Sunday, January 6, 2013

ORANG SYIAH HANYA MENYUSAHKAN DIRI SENDIRI..



Ada beberapa hal yang dipermasalahkan oleh kalangan non-Syiah tentang ajaran Syiah yang dianggap menyimpang dari Islam : (1) Mencaci-maki dan melaknati para sahabat Rasulullah yang berseberangan dengan keluarga Ali bin Abi Thalib (2) Menyatakan mushaf Al-Qur’an sekarang ini tidak memuat ayat-ayat yang lengkap, masih ada ayat lain yang nanti akan diungkapkan oleh Imam Mahdi yang akan datang diakhir jaman (3) Nikah Mut’ah (4) Hanya menerima hadits yang diriwayatkan oleh para perawi dikalangan Syiah saja.
Kalau umat Kristen punya konsep dosa yang diwariskan turun-temurun, maka rupanya orang-orang Syiah memiliki ajaran tentang ‘dendam waris’, dendam kesumat yang diwariskan turun-temurun, terhadap suatu peristiwa yang terjadi dimasa silam, terhadap pihak-pihak yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan Syiah sekarang, apalagi dengan ‘Syiah melayu’ yang ada di Indonesia. Katakanlah kita terima saja catatan sejarah yang dikemukakan oleh orang-orang Syiah, bahwa telah terjadi perebutan hak kekhalifahan terhadap Ali bin Abi Thalib dan keluarganya, telah terjadi pembunuhan dan pembantaian terhadap anak keturunan akibat pertikaian ini. Mengapa orang-orang Syiah yang ada sekarang harus ikut-ikutan dengan pertikaian yang terjadi dimasa silam tersebut..?? ikut memiliki dendam kesumat, lalu mencaci-maki pihak yang berseberangan dengan keluarga Ali..??. Wajarnya seseorang memiliki dendam dan sakit hati kalau dirinya atau keluarganya dizalimi oleh pihak lain, namun menjadi aneh ketika ikut-ikutan memendam sakit hati kepada suatu peristiwa yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan dirinya. Soal pertikaian politik dimasa silam biarlah menjadi urusan pihak yang bertikai, kalaupun ada yang berbuat kezaliman biarlah menjadi tanggungan yang bersangkutan dengan Allah.
Juga menjadi sangat aneh ketika orang-orang Syiah mencaci-maki dan melaknati Abu Bakar, Umar bin Khattab, Muawiyah, Yazid, Siti Aisyah, dll dalam bacaan shalatnya, namun sebaliknya pihak yang dicaci-maki tersebut malah mendo’akan keselamatan nabi Muhammad dan keluarganya dalam bacaan shalatnya. Pada tasyahud akhir semua umat Islam selalu membaca :”Ya..Allah, limpahkanlah keselamatan kepada nabi Muhammad dan keluarga beliau…”, siapa lagi yang disebut sebagai keluarga Rasulullah kalau bukan Ali bin Abi Thalib, Fatimah, Hasan, Husein..??.
Saya bisa membayangkan seorang ‘Syiah melayu’ yang tidak punya kaitan dengan ahlul bait (bahkan jadi tetangga ahlul baitpun tidak) disaat sakharatul mautnya, dengan mata mendelik dan nafas satu-satu menahan dendam kesumat kepada Abu Bakar, Umar bin Khatab, dll, orang-orang yang sama sekali tidak pernah ketemu dan dikenalnya. Bukankah ini namanya menyusahkan diri sendiri..??
Lalu soal mengakui mushaf Al-Qur’an perlu diperjelas dulu maksudnya, apakah orang-orang Syiah menyatakan ayat-ayat Al-Qur’an yang ada sekarang banyak yang dipalsukan atau semua ayatnya memang benar namun masih ada lagi ayat-ayat lain yang tidak dimuat. Kalau pemahamannya adalah yang belakangan, maka sebenarnya Syiah juga mengakui bahwa mushaf Al-Qur’an yang ada sekarang 100% adalah firman Allah dan merupakan landasan keimanan mereka. Sedangkan ayat-ayat lain yang diyakini tidak dimuat, mereka juga tidak mengetahui apa isinya karena masih ‘disimpan’ oleh Imam Mahdi. Lagi-lagi orang-orang Syiah telah bertindak menyusahkan diri sendiri, karena Imam Mahdi tersebut tidak diketahui kapan datangnya, bisa jadi si Syiah sudah meninggal duluan tanpa bisa mengetahui isi ayat Al-Qur’an yang dianggap masih disimpan tersebut, mereka mau tidak mau tetap berpedoman kepada ayat-ayat ‘yang masih ada’ dalam mushaf Usmani.
Tentang nikah mut’ah, sebaiknya dikembalikan saja kepada niat yang melatar-belakangi orang-orang Syiah menjalankan aturan ini, apakah karena nafsu syahwat atau didasari niat lain. Tidak masalah berdebat soal dalil-dalil sampai berbusa-busa untuk membenarkan ataupun sebaliknya menyalahkan aturan ini, sepanjang nikah mut’ah dijalankan dengan dasar selain karena Allah maka akan gampang terjerumus dalam dosa karena bisa disebut ‘prostitusi terselubung’. Pihak yang menentang ajaran ini bisa memberikan masukan terus-menerus kepada orang-orang Syiah, demi keselamatan mereka sendiri, karena sangat mudah untuk mengakalinya agar nafsu syahwat bisa disalurkan dengan cara yang menyimpang dari ajaran Islam. Jadi dalam hal ini orang-orang Syiah juga telah ‘bermain api’ dengan aturan nikah mut’ah yang membuka peluang menjerumuskan mereka melakukan maksiat, yang rugi tentu saja diri mereka sendiri.
Soal penerimaan periwayatan hadits yang datang dari kalangan sendiri, perbedaan soal hadits yang melahirkan beda penafsiran juga terjadi di internal Syiah sendiri sehingga menimbulkan dinamika pemahaman dari waktu ke waktu, persis sama yang terjadi pada umat Islam umumnya. Sepanjang terjadi perdebatan untuk mengungkapkan kebenaran suatu pemahaman maka terbuka juga peluang untuk menerima sesuatu yang dulunya ditolak, namun lagi-lagi Syiah telah bertindak menyusahkan diri mereka sendiri karena telah menutup peluang untuk mendapatkan referensi yang lebih luas tentang ajaran Islam, minimal sebagai pembanding.
Yang lebih memprihatinkan adalah adanya sikap orang-orang Syiah yang tidak mau bermakmum kepada imam bukan dari kalangan Syiah. Ketika berhaji ataupun melaksanakan umroh di Masjidil Haram, mereka harus bersusah-payah mencari waktu agar tidak melakukan shalat berjamaah bersama-sama umat Islam lain. Kalaupun terpaksa harus ikut berjamaah maka shalatnya harus diulang lagi, karena menganggap shalat yang sudah dilakukan tidak sah. Lalu untuk menutupinya, mereka harus melakukan taqiyah/kemunafikan, berbohong sendiri. Padahal umat Islam yang lain sama sekali tidak punya masalah dengan kehadiran orang-orang Syiah dalam jamaah shalat. Sepanjang si Syiah mengikuti imam shalat dan tidak melakukan hal yang membatalkan shalat, tidak ada masalah dengan jamaah yang lainnya. Dalam hal ini orang-orang Syiah telah ‘repot sendiri’.
Makanya saya bilang, Syiah yang demikian adalah Syiah yang menyusahkan diri sendiri..

No comments:

Post a Comment