Tuesday, August 7, 2012

“Harus Tegas, Tegar dan Jangan Takut”

Wawancara Eksklusif Dengan Ummu Nuha : “Harus Tegas, Tegar dan Jangan Takut”


Ummu Fauzi untuk Al-Mustaqbal.net

Ummu Nuha, istri ustadz Aji (Asy-syahid, InsyaAllah) saya temui di rumah ibu mertua beliau pada kunjungan saya ke Cilacap, Jawa Tengah pada hari Rabu; 20 Juni 2012 lalu. Ustadz Aji adalah salah satu ikhwan yang mendapat syahid sekitar 3 tahun silam.

Ummu Nuha datang di hari kedua kedatangan saya bersama dua putri beliau, Khonsa dan Khafshah. Khonsa dan Khafshah adalah putri ketiga dan keempat beliau, sementara dua kakaknya sedang belajar di pondok pesantren. Kekaguman saya ketika bertemu dengan istri para syuhada nyaris selalu sama dan datang bahkan sebelum mereka mengisahkan apapun. Kekaguman itu sudah muncul ketika saya melihat bahasa tubuh mereka dan putra-putri mereka, bahasa tubuh yang menceritakan ketegaran dan keistiqomahan.

Kami duduk di ruang tengah ketika kami ngobrol, yang transkrip-nya saya bagi kepada pembaca Al-Mustaqbal.net berikut ini ;

Ummu Fauzi (UF) : Apa kabar ustadzah ?

Ummu Nuha (UN) : Kabar baik, Alhamdulillah.

UF : Ustadzah, kalau anak-anak apa masih sering menanyakan tentang abi mereka ?

UN : Masih, apalagi Khonsa, sering sekali menanyakan abinya dan kalau merasa rindu pasti minta datang ke pusara abi. Saat penggrebekan atau penggeledahan di rumah, usia Khonsa baru 19 bulan.

UF : Kenangan apa yang paling mendalam dari sosok ustadz Aji buat ustadzah ?

UN : Beliau sangat arif dan sangat pengertian. Dia sangat memahami ana dan siap membantu pekerjaan rumah tanpa diminta. Jika ana berbuat salah, beliau cuma bilang ,”Mi !” Dan ana tahu bahwa itu rambu-rambu ketika ana berbuat salah dan ana paham. Beliau juga selalu memberi wasiat jika mau pergi. Di lingkungan sinipun beliau dikenal sebagai orang yang baik.

UF : Apa anak-anak melihat saat penggeledahan di rumah, Ustadzah ?

UN : Ya. Anak-anak lihat. Sejak Pak Saefuddin tertangkap, banyak intel datang. Saat hari penggeledahan itu, ana bersama anak-anak sedang ada acara di sekolah. Baru kira-kira sepuluh menit kami pulang dan sedang bersiap-siap untuk memandikan anak-anak, tiba-tiba pintu ditendang. Mereka menodongkan senjata laras panjang ke ana dan ke Khonsa juga, mungkin mereka mengira suami ada di rumah dan mau menjadikan Khonsa sebagai sandera. Itu sebabnya anak-anak masih trauma, melihat Densus mengobrak-abrik rumah dan menodongkan senjata. Sampai sekarang masih suka nanya,”Thoghut-nya datang lagi nggak ya ?”

UF : Apa reaksi mereka saat itu ?

UN : Begitu melihat 36 Densus masuk rumah (itu angka yang disebut beliau, mudah-mudahan saya tidak salah mencatat) anak kedua ana berteriak, “Ummi, ada perampok !” Ana berusaha menenangkan mereka ,”Bukan. Mereka ini antek Amerika, Nak.” Saat itu ana lihat ada 3 dari mereka yang memakai salib.

UF : Apa yang terjadi kemudian, Ustadzah ?

UN : Mereka membawa barang-barang abi. Karena abi sedang servis kulkas dan ada banyak kabel-kabel, mereka mengira itu bagian dari bom.

UF : Apa ustadzah tahu kalau ustadz Aji sedang berada di rumah akh Adib (Asy-syahid, InsyaAllah) ketika malam penggerebekan itu ?

UN : Tidak. Ana tidak tahu dimana beliau, tapi ana sudah siap atas semua resiko. (Sebagai tambahan informasi, penggeledahan terjadi di rumah beliau di Cilacap, sedang penggerebekan terjadi di rumah akh Susilo Adib)

UF : Apa saran ustadzah untuk para ummahat ?

UN : Menghadapi thoghut itu harus tegas, tegar dan jangan takut. Jangan pernah takut.

UF : Kalau nasihat buat ummahat yang suaminya memilih jalan jihad ?

UN : Ketika suami memilih jalan jihad, kita harus paham yang perlu kita perkuat adalah aqidah kita. Lalu mental kita, mental kita harus kuat. Meskipun ana dikucilkan di tempat tinggal ana, ana harus kuat menghadapinya. Suami sering menasihati, “Meskipun ummi sendiri, Allah akan menjadi penjaga.” Lalu ketika sudah terjadi penangkapan atau penggerebekan, tutuplah (dari memberi) informasi. Jangan mengatakan apapun yang bisa dipelintir oleh media kafir, jadi lebih baik tidak menemui atau memberi informasi apapun.

UF : Bagaimana tanggapan masyarakat kepada ustadzah ?

UN : Bermacam-macam. Ada yang simpati, ada yang mendukung dan ada yang sinis.

UF : Terakhir, apa harapan ustadzah atas jalan da’wah dan jihad ini ?

UN : Ana berharap perjuangan abi berlanjut. Anak-anak melanjutkannya, sehingga tsiqoh dan tidak putus amaliyahnya. Nuha sangat paham akan hal ini. Dia sangat marah saat mencium jenazah abinya yang sangat dipersulit untuk diambil. Dia bilang, “Thoghut jahat sama abi.”

Dan begitulah obrolan kami. Obrolan terputus ketika Khonsa dan Khafshah minta diantar beli jajan dan ustadzah berhasil membujuk keduanya pergi ke warung sendiri tanpa diantar. Meskipun begitu, saya tidak mencatat atau merekam lagi obrolan kami. Dan seperti biasa, saya menyebutnya sebagai obrolan off the record.

Bukan karena saya pelit berbagi, tapi sebagiannya karena yang bersangkutan tidak menginginkan saya memuatnya, atau bagian obrolan itu hanya hal-hal kecil yang saya tanyakan. Selalu menarik bertanya kepada orang-orang seperti beliau meskipun itu hanya berkaitan dengan informasi-informasi yang terkesan biasa, karena jawaban dari orang luar biasa seperti beliau tetap saja berbeda nilainya untuk saya.

http://al-mustaqbal.net/view-slide2-158.html


 

No comments:

Post a Comment