Wednesday, April 10, 2013

Seri Syuhada Semenanjung Arab : Abu Hummam Al Qahtani



Al MALAHIM-Berikut ini seri selanjutnya dari Seri Syuhada Semenanjung Arab yang dirilis oleh Media Publikasi Al Malahim yang berisikan kisah-kisah Syuhada Semenanjung Arab. Seri kali ini menceritakan Abu Hummam Al Qahtani alias Nayef Bin Muhammad Bin Said Al Kudri Al Qahtani, rahimahullah, sang penggagas Al Malahim Media.

Bismillahirrahmanirrahim

Aku tidak pernah berharap untuk menuliskan biografinya atau menceritakan kisahnya, karena dahulu aku memiliki sebuah perasaan yang lebih pasti bahwa aku akan pergi meninggalkan kehidupan sebelum dirinya. Namun, hidup berada di tangan Allah Yang Maha Mulia, dan hari ini aku mencoba untuk menunjukkan dan menjelaskan apa yang telah disembunyikan (mengenai) kehidupannya dari orang-orang, nilainya dan sifatnya sepanjang tiga setengah tahun kami habiskan bersama di tanah Jihad Yaman (tanah) kearifan dan keimanan”.

Aku bertemu Abu Hummam (Nayef bin Muhammad bin Said Al-Kudri Al-Qahtani) di lembah daerah Al Abu Jabbarah, di kota Wa’ila di Sa’ada pada tahun 1427 Hijriah (2006) dan waktu itu ia berumur 19 tahun, dan aku melihatnya sebagai seorang pemuda, berpikiran waspada, sopan dan aku kagum dengan ketenangan yang dimilikinya walaupun ia masih muda.

Pada awalnya di lembah Wadi Al-Abu Jabbara, dimana ia mempersiapkan dirinya dengan ilmu pengetahuan yang ia dapat. Ia belajar dan berlatih berbagai jenis senjata ringan dan berat, bahan peledak dan seni bela diri. Ia juga mempersiapkan diri secara intelektual dan spiritual dan ia rahimahullah rajin untuk mempelajari apa saja yang dapat memungkinkannya untuk melayani Ummatnya dan Agamanya.

Ia juga mempelajari beberapa keterampilan media yang kemudian membantunya mengumpulkan edisi pertama majalah Sada Al-Malahim dengan upaya secara individual.

Setelah periode persiapan ini selesai, ia bergabung dengan seudara-saudaranya dan berpartisipasi dalam perencanaan dari operasi yang diberkahi melawan turis tentara salibis Spanyol di Marib, yang mana 8 orang dari delegasi intelijen Spanyol tewas, segala puji dan syukur kepada Allah. Operasi ini adalah awal yang baik baginya dan sebuah awal kesuksesan untuk kegiatan praktisnya.

Tak lama setelah operasi yang diberkahi ini, Asy Syahid Abu Hummam, segabaimana kami menganggapnya demikian, bertemu dengan Amir pemimpin Abu Basir Nassir Al-Wahayshi, semoga Allah menjaganya, dan Asy Syahid bergabung dengan para anggota organisasinya. Ini adalah titik balik dalam hidupnya, semoga Allah merahmatinya.

Seperti biasanya, diantara semua orang yang berurusan atau berhubungan dengan Abu Hammam, Syaikh Abu Basir pun kagum dengan akhi Abu Hummam, kebulatan tekadnya yang sungguh-sungguh, kesabarannya dan karakternya yang baik. Hal ini memaksa Syaikh Abu Basir untuk menyediakan pemeliharaan dan sumber daya, yang mana langka pada saat itu, untuknya sehingga ia dapat, melalui bantuan Allah, menabur benih untuk kelahiran majalah Sada Al-Malahim, yang mana memainkan sebuah peran sebagai pelopor dalam perang kami melawan tentara salib dan pembantu mereka pada tingkatan ideologi dan media.

Dengan rahmat Allah, majalah (Sada Al-Malahim) memberikan Mujahidin acungan tangan dalam perang hati dan pikiran. Hal ini dilakukan memalui rahmat Allah, kemudian upaya para ikhwan yang dipimpin oleh Abu Hammam Al Qahtani rahimahullah.
Beliau, sebagaimana yang aku sebutkan, mempersiapkan edisi pertama majalah seorang diri dan menamakannya Sada Al-Malahim. Setelah majalah tersebut dirilis, dan setelah sambutan yang begitu besar diberikan diantara Ummat Islam, beliau rahimahullah, meningkatkan usahanya dan mendirikan sebuah alat media yang lengkap. Selain memproduksi majalah, Allah juga memungkinkannya untuk merekrut sekelompok para ikhwan dengan keahlian dalam bidang Jihad media.

Aku menyebutkan hal ini dalam sebuah kisah yang mengungkapkan semangat para ikhwan kita dan ketulusan mereka kepada Allah –sebagaimana anggapan kami terhadap mereka. Abu Hammam menjaga perusahaan dengan beberapa ikhwan, termasuk Abu Al-Kheir Al-‘Asiri, semoga Allah merahmati mereka, ketika masing-masing ikhwan membuat keinginan. Abu Al-Kheir berkeinginan untuk melakukan operasi istisyihad di Bilad Al-Haramain dan Abu Hammam berkeinginan untuk mendirikan sebuah media. Masing-masing memperoleh yang mereka inginkan.

Abu Al-Kheir melakukan sebuah operasi istisyhad melawan thaghut Muhammad bin naif dan Allah mengizinkan Abu Hammam untuk mendirikan yayasan media Al-Malahim dengan staf teknis yang lengkap, setelah ia memulai tugasnya seorang diri dengan laptopnya. Demikian, melalui tekad semangat pria melebihi puncak gunung, keinginan, pengorbanan, upaya yang terus menerus dan (kemudian) keberhasilan dengan keberhasilan mengikuti. “Itu adalah karunia Allah yang Dia berikan kepada siapa yang Ia kehendaki dan Allah adalah Tuhan Yang Penuh Rahmat”.

Setelah konstruksinya selesai dan membuahkan hasil, pendirian Al-Malahim menjadi swasembada dalam kader dan personil dan tidak dipengaruhi oleh ketidak hadiran salah seorang dari mereka, bahkan jika ia yang bertanggung jawab. Pikiran Abu Hammam tenang dan bergembira ketika ia melihat proyek ini beralih dari mimpi menjadi kenyataan. Ia memutuskan untuk beralih ke bidang militer – dan tidak kurang inovatif dalam hal tersebut dari pada ia di bidang militer. Ia menyelesaikan apa yang (menjadi) kekurangannya dalam pengetahuan militer dan melatih sejumlah besar para ikhwan, dengan saudara-saudaranya mendirikan kamp Syahid Abu Al-Kheir Al-‘Asiri.

Kerajinan, kerja keras, kesabaran dan kesabaran adalah semboyannya. Engkau tidak akan pernah melihatnya kecuali ia sedang bekerja dan mata tidak akan gagal untuk menemukannya di tempat pelatihan dan perkemahan.

Dalam tambahan atas kreativitas dan pengetahuan yang ia nikmati, ia memiliki hati yang tidak mengenal rasa takut dan jiwa yang tidak pernah terguncang oleh teror. Aku kagum dengan keberaniannya yang ekstrim. Sebagaimana penyair mengatakan hal tersebut:

Engkau melihat pria kurus dan begitu memandang rendah terhadapnya,

Namun di balik jubahnya adalah seekor singa yang tak kenal takut.

Adapun karakternya, engkau tidak dapat mengatakan cukup mengenai hal tersebut. Beliau, sebagaimana semua orang yang mengenalnya akan menjadi saksi, seorang pria dengan akhlak yang tinggi, baik, mudah (easy going) dan bangsawan langka. Ia rahimahullah, akan memberikan yang terbaik dari apa yang ia miliki untuk saudara-saudaranya, tidak pernah menolak siapa-pun jika mereka meminta sesuatu yang dimilikinya. Ia sangat ingin untuk bekerja di negeri dua masjid (Arab Saudi) dan mempersiapkan untuk hal tersebut, namun keadaan turut campur antara dirinya dan keinginannya.

Betapa baiknya engkau, Abu Hammam ! Engkau tidak hidup lebih dari 25 tahun, namun di dalamnya engkau memegang pengalaman dan memperoleh pengetahuan lebih banyak (dari pada) yang jenggotnya telah berubah menjadi abu-abu dan yang kakinya belum ditutupi debu berjalan di jalan Allah bahkan untuk satu hari atau tidur di tanah terbuka berbungkus langit di bawah raungan deru pesawat tempur sekalipun. Mereka tidak merasakan ketakutan di jalan Allah bahkan untuk satu jam. Mereka tidak pernah berjaga-jaga dalam jaga malam maupun menimbulan satu luka atas musuh-musuh Allah.

Tidurlah (dengan) bahagia ! Di sana hanya sedikit yang seperti engkau! Sudah saatnya engkau menerima (pahala) untuk pekerjaan baik yang engkau berikan dari Allah Yang Maha Besar dan Maha Penyayang. Bersuka citalah dalam kesyahidan yang engkau cari dan inginkan.

Aku masih mengingatmu dalam hari-hari terakhirmu di bumi ketika dengan tulus engkau memohon kepada Allah untuk menganugerahimu kesyahidan. Engkau meraihnya, sebagaimana anggapan kami terhadapmu, namun kami tidak memuji siapapun sebelum Allah.

Waktunya telah tiba bagimu untuk menerima yang terbaik dari Rabb-mu setelah engkau terkemuka dan mempelopori dalam karya yang baik, dalam melecehkan thawaghit dan menjengkelkan musuh-musuh Dien oleh perbuatanmu dan kesabaranmu.
Aku memohon pada Tuhan Yang Maha Kuasa untuk bermurah hati menganugerahimu pahala yang terbaik, imbalan dan untuk menjadikanmu (sebagai) salah satu penghuni surga yang telah begitu Allah agungkan antara para Nabi, Siddiqin, Syuhada dan orang-orang Shaleh. Mereka adalah sahabat terbaik.

Segala puji bagi Allah, Tuhan dari semua yang Ada.

Ditulis oleh :

Abu Khalid Al – ‘Asiri


(KabarDuniaIslam/al-mustaqbal.net)

No comments:

Post a Comment