Diantara fitnah-fitnah tersebut adalah:

- "Bersegeralah kalian melakukan amal shalih sebelum datangnya fitnah, dimana fitnah itu seperti potongan-potongan malam yang gelap gulita. Pagi-pagi seorang masih beriman, tetapi di sore hari telah menjadi kafir dan sore hari seseorang masih beriman, kemudian di pagi harinya sudah menjadi kafir" (HR. Muslim: Kitabul Iman no. 269)

- “Tidak akan tiba hari kiamat hingga banyak terjadi gempa bumi" (Shahih Al-Bukhari, Kitab Al-Fitan (XIII/81-82, Al-Fath))

- “Sebagian umatku yang dirahmati, mereka tidak dihisab dan tidak disiksa sama sekali di akhirat, siksa yang pernah dialaminya adalah pembunuhan, gempa dan fitnah-fitnah” (HR. Hakim);

Para Ahli Hadist seantero Timur Tengah pun telah SEPAKAT bahwa saat ini DUNIA sudah MEMASUKI FASE ke 4 Akhir ZAMAN

Kiamat -->
1. Fase 1 Akhir Zaman akan Berlangsung Selama 40 tahun
Pada fase ini Al-Qur'an telah di Cabut dari Hati Para Umat Muslim di Dunia, pada fase ini pun Manusia akan benar-benar Rusak Akhlak dan Moral-Nya. Jadi Pada Fase ini, orang Muslim tetap bisa membaca Al-Qur'an tetapi tidak Meng-Amalkan Ajarannya, Al-Qur'an hanya akan Menjadi Pajangan.

2. Fase 2 Akhir Zaman akan Berlangsung selama 40 Tahun
Pada Fase ini dunia akan di Pimpin oleh seorang pemimpin yang Benar-benar adil dan Bijaksana, dalam banyak Hadist di sebutkan pemimpin itu ialah Nabi ISA. '' Isa akan Menjadi pemimpin kalian Manusia selama 40 Tahun sebelum di cabutnya Al-Qur'an dari Hati Manusia (Hadist Riwayat Muslim)''

3. Fase 3 Akhir Zaman akan Berlangsung Selama 20 Tahun
Pada Fase ini akan Datang Ujian Paling Berat Anak - Cucu ADAM, yakni Ujian dari DAJJAL. Dajjal telah menyelesaikan 1 hari yang sama dengan 1 tahun. ( ketika Inggris sbg kerajaan yang menguasai dunia selama 1000 tahun, dari 900 M-1900M) dgn perhitungan 1 hari di akhirat sama dgn 1000 tahun di dunia.

Al-Quran surah alhajj ayat 47 : “sesungguhnya 1 hari di sisi Tuhanmu sama dgn 1000 tahun yang kamu hitung di dunia”.

Lalu dajjal jg telah menyelesaikan 1 hri yang sama dgn 1 bulan. (ketika Amerika menguasai dunia selama 83 tahun,dari tahun 1917-th 2000). dgn perhitungan kalo 1hari=1000 tahun maka 1000:12 bulan = 83 tahun ). Dan kini Dajjal telah memasuki 1 hari yang sama dgn 1 minggu. maka 1000:52 minggu = 20 tahun.

Di tahap yang ketiga (1 hari = 1 minggu ) Dajjal telah berkuasa selama 11 tahun, dari tahun 2000-2011 (Amerika dan Israel saat ini menguasai dunia).

Tersisa 9 tahun. Pada tahap yang keempat, hari keempat hingga hari ke40 adalah seperti hari-hari biasa, ini berarti bahwa Dajjal akan berada pada dimensi waktu yang sama dengan manusia, dengan demikian dajjal akan berwujud manusia, berambut keriting, bertubuh gagah (seperti yang digambarkan dalam semua hadits shahih).

Pada FASE ke 3 ini Imam Mahdi akan Allah SWT TAMPAKKAN Ke Dunia, Pada saat Imam Mahdi Allah Tunjukan ke Dunia, Umat Muslim se-Antero Bumi pun Tidak Langsung Mempercayai bahwa itu Imam Mahdi, sampai Allah tunjukkan bahwa dia itu memang Imam Mahdi yang Selalu di Sebut-sebut dalam Hadist.

Imam Mahdi akan di Bai'at di Depan Ka'bah saat Ibadah Haji (Idul Adha) di Tahun dia di Tampakkan ke Dunia. Di Mana Malam Sebelum Umat Muslim Merayakan Idul Adha akan ada sesuatu yang berbeda di Dunia ini. (Para ahli hadist pun Tidak Mengetahui apa yang di Maksud " Sesuatu yang Berbeda itu ", Hanya Manusia beriman yang Hidup saat itu lah yang bisa Merasakannya )

Setelah Tewasnya DAJJAL di Tangan Nabi Isa, Imam Mahdi akan Menjadi Pemimpin Makhluk di Muka Bumi selama 9 Tahun, di mana Bumi saat itu di Liputi Suka Cita dan Bahagia.

Pada Tahun ke 10 Imam mahdi Allah SWT Wafat-Kan, di Mana nanti kepemimpinan akan beralih ke nabi Isa Selama 40 tahun

4. Fase 4 Akhir Zaman yang Saat ini sedang Berlangsung
Pada Fase ini Dunia akan Berbalik, berbalik yang di maksudkan ialah Orang-orang yang Jujur akan di tinggalkan dan orang-orang yang Tidak Bisa memegang AMANAH akan di percaya. Pada Fase ini Pula akan Muncul 30 DAJJAL PENDUSTA di Seluruh Penjuru Bumi. (Sebagai Contoh : Sai BABA di India salah satu dari 30 DAJJAL Pendusta, di mana Sai BABA Mempunyai Kekuatan menghidupkan orang mati, menyembuhkan orang sakit hanya dengan di usap )

Manuskrip : Nubuwwah Terjadinya Perang Dunia, Runtuhnya Saddam, Imam Mahdi dan Hancurnya Yahudi dan Dajjal


Ada sebuah manuskrip langka dari Abad ke 2 H yang ditulis oleh salah seorang Tabi’at – Tabi’in yang berasal dari Syam. Manuskrip ini tersimpan di perpustakaan Turki di Istanbul dan ditulis ulang oleh beberapa peneliti.Manuskrip ini berjudul “Salam wa Harb fi Akhir Zaman ar Rabb“.

Dalam sebagian manuskrip tersebut termuat nubuwwah tentang terjadinya Perang Dunia I, Perang Dunia II, kejatuhan Saddam Hussein, serta kejadian sesudahnya, yaitu munculnya Imam Mahdi, Terjadinya Armageddon serta hancurnya Yahudi.

Kutipan sesuai terjemahan aslinya sebagai berikut :

“Perang akhir zaman adalah Perang Dunia, yakni kali ketiga sesudah dua perang besar sebelumnya. Banyak sekali yang mati di dalamnya. Perang dikobarkan oleh seorang laki-laki yang merupakan kucing besar di negeri gelas dan mahkota di kepala. [1] Sementara Perang Kedua dikobarkan oleh seorang laki-laki yang nama panggilannya adalah Tuan Besar dan seluruh dunia memanggilnya Hitler”. [2]

Kalimat di atas adalah bagian dari riwayat yang disampaikan oleh Abu Hurairah, Ibn Abbas, dan Ali Bin Abi Thalib. Kemudian dalam sebuah riwayat yang tidak berani disampaikannya semasa hidupnya, Abu Hurairah – ketika hampir tiba saat kematiannya – berkata kepada orang-orang di sekitarnya : “Riwayat itu berkaitan dengan berita yang kuketahui tentang keadaan perang akhir zaman”. Mereka berkata : “Sampaikanlah kepada kami. Tidak apa-apa, dan semoga Allah memberimu balasan dengan kebaikan”.

Maka Abu Hurairah pun berkata : “Dalam rangkaian (hitungan) Hijrah sesudah seribu tiga ratus (tahun), dan mereka mengikat perjanjian yang disitu Raja Roma melihat bahwa perang semesta dunia pasti terjadi. Allah menghendaki terjadinya perang. Dan waktu tidak berjalan tanpa perjanjian dan perjanjian. Lalu berkuasalah seorang laki-laki dari negeri yang bernama JIRMAN, bernama Al-HIRR. Ia ingin menguasai seluruh dunia. Memerangi semua bangsa di negeri-negeri salju dan kebaikan. Ia bergerak dengan murka Allah sesudah beberapa tahun api (menyala). Ia ingin membunuh rahasia Ar-RUSY atau Ar –RUS. [3]

Dalam rangkaian Hijrah sesudah seribu tiga ratus (tahun), terhitung lima atau enam, Mesir diperintah oleh seorang laki-laki yang dipanggil dengan “NASHIR“ yang disebut bangsa Arab sebagai “Sang Pemberani dari Mesir“. Allah membuatnya hina dalam perang dan perang, dan ia tidak memperoleh kemenangan. Kemudian Allah menghendaki Mesir memperoleh kemenangan di bulan-bulan yang mereka cintai, dan itu adalah untuk-Nya. Mesir diterima sebagai pemelihara al Bait dan Arab, dengan seorang laki-laki bersama SADA, ayahnya ANWAR. Akan tetapi ia berdamai dengan pencuri Masjid Al Aqsa di negeri Al-Hazin. Di Irak muncul seorang lai-laki yang bertindak sewenang-wenang…… dan……. [4] Sufyani.

Di salah satu matanya terdapat tanda sedikit kemalasan. Namanya Ash-SHADDAM, yakni penghancur orang-orang yang bersekutu untuk menentangnya di Kuwait kecil yang dimasukinya. Ia adalah MAHDUN. Tidak ada kebaikan bagi SUFYANi kecuali dengan Islam. Ia baik dan buruk, dan kecelakaan bagi pengkhianat Al-MAHDI yang terpercaya.

Dalam rangkaian Hijrah seribu empat ratus (tahun) dan hitungan dua atau tiga……. [5] Al-MAHDI Al AMIN keluar dan memerangi seluruh dunia dan menghimpun orang-orang sesat dan dimurkai Tuhan, dan orang-orang yang terseret dalam kemunafikan di bumi Isra’ dan Mi’raj di tepi bukit MAJIDUN.

Dalam perang itu keluar seorang ratu dunia, pelaku makar dan pelacur. Namanya AMIRIKA. Ia menggoda dunia waktu itu dalam kesesatan dan kekafiran. Sementara itu Yahudi dunia saat itu berada di tempat yang paling tinggi. Mereka menguasai seluruh Al QUDS dan Al MADINAH Al MUQADDASAH (Kota yang disucikan).

Semua negeri datang dari laut dan udara, kecuali negeri salju yang menakutkan dan negeri panas yang menakutkan. Al MAHDI melihat bahwa seluruh dunia melakukan makar buruk kepada dirinya dan ia melihat bahwa makar Allah lebih hebat lagi. Ia melihat bahwa seluruh alam Tuhan berada dalam kekuasaannya. Akhir dari perang itu ada di tangannya, dan seluruh dunia merupakan pohon yang dimilikinya dari dahan hingga ranting-rantingnya.

Di tanah Isra’ dan Mi’raj terjadi perang dunia yang disitu Al Mahdi memberi peringatan kepada orang-orang kafir bila mereka tidak mau keluar. Maka orang-orang kafir dunia berkumpul untuk memerangi Al Mahdi dalam pasukan sangat besar yang belum pernah dilihat sebelumnya. Dalam kelompok kekuatan Yahudi Al KHAZAR dan Bani Israel masih terdapat pasukan lain yang tidak diketahui jumlahnya. Al Mahdi melihat bahwa siksa Allah sangat mengerikan dan bahwa janji Allah benar-benar telah dating dan tidak diakhirkan lagi. Kemudian Allah melempari mereka dengan lemparan yang dahsyat. Bumi, lautan dan langit terbakar, untuk mereka, dan langit menurunkan hujan yang sangat buruk. Seluruh penduduk bumi mengutuk orang kafir dunia, dan Allah mengizinkan lenyapnya seluruh orang kafir di Perang DAJJAL, dan perangnya terjadi di negeri Syam dan kejahatan………”.

Wallahu ‘alam.

Catatan Kaki :

[1] Dibagian ini banyak kalimat dihapus.

[2] Perhatikan mauskrip itu mengemukakan nama seperti yang sudah didengar pada masa Nabi SAW tanpa membubuhkan titik.

[3] Ada keraguan pada perawi (tentang nama Ar RUSY atau Ar RUS).

[4] Ditemukan dua atau tiga kalimat dihapus.

[5] Dan disini mengandung pengertian yang lain tapi terhapus manuskripnya.

Referensi : Terjemah Al-Mahdi al-Munthadhar ‘ala al abwab : Qahir al Masih ad Dajjal – Muhammad Isa Dawud.

Diposkan oleh Aceh Loen Sayang
 

Kronologi Pembantaian Kaum Muslimin Oleh Bala Tentara Thaghut laknatullah alaih 'ajmain pada Tragedi Tanjung Priok Berdarah 1984 oleh Saksi Mata Ust. Abdul Qadir Djaelani



Abdul Qadir Djaelani adalah salah seorang ulama yang dituduh oleh aparat keamanan sebagai salah seorang dalang peristiwa Tanjung Priok. Karenanya, ia ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara. Sebagai seorang ulama dan tokoh masyarakat Tanjung Priok, sedikit banyak ia mengetahui kronologi peristiwa Tanjung Priok. Berikut adalah petikan kesaksian Abdul Qadir Djaelani terhadap peristiwa Tanjung Priok 12 September 1984, yang tertulis dalam eksepsi pembelaannya berjudul “Musuh-musuh Islam Melakukan Ofensif terhadap Umat Islam Indonesia”.

Tanjung Priok, Sabtu, 8 September 1984
---
Dua orang petugas Koramil (Babinsa) tanpa membuka sepatu, memasuki Mushala as-Sa’adah di gang IV Koja, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Mereka menyiram pengumuman yang tertempel di tembok mushala dengan air got (comberan). Pengumuman tadi hanya berupa undangan pengajian remaja Islam (masjid) di Jalan Sindang. Tanjung Priok, Ahad, 9 September 1984 Peristiwa hari Sabtu (8 September 1984) di Mushala as-Sa’adah menjadi pembicaran masyarakat tanpa ada usaha dari pihak yang berwajib untuk menawarkan penyelesaan kepada jamaah kaum muslimin. Tanjung Priok, Senin, 10 September 1984 Beberapa anggota jamaah Mushala as-Sa’adah berpapasan dengan salah seorang petugas Koramil yang mengotori mushala mereka. Terjadilah pertengkaran mulut yang akhirnya dilerai oleh dua orang dari jamaah Masjid Baitul Makmur yang kebetulan lewat. Usul mereka supaya semua pihak minta penengahan ketua RW, diterima. Sementara usaha penegahan sedang.berlangsung, orang-orang yang tidak bertanggung jawab dan tidak ada urusannya dengan permasalahan itu, membakar sepeda motor petugas Koramil itu. Kodim, yang diminta bantuan oleh Koramil, mengirim sejumlah tentara dan segera melakukan penangkapan. Ikut tertangkap 4 orang jamaah, di antaranya termasuk Ketua Mushala as-Sa’adah.

Tanjung Priok, Selasa, 11 September 1984
----
Amir Biki menghubungi pihak-pihak yang berwajib untuk meminta pembebasan empat orang jamaah yang ditahan oleh Kodim, yang diyakininya tidak bersalah. Peran Amir Biki ini tidak perlu mengherankan, karena sebagai salah seorang pimpinan Posko 66, dialah orang yang dipercaya semua pihak yang bersangkutan untuk menjadi penengah jika ada masalah antara penguasa (militer) dan masyarakat. Usaha Amir Biki untuk meminta keadilan ternyata sia-sia.

Tanjung Priok, Rabu, 12 September 1984
----
Dalam suasana tantangan yang demikian, acara pengajian remaja Islam di Jalan Sindang Raya, yang sudah direncanakan jauh sebelum ada peristiwa Mushala as-Sa’adah, terus berlangsung juga. Penceramahnya tidak termasuk Amir Biki, yang memang bukan mubalig dan memang tidak pernah mau naik mimbar. Akan tetapi, dengan latar belakang rangkaian kejadian di hari-hari sebelumnya, jemaah pengajian mendesaknya untuk naik mimbar dan memberi petunjuk. Pada kesempatan pidato itu, Amir Biki berkata antara lain, “Mari kita buktikan solidaritas islamiyah.

Kita meminta teman kita yang ditahan di Kodim. Mereka tidak bersalah. Kita protes pekerjaan oknum-oknum ABRI yang tidak bertanggung jawab itu. Kita berhak membela kebenaran meskipun kita menanggung risiko. Kalau mereka tidak dibebaskan maka kita harus memprotesnya.” Selanjutnya, Amir Biki berkata, “Kita tidak boleh merusak apa pun! Kalau adayang merusak di tengah-tengah perjalanan, berarti itu bukan golongan kita (yang dimaksud bukan dan jamaah kita).” Pada waktu berangkat jamaah pengajian dibagi dua: sebagian menuju Polres dan sebagian menuju Kodim.

Setelah sampai di depan Polres, kira-kia 200 meter jaraknya, di situ sudah dihadang oleh pasukan ABRI berpakaian perang dalam posisi pagar betis dengan senjata otomatis di tangan. Sesampainya jamaah pengajian ke tempat itu, terdengar militer itu berteriak, “Mundur-mundur!” Teriakan “mundur-mundur” itu disambut oleh jamaah dengan pekik, “Allahu Akbar! Allahu Akbar!” Saat itu militer mundur dua langkah, lalu memuntahkan senjata-senjata otomatis dengan sasaran para jamaah pengajian yang berada di hadapan mereka, selama kurang lebih tiga puluh menit. Jamaah pengajian lalu bergelimpangan sambil menjerit histeris; beratus-ratus umat Islam jatuh menjadi syuhada. Malahan ada anggota militer yang berteriak, “Bangsat! Pelurunya habis. Anjing-anjing ini masih banyak!” Lebih sadis lagi, mereka yang belum mati ditendang-tendang dan kalau masih bergerak maka ditembak lagi sampai mati.

Tidak lama kemudian datanglah dua buah mobil truk besar beroda sepuluh buah dalam kecepatan tinggi yang penuh dengan pasukan. Dari atas mobil truk besar itu dimuntahkan peluru-peluru dan senjata-senjata otomatis ke sasaran para jamaah yang sedang bertiarap dan bersembunyi di pinggir-pinggir jalan. Lebih mengerikan lagi, truk besar tadi berjalan di atas jamaah pengajian yang sedang tiarap di jalan raya, melindas mereka yang sudah tertembak atau yang belum tertembak, tetapi belum sempat menyingkir dari jalan raya yang dilalui oleh mobil truk tersebut. Jeritan dan bunyi tulang yang patah dan remuk digilas mobil truk besar terdengarjelas oleh para jamaah umat Islam yang tiarap di got-got/selokan-selokan di sisi jalan.

Setelah itu, truk-truk besar itu berhenti dan turunlah militer-militer itu untuk mengambil mayat-mayat yang bergelimpangan itu dan melemparkannya ke dalam truk, bagaikan melempar karung goni saja. Dua buah mobil truk besar itu penuh oleh mayat-mayat atau orang-orang yang terkena tembakan yang tersusun bagaikan karung goni.

Sesudah mobil truk besar yang penuh dengan mayat jamaah pengajian itu pergi, tidak lama kemudian datanglah mobil-mobil ambulans dan mobil pemadam kebakaran yang bertugas menyiram dan membersihkan darah-darah di jalan raya and di sisinya, sampai bersih.

Sementara itu, rombongan jamaah pengajian yang menuju Kodim dipimpin langsung oleh Amir Biki. Kira-kirajarak 15 meter dari kantor Kodim, jamaah pengajian dihadang oleh militer untuk tidak meneruskan perjalanan, dan yang boleh meneruskan perjalanan hanya 3 orang pimpinan jamaah pengajian itu, di antaranya Amir Biki. Begitu jaraknya kira-kira 7 meter dari kantor Kodim, 3 orang pimpinan jamaah pengajian itu diberondong dengan peluru yang keluar dari senjata otomatis militer yang menghadangnya. Ketiga orang pimpinan jamaah itu jatuh tersungkur menggelepar-gelepar. Melihat kejadian itu, jamaah pengajian yang menunggu di belakang sambil duduk, menjadi panik dan mereka berdiri mau melarikan diri, tetapi disambut oleh tembakan peluru otomatis. Puluhan orang jamaah pengajian jatuh tersungkur menjadi syahid. Menurut ingatan saudara Yusron, di saat ia dan mayat-mayat itu dilemparkan ke dalam truk militer yang beroda 10 itu, kira-kira 30-40 mayat berada di dalamnya, yang lalu dibawa menuju Rumah Sakit Gatot Subroto (dahulu RSPAD).

Sesampainya di rumah sakit, mayat-mayat itu langsung dibawa ke kamar mayat, termasuk di dalamnya saudara Yusron. Dalam keadaan bertumpuk-tumpuk dengan mayat-mayat itu di kamar mayat, saudara Yusron berteriak-teriak minta tolong. Petugas rumah sakit datang dan mengangkat saudara Yusron untuk dipindahkan ke tempat lain.

Sebenarnya peristiwa pembantaian jamaah pengajian di Tanjung Priok tidak boleh terjadi apabila PanglimaABRI/Panglima Kopkamtib Jenderal LB Moerdani benar-benar mau berusaha untuk mencegahnya, apalagi pihak Kopkamtib yang selama ini sering sesumbar kepada media massa bahwa pihaknya mampu mendeteksi suatu kejadian sedini dan seawal mungkin. Ini karena pada tanggal 11 September 1984, sewaktu saya diperiksa oleh Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya, saya sempat berbincang-bincang dengan Kolonel Polisi Ritonga, Kepala Intel Kepolisian tersebut di mana ia menyatakan bahwa jamaah pengajian di Tanjung Priok menuntut pembebasan 4 orang rekannya yang ditahan, disebabkan membakar motor petugas. Bahkan, menurut petugas-petugas satgas Intel Jaya, di saat saya ditangkap tanggal 13 September 1984, menyatakan bahwa pada tanggal 12 September 1984, kira-kira pukul 10.00 pagi. Amir Biki sempat datang ke kantor Satgas Intel Jaya.

(Sumber: Buku Tanjung Priok Berdarah, Tanggungjawab Siapa: Kumpulan Fakta dan Data, Yogyakarta: Gema Insani Press via http://olgariki.multiply.com/).

Sumber : http://27victory.wordpress.com/2010/04/15/kronologi-tragedi-tanjung-priok-berdarah-1984-oleh-saksi-mata-ust-abdul-qadir-djaelani/

SEDERET KISAH PEMBANTAIAN KAUM MUSLIMIN INDONESIA OLEH TENTARA THAGHUT LAKNATULLAH


Di negeri dimana mereka menjadi mayoritas, umat Islam terus dizalimi. Apatah lagi di tempat mana mereka hanya merupakan bagian terkecil. Negeri ini memang belum bisa bersahabat dengan anaknya sendiri.

Kasus Poso yang kembali bergolak sejak deklarasi Malino tahun 2001 seakan menjadi pemantik bara kebencian yang sempat padam itu. Aparat keamanan bertindak represif kala menghadapi warga yang mempersiapkan diri menyambut Idul Fitri. Kota Poso yang sempat tenang beberapa tahun lamanya, sejak pertikaian berdarah yang menumpahkan darah ratusan umat Islam di tahun 1998, kembali memanas usai eksekusi mati Tibo cs.

Seperti malam itu, Ahad (22/10/2006) ketika beberapa warga berkumpul guna mempersiapkan tempat shalat I’ed di tanah lapang di Kelurahan Gebang Rejo, Kota Poso. Keramaian ini mengundang perhatian puluhan anggota Brimob. Mereka berdatangan mendekati warga.

Tiba-tiba terdengar suara tembakan ke udara. Warga pun mendatangi Pos Kepolisian Masyarakat (Polmas) Kelurahan Gebang Rejo. Tak dinyana, anggota polisi di pos tidak berbuat apa-apa kala aparat Brimob melepaskan tembakan.

Pos Polmas pun dilempari batu, namun anggota Brimob membalasnya dengan melepaskan tembakan. Bukan lagi ke udara, tapi ke arah warga. Dua orang seketika roboh bersimbah darah. Padahal warga tidak melakukan perlawanan. Korban yang tertembak segera dilarikan ke RSUD Poso.

Sayang, salah seorang korban bernama Udin (22) meninggal karena terkena tembakan di bagian leher dan dadanya. Sedangkan, korban satunya, Muhammad Rizki (29) berhasil diselamatkan walau terkena tembakan di bagian dada dan perutnya.

Keesokan harinya, ketika warga tengah mengantar jenazah Udin ke pemakaman, anggota Brimob kembali melepaskan tembakan karena diteriaki. Dua orang warga kembali tersungkur bersimbah darah. Sebegitu mudahnya aparat keamanan menembaki umat Islam, ada apa gerangan?

Kepala Bidang Humas Polda Sulawesi Tengah, AKBP M Kilat mengatakan, anggota Brimob hanya membela diri saat warga mulai bertindak anarkis dengan melakukan pelemparan.

Penembakan dan pembantaian terhadap umat Islam oleh aparat keamanan yang notabene alat negara bukan kali ini saja terjadi. Sepanjang sejarah perjalanan bangsa ini, kisah tragis yang dialami kaum Muslimin seolah tiada henti. Tengok saja peristiwa Tanjung Priok, Talangsari (Lampung) hingga tragedi Haur Koneng.

Dalam peristiwa Tanjung Priok pada tanggal 12 September 1984, ratusan umat Islam yang sedang berunjuk rasa menjadi korban kebrutalan aparat keamanan. Selain korban meninggal, korban luka yang masih hidup pun harus menderita seumur hidup karena cacat akibat tembakan membabibuta yang dilancarkan personil ABRI.

Hanya karena menolak Pancasila dijadikan azas tunggal, kaum Muslimin dibantai secara keji oleh rezim Soeharto yang tengah berkuasa pada waktu itu. Selain menjadi korban pembantaian, beberapa ulama juga dijebloskan ke balik jeruji besi lantaran dianggap ‘memprovokasi’ warga untuk menolak azas tunggal, “sesembahan” Orde Baru.

Hingga saat ini penyelesaian hukum kasus Priok ibarat menggantang asap. Sia-sia belaka. Meski telah terjadi beberapa kali persidangan, tetap saja mereka yang bertanggungjawab tidak pernah tersentuh hukum. Di tengah upaya penegakan hukum kasus Priok, beberapa tokoh puncak ABRI (kini TNI) mencoba mendekati korban maupun keluarga mereka guna melakukan ishlah (perdamaian). Dikabarkan, para korban tragedi Priok mendapatkan duit sebesar Rp 1 miliar sebagai kompensasi ishlah.

Lima tahun kemudian, pembantaian terhadap umat Islam terjadi lagi, tepatnya pada tanggal 7 Pebruari 1989, lokasinya di Dusun Talangsari III Bandar Lampung. Tragedi kemanusiaan yang merenggut 280 nyawa itu kemudian dikenal dengan pembantaian Talangsari. Peristiwa keji ini bermula dari kecurigaan Camat Way Jepara, Zulkifli akan adanya pengajian yang mencurigakan di Dukuh Cihideung, Talangsari. Sang Camat mengirim surat kepada Danramil Way Jepara, Kapten Soetiman.

Pada tanggal 7 Februari, sekitar pukul 05.30 pengajian Islam yang dipimpin Anwar Warsidi itu didatangi tiga pleton prajurit Korem 043 Garuda Hitam dibantu 50 personel Brimob. Tanpa ampun, aparat keamana dari ABRI/Polri itu pun melakukan pembantaian terhadap anggota jamaah. Warsidi sendiri tewas diterjang peluru. Gubuk-gubuk milik jamaah pengajian dibakar habis.

Aksi tak berprikemanusiaan aparat keamanan dilakukan karena Warsidi dan jamaahnya dianggap melakukan makar. Melawan Pancasila dan azas tunggal. Sama dengan kasus Tanjung Priok, hingga kini tragedi Talangsari juga belum menemukan titik terang tentang siapa yang harus bertanggung jawab atas melayangnya ratusan nyawa umat Islam itu.

Empat tahun kemudian, tepatnya 28 Juli 1993, seakan tak bosan, aparat keamanan (negara) kembali melakukan pembantaian secara keji terhadap umat Islam. Yang menjadi korban adalah warga Desa Sirnagalih, Kecamatan Lemah Abang, Majalengka, Jawa Barat. Tuduhan atas mereka sama saja; makar dan sesat. Padahal warga di sana hanya mengikuti pengajian Islam yang dipimpin oleh Abdul Manan, seorang pemuda yang dituding sesat oleh penguasa.

Memang, Manan dan jamaahnya hidup agak terpisah dengan warga sekitar. Mereka menerapkan falsafah “rampak seribu” alias hidup mandiri dengan membuat lingkungan sendiri untuk menerapkan ajaran Islam.

Di tengah persawahan yang jauh dari penduduk Manan mendirikan padepokan dan mushola sebagai sarana belajar mengaji. Yang dikaji antara lain, kitab safinatun najaa dan sullamut taufiq karangan Imam al-Bantani. Kedua kitab tersebut berisi tentang tatacara thaharah (bersuci), rukun shalat, puasa, zakat dan haji.

Hari Rabu, 28 Juli empat truk tentara dan satu truk Brimob yang didatangkan dari Cirebon membumihanguskan padepokan Manan. Sebanyak 5 orang penduduk tewas, 8 orang lainnya luka berat, termasuk anak-anak dan balita. Sang pemimpin jamaah, Abdul Manan, tewas seketika akibat terjangan peluru aparat.

Perlakuan represif ini bermula ketika salah seorang anggota Manan menolak dipanggil aparat setempat. Pemanggilan ini dilakukan untuk interogasi tentang segala kegiatan di padepokan tersebut. Tak ayal, baku hantam pun terjadi seketika yang berujung pada pembantaian. Peristiwa berdarah ini juga dikenal dengan sebutan “Haur Koneng”, karena konon jamaah Manan selalu membawa bambu kuning setiap bepergian.

Kini, ingatan kelam akan perlakuan aparat keamanan kembali menyeruak ketika Brimob dengan mudahnya memuntahkan peluru guna mengamankan unjuk rasa yang dilakukan umat Islam Poso. Tuduhan yang disematkan pun bukan hanya sekedar makar atau subversif, tapi terorisme.

Akankah tragedi berdarah di Tanjung Priok, Talangsari maupun Haur Koneng akan terulang kembali? Apalagi jika melihat semua kasus di atas yang selalu melibatkan aparat keamanan dari unsur Polri itu.

WASPADALAH...! WASPADALAH..!!


http://chairulakhmad.wordpress.com/2007/05/09/umat-islam-yang-terzalimi/

Tentara Rezim Kafir Murtad Suriah Kembali Tewaskan 4 Anak Kakak-Beradik, Astaghfirullah!


M Fachry untuk Al-Mustaqbal.net

DAMASKUS-Tentara rezim kafir murtad, pimpinan thoghut Bashar Assad, laknatullah alaihim, kembali melancarkan serangan secara membabi buta dan akhirnya menewaskan 4 anak kakak beradik di kota Homs, Astaghfirullah al adziem!

Seperti dilansir AFP, Rabu (09/01/2013), militer rezim kafir murtad Suriah membombardir Desa Jabab Hamad, Homs. Menurut Syrian Observatory for Human Rights, serangan di wilayah tersebut menewaskan empat orang anak yang berusia 7 tahun, 12 tahun, 14 tahun, dan 16 tahun. Keempatnya diketahui berasal dari satu keluarga.

Serangan juga dilancarkan militer rezim Syi’ah Nusairiyah Suriah di sejumlah wilayah di Provinsi Aleppo, seperti Menagh, Kwiyres, Nayrab yang dikuasai oleh tentara pemberontak (Baca : Mujahidin). Di Provinsi Idlib, tentara kafir murtad Suriah membombardir kota Maaret al-Numan yang merupakan wilayah strategis yang berniat direbut kembali oleh militer Suriah.

Menurut Observatory, serangan-serangan di wilayah pinggiran Damaskus tersebut gencar dilakukan oleh militer kafir murtad Suriah demi merebut kembali sejumlah wilayah yang kini dikuasai pemberontak, yakni para pejuang Revolusi dan Mujahidin.

Untuk hari Selasa (08/01/2013) kemarin, Observatory mencatat berbagai serangan di sejumlah wilayah Suriah menewaskan sedikitnya 58 orang. Hingga saat ini, PBB mencatat, krisis Suriah yang sudah berlangsung selama 21 bulan ini telah merenggut lebih dari 60 ribu nyawa.

Yang terbaru, Presiden thoghut Bashar Assad menyampaikan pidato pertamanya dalam beberapa bulan terakhir. Dalam pidatonya yang disiarkan langsung oleh televisi nasional Suriah pada Ahad, (06/01/2013) kemarin, Assad menawarkan ‘solusi’ yang menurutnya bisa mengakhiri konflik di Suriah. Solusi tersebut mencakup penyeruan penghentian kekerasan, dialog dengan kelompok oposisi yang bisa diterima, dan bersumpah untuk memberantas kelompok-kelompok yang disebutnya sebagai ‘teroris’ dan penyokong asing mereka.

Tentu saja tawaran beracun dari thoghut Bashar Assad tersebut ditolak oleh rakyat Suriah, dan para pejuang Revolusi Suriah, yakni para Mujahidin lokal maupun manca negara. Rakyat Suriah dan para Mujahidin semua kompak, satu visi dan satu misi, mereka hanya menginginkan thoghut Bashar Assad lengser, dan kemudian mereka menegakkan Khilafah Islam yang akan menerapkan Islam secara sempurna di bumi Syam yang diberkahi tersebut. Allahu Akbar!


Sumber : http://al-mustaqbal.net/news/muslim-affairs/tentara-rezim-kafir-murtad-suriah-kembali-tewaskan-4-anak-kakak-beradik-astaghfirullah/



========
Komentar mimin :

Ambilah pelajaran wahai muslim indonesia. Rakyat suriah memerangi Thaghut Suriah bassar assad dan tentara thaghut bassar assad membantai Puluhan ribu kaum muslimin. Dan Mujahidin suriah bertekat mengganti Thaghut Assad dengan Daulah Islam...! yg akan menerapkan Hukum berdasarkan Al QUran dan Sunnah di BUMI KEPUNYAAN ALLAH ini..! inilah KONSEKWENSI dari TEGAKNYA HUKUM ALLAH di BUMI KEPUNYAAN ALLAH ini. Maka dari itu jika kaum muslimin indonesia ingin tegak Hukum ALLAH di BUMI ALLAH yg bernama indonesia ini maka bersiap2lah berhadapan dengan TENTARA THAGHUT INDONESIA LAKNATULLAH ALAIH 'AJMAIN....!!!

Face Book Matikan Akun Aktivis Islam Serentak, Pesanan Siapa?


M Fachry untuk Al-Mustaqbal.net

JAKARTA-Maha Benar Allah Subhanahu Wa Ta'ala, yang menyatakan bahwa orang-orang kafir, yahudi dan nasrani tidak akan pernah rela dengan kita (Kaum Muslimin) hingga kita megikuti millah (ideologi) mereka. Face Book, media jejaring sosial buatan kafir, hari ini, Kamis (10/01/2013) secara serentak mematikan akun para aktivis Islam. Akun jurnalis Al-Mustaqbal.net hampir seluruhnya dimatikan, Astaghfirullah. Pesanan siapa?

Awalnya Ustadz Hasyim Abdullah, yang akunnya berkali-kali diblokir Face Book sms, bahwa sejak semalam, yakni pukul 01.00 akunnya kembali diblokir dan beliau meminta informasi tersebut disebarkan ke ikhwan-ikhwan lainnya.

Ternyata, tidak hanya beliau, akun beberapa Ustadz juga dimatikan secara mendadak, demikian lapor seseorang di FB yang akunnya masih belum sempat diblokir. Akun para jurnalis Al-Mustaqbal.net juga hampir seluruhnya dimatikan. Ada apa gerangan dengan Face Book? Apa ada pesanan khusus ?


Mengapa FB Mematikan Akun Seseorang?
==========================
Biasanya, apabila banyak pengguna FB yang melaporkan FB seseorang, maka FB orang tersebut akan ditutup sementara atas permintaan. Tapi anehnya, kejadian kali ini FB mematikan secara serentak FB para aktivis Islam yang konsisten menyuarakan penegakan syariat Islam dan Khilafah, dan bukan ditutup sementara.

Kalau hal ini yang terjadi, maka jelas ada pihak tertentu yang meminta kepada FB untuk menutup akun-akun tersebut yang jelas menurut pihak yang meminta telah mengganggu keberadaan mereka, yang (mungkin) tidak rela dan tidak senang dengan sosialisasi syariat Islam dan tuntutan penegakan Khilafah Islam. Wallahu’alam bis showab!

Untuk Al-Mustaqbal.net, situs Masa Depan Islam ini berkali-kali di-hack dan mendapatkan kejadian-kejadian yang janggal. Mulai dari serangan DDOS, sulit di akses, kelebihan pengunjung yang janggal, hingga email redaksi yang error.

Padahal sebagaimana disampaikan oleh IT Supoort Al-Mustaqbal.net tidak ada yang salah dan seluruh konfigurasi sudah benar. Dengan demikian, dugaan kuat sementara Al-Mustaqbal.net mendapatkan serangan “khusus” dari pihak-pihak yang gerah dengan pemberitaan dan informasi yang disampaikan Al-Mustaqbal.net kepada umat Islam. Situs Al-Mustaqbal.net diperangi oleh musuh-musuh Islam. Laa haula wa laa quwwata illa billah!

Mudah-mudahan kejadian ini adalah sebuah batu ujian yang membuat kaum Muslimin pada umumnya dan situs Al-Mustaqbal.net semakin istiqomah dan profesional berjuang untuk menegakkan syariat Islam dengan mendirikan negara Khilafah yang bermanhaj sebagaimana Nabi Salallahu alaihi wasallam. Insya Allah!



Sumber :http://al-mustaqbal.net/news/muslim-affairs/face-book-matikan-akun-aktivis-islam-serentak-pesanan-siapa/

Kelompok Mujahidin Afrika Barat Membentuk Empat ‘Batalyon,’ Baru



Elite Janisary untuk Al-Mustaqbal.net

Salah satu afiliasi Al-Qaeda yaitu Gerakan Tauhid dan Jihad di Afrika Barat (disebut juga MUJAO atau MUJWA) baru-baru ini mengumumkan pembentukan “brigade” baru dengan empat “batalyon” dalam rangka untuk melakukan operasi di bagian utara Mali. Tiga dari empat batalyon baru ini diberi nama dengan nama salah satu tokoh pemimpin tertinggi di Al Qaeda. Pengumuman berlangsung disaat mujahidin telah mengkonsolidasikan cengkeraman kekuatan mereka di Mali utara.

Gerakan Tauhid dan Jihad di Afrika Barat, atau MUJAO seperti yang biasa disebut, mengumumkan pembentukan brigade dan empat batalyon baru dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada forum jihad pada 4 Januari. Pernyataan, yang diperoleh dan diterjemahkan oleh SITE Intelligence Group, yang ditandatangani oleh “amir Dewan Syura Mujahidin di Imarah Islam Gao yaitu Abu al Walid al Sahrawi hafidzahullah.”

Al Sahrawi mengatakan bahwa brigade baru ini disebut Ansar al Sunnah dan bahwa ia memiliki empat batalyon: yang bernama Batalyon “Abdullah Azzam” (mentor Syaikh Usamah bin Ladin rahimahullah dan salah satu pendiri Al Qaeda yang syahid dalam pemboman pada tahun 1989), Batalyon “Al Zarqawi “(Mantan Amir Al-Qaeda Irak, yaitu Syaikh Abu Musab al Zarqawi rahimahullah, yang syahid dalam serangan udara pada tahun 2006), Batalyon ” Abu Laith al Libi al “(Ulama sekaligus pemimpin senior Al-Qaeda, yang syahid dalam serangan pesawat tak berawak pada tahun 2008), yang terakhir adalah Batalyon “Pencari Syahadah.”

Al Sahrawi mengatakan bahwa Brigade Ansar al Sunnah “terdiri dari anak-anak daerah (pribumi) , khususnya suku Songhai.”

Al Sahrawi juga bersumpah untuk menargetkan serangan kepada negara-negara tetangga yang mencoba untuk campur tangan di bagian utara Mali yang akan mengancam Imarah Islam Gao atau Az Zawad.

“Gerakan Tauhid dan Jihad di Afrika Barat berjanji untuk mengobarkan serangan di berbagai wilayah yang luas, menargetkan negara-negara rezim murtad yang berpartisipasi dalam mempersiapkan invasi terhadap Mali utara …,” katanya.

Amir MUJAO juga membahas isu pembelotan dilaporkan dari “Brigade Salahuddin,” yang dipimpin oleh Abu Ali al Ansari. Al Sahrawi mengklaim bahwa brigade ini tidak membelot dari MUJAO dan bergabung Ansar Dine, Sebaliknya, Al Sahrawi mengklaim bahwa pembelotan al Ansari adalah masalah pribadi.


Empat Batalyon Dinamai Pemimpin Senior Al Qaeda
=================================
MUJAO sekarang memiliki empat batalyon dinamai pemimpin senior al Qaeda. Selama pertempuran tahun lalu di Gao, MUJAO mengerahkan Batalyon “Usamah bin Ladin” untuk mengalahkan pasukan MNLA. Batalyon Usamah bin Ladin bekerja sama dengan lebih dari 300 mujahidin dari AQIM.

Al Sahrawi mengatakan bahwa MUJAO penyebab pembentukan brigade dan empat batalyon baru “sebagai akibat dari pengaruh memperluas kelompok dan kontrol atas beberapa daerah dan kota-kota bagian utara Mali, dan meningkatnya jumlah mujahidin di barisan kami.” Allahuakbar !


Latar Belakang MUJAO
==============
MUJAO dibentuk pada akhir 2011 sebagai sebuah cabang dari Al Qaeda di Maghreb Islam yang biasa disebut AQIM, dalam rangka berjihad fi sabilillah di Afrika Barat. MUJAO melakukan operasi bersama dengan AQIM di Mali utara

dan daerah lainnya. Pada saat pembentukannya, MUJAO menyatakan afinitas dengan al Qaeda dan pendirinya, Syaikh Usamah bin Ladin, dan Mullah Umar hafidzahullah, amir Taliban di Afghanistan dan Pakistan.

MUJAO adalah salah satu dari tiga kelompok besar yang terkait dengan Al-Qaeda yang turut berpartisipasi dalam jihad di bagian utara Mali. Bersama dengan AQIM, Ansar Dine, MUJAO menguasai bagian utara Mali setelah militer Mali menggulingkan pemerintah di selatan. MUJAO, AQIM, dan Ansar Dine awalanya bersekutu dengan Tuareg dari Gerakan untuk Pembebasan Azawad (MNLA) untuk mengambil kendali di Mali utara, MNLA berkhianat disebabkan perbedaan ideologi setelah diterapkan nya syariah, atau hukum Islam, di daerah-daerah di bawah kendali mujahidin.

MUJAO saat ini menguasai kota utara Gao dan daerah sekitarnya. Pada akhir November, MUJAO mengalahkan serangan MNLA untuk mendapatkan kembali kendali atas Gao.

AS mengakui ancaman MUJAO di awal Desember 2012, dan menambahkan kelompok tersebut ke dalam daftar Organisasi “Teroris Asing”. Pada saat yang sama, dua pemimpin tertinggi MUJAO, Hamad el Khairy hafidzahullah dan Ahmed el Tilemsi hafidzahullah ditambahkan ke dalam daftar “Teroris global”.


Sumber : http://al-mustaqbal.net/news/frontline/kelompok-mujahidin-afrika-barat-membentuk-empat-batalyon-baru/