Sunday, July 15, 2012

Kala Thaliban Menghancurkan Patung Budha di Afghanistan



Shoutussalam.com - Hanya sedikit yang memahami, mau mengetahui secara berimbang terjadinya sebuah kejadian. Media massa menjadi realita, dijadikan sebagai kacamata dalam memandang dunia, bahkan memandang peperangan yang saat ini hadir di depan mata. Saya pun –dulu—seperti itu. Saya pernah bermimpi menjadi Indiana Jones, mencintai ilmu arkeologi, tak heran ketika patung Budha Bamiyan dihancurkan saya tak habis pikir apa yang dilakukan Taliban. “Itu gila!” menghancurkan patung besar disamping tidak menghargai agama lain, adalah juga mengumandangkan perang pada pemeluk Budha diseluruh dunia. “Masa sih Rasulullah melakukan hal itu?”

Pandangan kamu pasti sama dengan pandangan saya saat itu, tapi sudah jelaskah motif yang dilakukan Taliban ketika itu. Dalam sebuah terbitan yang saya baca –kurang lebih—tiga tahun lalu, jawaban mengenai di hancurkannya patung Budha Bamiyan, terjawab. Mullah Ummar, petinggi Taliban menjawabnya langsung, bahwa ketika kelaparan menjadi derita penduduk kami, ketika kami kesulitan mengakses minuman bersih, ketika hajat hidup orang banyak menjadi kepentingan yang krusial, tiba-tiba sekelompok arkeolog datang. Sebuah badan recovery world heritage datang membawa milyaran dollar untuk memperbaiki patung Budha Bamiyan.

Di Afghanistan, pemeluk Budha hampir bisa dikatakan punah. Disekeliling patung Budha yang mungkin terbesar didunia itu, adalah masyarakat suku yang memeluk Islam seperti umumnya orang Afghanistan. Disekeliling patung Budha itu adalah masyarakat yang tengah kelaparan dan tanggungan Mullah Umar selaku amirul mukminin di lingkup Afghanistan. Hanya pemimpin yang memiliki hati nurani saja yang tidak marah ketika mahluk hidup, manusia dipandang sebelah mata ketimbang rekonstruksi yang memakan biaya yang menakjubkan. Maka, saking kesalnya, patung Budha itupun Mullah Umar hancurkan. Ledakannya hingga saat ini masih terdengar, mencederai hati arkeolog, hati orang-orang yang menjadikan kemanusiaan sebagai agama.

Pandangan saya tentang Taliban kini berubah. Taliban mungkin keras, tapi mereka keras karena kondisi memerlukan mereka untuk menjadi keras. Saya memahami sedikit demi sedikit apa yang mereka lakukan. Meski tidak sepenuhnya, tapi saya selalu berhati-hati ketika media macam Reuters, BBC, VOA memberitakan Taliban hanya dari sisinya. Setidaknya saya jadi hati-hati kan? Dan itu bagus untuk kesehatan mental saya.





Divan Semesta

Dikutip dari kata pengantar "Dari Taliban hingga Ketiak Agnes Monica"

Untuk novel "Begundal Militia" Karya PenghianatYangTelahMusnah

2010



(Ayyas)

sumber: http://shoutussalam.com/read/in-depth/13064/kala-thaliban-menghancurkan-patung-budha-di-afghanistan/

No comments:

Post a Comment