Tuesday, January 12, 2016

Najib lawat Hadi Awang di IJN

SELASA, 12 JANUARI 2016 @ 2:24 PM

Oleh Haika Khazi mfaizul@bh.com.my


LAMAN Facebook Datuk Seri Najib Razak.


KUALA LUMPUR:  Datuk Seri Najib Razak, pagi ini, meluangkan masa untuk melawat Presiden PAS, Datuk Seri Hadi Awang dan bekas pegawai penerangannya, Datuk Nasir Safar yang kini dirawat di Institut Jantung Negara (IJN) selepas Perdana Menteri selesai melakukan pemeriksaan susulan tangannya di Hospital Kuala Lumpur (HKL).   "Saya ke HKL untuk pemeriksaan susulan tangan dan juga melawat mantan pegawai penerangan saya, Datuk Nasir Safar di Institut Jantung Negara. Mudah-mudahan beliau segera sembuh, insya-Allah.   "Saya dimaklumkan ketika berada di IJN bahawa Datuk Seri Hadi Awang juga sedang dirawat di situ dan turut menziarahi beliau. "Saya doakan semoga beliau dikurniakan sebaik-baik kesihatan oleh Allah SWT," katanya dalam kiriman terbaharu menerusi Facebook di sini, hari ini.

Selanjutnya di : http://www.bharian.com.my/node/113569

24 juta kanak-kanak tidak bersekolah akibat perang

SELASA, 12 JANUARI 2016 @ 1:30 PM


KIRA-KIRA 24 juta kanak-kanak dalam zon konflik terpaksa meninggalkan persekolahan dengan mereka di Afghanistan, Sudan dan Niger paling terjejas, lapor Tabung Pendidikan Kanak-Kanak Pertubuhan Bangsa-Bangsa Bersatu (UNICEF).

WASHINGTON: Kira-kira 24 juta kanak-kanak dalam zon konflik terpaksa meninggalkan persekolahan dengan mereka di Afghanistan, Sudan dan Niger paling terjejas, lapor Tabung Pendidikan Kanak-Kanak Pertubuhan Bangsa-Bangsa Bersatu (UNICEF). Ketua Pendidikannya, Jo Bourne, berkata: "Tidak mampu mempelajari kemahiran asas membaca dan menulis, menyebabkan mereka berisiko berdepan masa depan yang gelap dan hilang peluang untuk menyumbang kepada ekonomi dan masyarakat apabila dewasa." Sudan Selatan mempunyai paling ramai kanak-kanak keciciran sekolah, dengan 51 peratus pada usia sekolah rendah dan menengah rendah tidak berpeluang mendapat pendidikan. Niger di tempat kedua dengan 47 peratus tidak dapat ke sekolah diikuti Sudan, dengan 41 peratus dan Afghanistan dengan 40 peratus. Laporan menyatakan hampir 24 juta daripada 109.2 juta kanak-kanak pada usia sekolah rendah dan menengah rendah dalam zon konflik tercicir daripada mengikuti pendidikan. - Agensi

Selanjutnya di : http://www.bharian.com.my/node/113564

Sepanjang tahun 2015, AS Jatuhkan 23.144 Bom ke Negara-Negara Muslim



Dicatat oleh ustazcyber.com di 3:20:00 PTG

KIBLAT.NET, Washington – Anggota senior Dewan Hubungan Luar Negeri AS, Micah Zenko, baru-baru ini mengkalkulasi berapa banyak bom yang sudah dijatuhkan AS ke negara-negara lain. Dan boleh diagak, hasilnya sungguh sangat mencengangkan kerana jumlahnya diluar dugaan semua orang. Zenko mencatat sejak 1 Januari 2015, Amerika sudah menjatuhkan sekitar 23.144 bom ke Iraq, Suriah, Afghanistan, Pakistan, dan Somalia di mana negara-negara tersebut berpenduduk majoriti Muslim.

Bagan di bawah ini dibuat oleh lembaga think-tank (kajian) Departemen Luar Negeri berdasarkan data angka-angka yang ada untuk mengetahui seberapa besar tingkat kerosakan yang disebabkan oleh negara “kampium demokrasi” AS di negara-negara lain. Terlepas apakah pemboman tersebut dianggap “sah” ataupun tidak, gambaran umum di bawah ini boleh menjadi ilustrasi tingkat kerosakan yang dilakukan oleh Amerika di dunia Islam:


Bom-bom yang dijatuhkan Amerika nampaknya tidak memberi efek seperti yang diinginkan. Sebagai contoh dalam kes Afghanistan, meskipun faktanya AS sudah menjatuhkan sebanyak 947 bom di Afghanistan selama tahun 2015, sejumlah analis majalah Foreign Policy justru menemukan bahwa Mujahidin Taliban berhasil menguasai banyak wilayah lebih luas dari yang pernah ada selama ini sejak tahun 2011. Saat ini Amerika sudah memasuki tahun ke-17 perang di Afghanistan, padahal sudah berkali-kali pemerintah Obama berjanji akan menarik pasukan. Pada bulan Oktober tahun lalu, Obama menarik kembali ucapannya tersebut dan memutuskan akan tetap menempatkan pasukan Amerika hingga akhir 2017.

Dunia hari ini sungguh terbalik, peraih “Nobel Perdamaian” Barrack Obama adalah Presiden Amerika ke-4 yang membom Iraq dan negara-negara Muslim lainnya, termasuk misi bombardemen yang baru-baru ini dilancarkan melalui serangan udara sejak 7 Agustus 2014. Perang “melawan ISIS” pada awalnya dinyatakan sebagai perang “terbatas” dan diklaim sebagai intervensi “kemanusiaan”. Setelah itu, mantan Menteri Pertahanan Leon Panetta dengan tegas mengatakan perang saat ini akan berlangsung selama “30 tahun”. Setali tiga wang, Gedung Putih kemudian juga menyatakan perang di Iraq dan Suriah sebagai bahagian dari “upaya jangka panjang”.

Hitungan Yang Naif Mengenahi Jumlah Korban orang awam

Hasil hitungan lainnya oleh Zenko  adalah semakin sedikitnya berdasarkan angka laporan resmi jumlah korban orang awam yang tewas oleh 23.144 bom tersebut.

Hebatnya lagi, mereka mendakwa di antara 25.000 pejuang yang tewas hanya terdapat “6 orang awam” yang “kemungkinan” juga tewas selama bombardemen yang berlangsung selama 17 bulan.

Sebetulnya angka 25.000 pejuang yang tewas juga merupakan “angka laporan resmi” yang cenderung sepihak. Di waktu yang sama, para pegawai Washington mengakui secara keseluruhan jumlah pejuang jihadis yang secara umum “disebut ISIS”, tidak banyak berubah. Pada tahun 2014, CIA memperkirakan jumlah pejuang ISIS antara 20.000 hingga 30.000 orang. Sementara pada hari Rabu (06/01) kemarin, Andrew Warren mantan agen CIA mengestimasi jumlah militan jihadis masih pada angka 30.000. Berarti, menurut rumus kalkulasi pemboman (bukan rumus matematika yang asli) terhadap ISIS: 30.000 – 25.000 = 30.000 (???).

Jadi setelah menjatuhkan lebih dari 20.000 bom, Departemen Pertahanan Amerika hanya menewaskan 6 orang awam? Ironisnya, angka-angka ini boleh diterima begitu saja oleh media-media mainstream yang jarang mempertanyakan siapa yang sebenarnya dijadikan target serangan udara di Iraq dan Suriah.

Pada bulan Oktober, dilaporkan 30 orang awam tewas akibat bombardemen Amerika di sebuah rumah sakit di Kunduz, Afghanistan. Hingga kini setelah tiga bulan berlalu, insiden tersebut masih sedang diinvestigasi. Namun masyarakat dunia sudah terlanjur tahu bahawa banyak bagian-bagian kisah dan kejadian aslinya yang secara sengaja diputarbalikkan atau disamarkan untuk menutupi jumlah korban orang awam yang sebenarnya.