Hukum Allah bukan untuk dipermainkan dalam pemilihan suara. Dengan memberi pilihan kepada ummat apakah harus menerapkan syariat Islam atau tidak, hal ini mencerminkan masalah mendasar dalam memahami Tauhid.
Allah telah berfirman: "Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya" (QS An Nisaa': 65).
Jadi manusia tidak disebut beriman hingga mereka menyerahkan diri pada hukum Allah dan menerimanya tanpa terkecuali. Pemerintahan Islam diciptakan untuk melaksanakan syariat Islam bukan menyerahkannya untuk kemudian diberi pilihan (suara) oleh manusia.
Sehingga jika suatu pemerintahan mengaku akan menerima suara yang menginginkan pelaksanaan Syariat Islam, meski jika hasilnya bukan berupa pelaksanaan Syariat Islam, dia bukanlah negara Islam.
~ Syeikh Anwar Al-Awlaki (rahimahullah) ~
Sumber : http://www.facebook.com/ photo.php?fbid=539082459489 009
Allah telah berfirman: "Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya" (QS An Nisaa': 65).
Jadi manusia tidak disebut beriman hingga mereka menyerahkan diri pada hukum Allah dan menerimanya tanpa terkecuali. Pemerintahan Islam diciptakan untuk melaksanakan syariat Islam bukan menyerahkannya untuk kemudian diberi pilihan (suara) oleh manusia.
Sehingga jika suatu pemerintahan mengaku akan menerima suara yang menginginkan pelaksanaan Syariat Islam, meski jika hasilnya bukan berupa pelaksanaan Syariat Islam, dia bukanlah negara Islam.
~ Syeikh Anwar Al-Awlaki (rahimahullah) ~
Sumber : http://www.facebook.com/
No comments:
Post a Comment