Sunday, May 26, 2013

BEGINILAH MEREKA MENCINTAI RASULULLAH SHALLALLAHU ALAIHI WASALLAM



Kecintaan kepada Rasûlullâh Shalallahu Alaihi Wasallam seringkali difahami hanya sebatas teori semata, atau tidak tampak bagaimana gambaran nyata dari kecintaan tersebut. Membaca sholawat kepada Nabi Shollallâhu alaihi wasallam dan menjungjung tinggi serta mengikuti sunnah tuntunan beliau adalah termasuk kecintaan ini. Namun kecintaan para shahabat dibuktikan lebih dari hanya sekedar itu,mereka membuktikannya dengan jiwa dan raga. Mereka menjadikan nyawa mereka sebagai tebusan untuk manusia yang paling mereka cintai,… Rasûlullâh Shalallahu Alaihi Wasallam.

Adalah Abu Ubaidah bin al-jarroh radiallahu'anhu seorang diantara shahabat yang setia melindungi Nabi Shollallâhu alaihi wasallam dari gempuran orang kafir quraiys di perang uhud. Dalam suasana pertempuran yang sengit ditengah-tengah kesibukannya membabat musuh-musuh ALLÂH, pandangan matanya selalu siaga untuk senantiasa memperhatikan keberadaan dan nasib Rasûlullâh Shalallahu Alaihi Wasallam yang mulia. Matanya bagai rajawali yang tajam melihat gerak gerik mangsanya. Jika musuh berusaha mendekat kekasihnya untuk menghabisinya, iapun segera mendobrak barisan musuh dan membabatnya. Ia tidak rela jika hidup Nabi pembawa risalah ini berakhir ditangan orang-orang kafir. Dan nyatalah, disaat-saat suasana yang kalut pada pertempuran uhud, ketika barusan kaum muslimin kacau balau dan terdesak, dan bahkan sebagian muslimin lari mengundurkan diri dari kancah pertempuran, sungguh dalam suasana ini orang-orang musyrik memiliki kesempatan emas untuk menghabisi nyawa Nabi kita Shollallâhu alaihi wasallam. Suasana bahaya ini menuntut keberanian dan kesetiaaan dalam menjaga kehormatan islam. Abu Ubaidah adalah diantara sosok yang tampil sebagai pahlawan yang kesatria diantara shahabat-shahabat utama yang melindungi Nabi Shollallâhu alaihi wasallam kala itu. Nabi Shollallâhu alaihi wasallam dalam kondisi bahaya saat itu, Abu Ubaidah sendiri sedang terkepung oleh musuh. Namun dengan ketajaman matanya dan kecintaannya kepada Nabi yang mulia, maka ia segera melompat untuk menyelamatkan jiwa kekasihnya. Pedangnya ia babatkan laksana pedang berkekuatan 100 pedang. ia ceraiberaikan pasukan musuh yang mengepungnya agar bisa segera sampai ditempat nabi Shollallâhu alaihi wasallam.

Sesampai di dekat Nabi dan membabat musuh yang mengepung beliau Shollallâhu alaihi wasallam. Ia kini mendapatkan beliau dengan darahnya yang mengalir dari mukanya yang mulia. Ia melihat beliau Shollallâhu alaihi wasallam menghapus darahnya yang suci dengan tangan kanannya seraya bersabda,"Bagaimana mungkin suatu kaum akan bahagia, ketika mereka telah mencemari wajah Nabi mereka, padahal ia menyeru mereka kepada ROBB mereka ….?". Abu Ubaidah ra merasa pilu ketika ia melihat dua mata rantai baju besi penutup kepala Rasûlullâh Shalallahu Alaihi Wasallam menancap dipipinya yang mulia. Hatinya merasa teriris sekaligus marah terhadap kelakuan orang-orang kafir yang telah berbuat lancang kepada Nabinya. Lalu (setelah mendapat restu dari Abu bakar ash-shiddiq radiallahu'anhu iapun segera menariknya dengan menggunakan gigitan gigi-giginya, saat itulah pipinya menempel dengan pipi beliau yang mulia. Ia menarik besi yang menancap itu sekuat tenaga. Besi itupun tercabut dari pipi Rasûlullâh Shollallâhu alaihi wasallam tetapi berbarengan dengan itu tercabut pulanya satu gigi dari gigi manis Abu Ubaidah radialahu'anhu, darahpun mengalir membasahi pipinya… Kemudian untuk yang kedua kalinya, ia menarik besi yang kedua dengan gigi-giginya, maka tercabutlah besi itu dari pipi Nabi yang mulia, tetapi seperti yang pertama, bersamaan dengan lepasnya besi dari pipi Nabi, tercabut pula gigi manis pahlawan kita ini. Iapun menjadi shahabat yang memiliki gigi ompong setelah hari itu, namun gusi-gusi itu menjadi saksi atas pengorbanannya… darahnya yang mengalir menjadi saksi atas kecintaannya kepada Manusia yang paling dicintainya ini.

Lihatlah pula bagaimana kecintaan yang serupa ditunjukkan oleh seorang wanita dari kalangan shahabat. Nusaibah binti Ka'ab radialahu'anha. Dalam peperangan yang sama, Uhud, ia telah membuktikan kecintaan dan pengorbanan yang tiada tara. Pada mulanya sebenarnya keikutsertaannya dalam kafilah mujahidin saat itu sebagai tenaga medis di bagian belakang pasukan islam. Namun tatkala suasana menjadi genting dan Rasûlullâh Shalallahu Alaihi Wasallam dalam keadaan bahaya, iapun bergegas menuju posisi Rasûlullâh Shalallahu Alaihi Wasallam , dengan cekatan ia menangkap sebilah pedang yang dilemparkan mujahidin. Bersama suami dan kedua anaknya ia bertempur disekitar Nabi Shollallâhu alaihi wasallam beserta kelompok kecil yang melindungi kekasihnya yang mulia. Ia ayunkan pedangnya kesana kemari,… ia babatkan pedangnya kepada siapapun musuh yang mendekat, ketika seorang pasukan musuh berkuda datang menghampiri dan mengayunkan pedang kearahnya iapun menangkisnya dengan perisainya, lalu dengan cergas ia membabat kaki kuda musuh,hingga kudapun terjatuh. Nabi berseru kepada anaknya, "Bantulah ibumu… dia telah menolongku membunuh tentara musuh !" . Ketika anaknya terluka, ia membalut luka anaknya, dan setelah itu ia memberi semangat kepada anaknya, "Bangkitlah nak,… hantamlah pasukan musuh itu !".

Ketika musuh yang melukai anaknya mendekat lagi, Rasûlullâh Shalallahu Alaihi Wasallam berkata, "dialah orang yang telah melukai anakmu !". Maka dengan sigap, ibu kita ini menolehnya lalu menyerangnya, ia tebaskan pedangnya ke arah kaki musuhnya, hingga tersungkur. Iapun bahagia tiada tara, dan kebahagiaannya bertambah dengan ucapan dan senyuman Rasûlullâh Shalallahu Alaihi Wasallam saat itu yang berkata kepadanya, "engkau telah membalasnya !". Ia merasa gembira karena dapat membela kemuliaan islam dan melindungi nabinya dan kekasihnya, ia tidak merasakan betapa letih tubuhnya kala itu dengan keringatnya yang bercucuran, dan darahnya yang mengalir dari tubuhnya . 13 luka telah menganga disekitar tubuhnya dalam pertempuran itu, dan menjadi saksi atas pengorbanannya.

Saat Pasukan muslimin berangkat untuk mengepung Bani Quraizhah, ia ikut serta dalam pasukan ini. Perang melawan kaum yahudi bani Quraizhah ini tidak menyurutkan semangatnya walau luka-luka ditubuhnya akibat perang uhud belumlah sembuh.

Diperang Yamamah, … ketika perang melawan orang-orang yang murtad berlangsung, Nusaibah wanita ksatria inipun ambil bagian walau ia seorang wanita dengan usianya yang 60 tahun. Ia meminta ijin kepada amirul mukminin Abu Bakar ash-shiddiq ra untuk ikut serta dalam pasukan mujahidin. Ia memohon kepada ALLÂH untuk menyaksikan kematian musailamah yang telah mencoreng kerasulan Nabinya dan membunuh anaknya.. atau ia mati sebagai syahid dalam perang itu. Iapun berperang dengan gigihnya. Do'anyapun terkabul, ia telah menyaksikan terbunuhnya musailamah. Kebahagiaannya terukir direlung hatinya…. karena kehormatan islam tetap terjaga di tangan orang-orang yang membelanya, dan dia adalah salah satunya. Iapun sujud syukur sebagai tanda terimakasih kepada ROBBnya, kegembiraanya telah menghilangkan rasa sakit akibat 11 luka ditubuhnya dan satu lengannya yang terputus diperang itu. Sungguh ia wanita ksatria dan mujahidah sejati. Kecintaannya kepada islam dan Rasûlullâh saw telah berani berkorban walau jiwa dan raga menjadi tebusannya….Semoga ALLÂH meridhainya, dan meridhai para shahabat semuanya.

Dua cuplikan kisah diatas adalah kisah nyata yang telah ditorehkan oleh 2 orang sosok muslim yang mencintai Rasûlullâh Shalallahu Alaihi Wasallam sebagai pembawa risalah islam. Kecintaan kepada Nabi Shollallâhu alaihi wasallam merupakan bagian dari keimanan, dan keimanan adalah ucapan dan perbuatan. Bentuk-bentuk pengorbanan dengan amal nyata di dalam kehidupan menjadi suatu tuntutan dan keniscayaan bagi orang-orang yang mengaku beriman dengan kerasulan Nabi Shollallâhu alaihi wasallam. Kecintaan kepada Nabi Shollallâhu alaihi wasallam bahkan harus melebihi kecintaannya kepada dirinya sendiri. Inilah makna dari sabda beliau saw (yang artinya): "Tidaklah beriman seorang dari kalian hingga aku lebih dicintainya daripada orang tuanya, anaknya dan dari manusia seluruhnya".(HR. al-Bukhari).

Dan seperti yang beliau sabdakan kepada Umar, katika umar pernah berkata: "ya Rasulullah, sungguh engkau lebih aku cintai dari segala-galanya selain diriku sendiri." Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak, demi Dzat yang jiwa berada di Tangan-Nya, hingga aku lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri !." Maka Umar berujar; 'Sekarang demi Allah, engkau lebih aku cintai daripada diriku'. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "sekarang (baru benar) wahai Umar." (HR.al-Bukhari).

Hari ini kecintaan kepada Nabi Shollallâhu alaihi wasallam berupa pengorbanan dengan nyawa dan harta bukan berarti terputus. Sebab Jihad Fii Sabilillah untuk membela kehormatan Dienul-islam dan meninggikan kalimat ALLÂH adalah sebagai bentuk kecintaan kepada Nabi kita yang mulia. Termasuk diantaranya membela kerasulan Nabi Shollallâhu alaihi wasallam yang tidak sepatutnya dilecehkan dan dinodai oleh garuda pancasila atau manusia manapun dimuka bumi ini

Wallahu a'lam.

(KabarDuniaIslam/islamical-ghuraba)

No comments:

Post a Comment