Oleh : Ust Abdullah Sungkar Rahimahullah
Anak-anakku… Ingat, dakwah sesungguhnya adalah mengemban tugas para Rasul terdahulu. Ingatkah kalian apa tugas para Rasul? Tak lain, menyampaikan wahyu Allah kepada umat manusia. Katakanlah: “Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik.” (QS. Yunus:108)
Jadi catat baik-baik anak-anakku…! Sebagai juru dakwah, tugas kalian adalah menyampaikan risalah kebenaran dari Allah dan Rasul-Nya kepada umat. Ingat, hanya menyampaikan, bukan yang lainnya. Da’i bukanlah penghibur. Tugas da’i bukanlah membuat yang sedih jadi gembira, yang berduka jadi tertawa, yang menangis jadi meringis. Juga, tugas da’i bukan membuat yang gembira jadi bersedih, yang tertawa jadi menangis hanya karena da’inya hobi menangis. Tugas da’i juga bukan untuk mengajak asal rukun-damai yang tak tentu arah. Sekali lagi ingat: TUGAS DA’I HANYA MENYAMPAIKAN KEBENARAN.
Lihat para Rasul itu…, mereka orang terpilih lagi mulia itu…, selalu jujur menyampaikan titah Robbnya. Tak ada yang dikorupsi meski hanya satu huruf. Semua kebenaran mereka sampaikan kepada kaumnya apa adanya. Tak peduli kaumnya suka atau tidak, pro atau kontra. Selagi itu kebenaran, mereka akan selalu menyampaikannya. Bukankah ada Nabi yang tak dapat pengikut meski telah lama berdakwah. Ada yang hanya dapat pengikut 4 – 9 orang. Nabi Nuh bahkan hanya mendapat pengikut belasan orang setelah aberdakwah selama 950 tahun.
Apa kalian mengatakan bahwa para Nabi itu tak paham sosiologi? Tak pandai uslub dakwah? Tak paham fiqih dakwah? Tak paham psikologi masyarakat? Kalian tak akan berkata demikian bukan? Karena mereka adalah manusia-manusia pilihan. Mereka hanya diminta menyampaikan dan bukan mengejar jumlah pengikut. Tugas mereka hanya menyampaikan hidayatul bayan (petunjuk keterangan), selanjutnya hidayatul taufiq (petunjuk mengikuti kebenaran) adalah urusan Allah Ta’ala.
Jadi kalian jangan tertipu oleh da’i-da’i masa kini yang beralih profesi menjadi PENGHIBUR. Kerjanya hanya menghibur dan membuat tertawa umat. KALIAN JANGAN TERTIPU MESKI MEREKA MEMILIKI PENGIKUT JUTAAN. Karena tidak sedikit dari mereka, untuk bermaksud memiliki pengikut banyak, menempuhnya dengan mengkorup kebenaran. Kebenaran ditutup-tutupi hingga tidak pernah sampai kepada umat. Kebenaran dipilih-pilih yang sesuai dengan selera umat dan yang tidak menyinggung perasaan mereka. Akhirnya umat tidak pernah tahu kebenaran sejati. Kalau sudah demikian, sesungguhnya misi dakwah telah gagal. Ingat-ingat itu…! Misi dakwah telah gagal.
Anak-anakku…ingat-ingat…! Kalian juga harus membedakan antara TUJUAN dan HARAPAN dakwah. Tujuannya adalah menjalankan kewajiban dan mencari ridho Allah semata. Harapannya adalah objek dakwah dapat menerima dan mengikuti kebenaran. Tujuan harus diletakkan didepan baru kemudian harapan. Jangan dibalik, karena bisa berdampak negatif seseorang yang meletakkan harapan diurutan pertama, ketika mendapati mad’u (objek dakwah) tidak mengikuti ajakannya, akan gampang putus asa. Selanjutnya, kadang dia terjebak mengubah isi materi yang disesuaikan dengan selera mad’u; asal mad’u senang, asal mad’u suka. Dan itulah awal kegagalan si da’i. ingat-ingat…! Awal kegagalan si da’i.
(Kembangan Versi Ust. Ali Ghufron Rahimahullah)
No comments:
Post a Comment