Tuesday, April 9, 2013

Bicara strategi perang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam

Bicara strategi perang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, setidaknya ada 3 hal penting dan mendasar yang harus menjadi tumpuan utama pengkajian.

1. Kerja intelijen yang telah disebar oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.

2. Pengiriman Sariyyah.

3. At-Taktik Al-Maidani (Strategi di medan perang).

Ketiga hal ini harus mendapatkan porsi yang sama besar dalam kajian strategi perang Rasulullah, karena tiga hal tersebut memiliki kaitan yang kuat satu sama lain sehingga Rasulullah selalu mendapatkan kemenangan di hampir semua perang yang dikomandoinya. Kalau cuma dibahas satu saja, contohnya hanya dikaji taktik maidani saja, maka jelas akan menimbulkan kepincangan dalam pemahaman strategi itu sendiri.


klik photo untuk penjelasan lebih lengkap...
Intelijen dan Taktik Perang Rasulullah
======================

Jauh sebelum Pentagon menemukan MOUT, kepanjangan dari Military Operation on Urban Terrain atau suatu taktik perang militer baru yang diciptakan oleh Pentagon untuk mewaspadaiperubahan sifat pertempuran yang tidak lagi berkutat di sekitar hutan belantara ataupun padang pasir, namun peperangan pada lingkungan urban, Islam telah mengenal taktik dalam peperangan.

Sebagaimana yang telah kita tahu, bahwa perang yang terjadi selama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam hidup, pasca hijrahnya ummat Islam dari Makkah ke Madinah, itu ada yang mengatakan 73 kali, ada yang 74 kali, ada yang 75 kali, 76 kali bahkan ada yang mengatakan 77 kali.

Namun dalam sekian banyak perang itu, tidak semuanya diikuti oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Perang yang diikuti oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam disebut dengan istilah Ghazwah. Sedang perang dimana beliau tidak ikut di dalamnya, dalam bentuk beliau mengutus kelompok kecil pasukan, tapi posisi beliau tetap sebagai pengatur strategi disebut dengan istilah Sariyah. Rasulullah mengirim sariyah sejak enam bulan beliau hijrah, sedang ghazwah baru beliau mulai pada tahun kedua hijriyah.

Ibnu Sa'ad meriwayatkan dari Ibnu Ishaq mengatakan bahwa, jumlah perang yang diikuti oleh Rasulullah itu ada 27 perang. Ada yang mengatakan 25, 26, 27 atau 29. Tentunya, secara umum, perbedaan jumlah itu disebabkan oleh perbedaan definisi tentang apa itu ghazwah dan apa itu sariyyah yang diambil oleh para ulama' maupun pakar sejarah. Namun dalam buku Atlas Sirah digambarkan jumlah Ghazwah yang diikuti Rasulullah ada 28.

Dari 28 ghazwah yang diikuti oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, bisa kita kategorikan menjadi dua macam :

1. Ghazwah Difa'iyyah (Defensif)

2. Ghazwah Hujumiyyah (Ofensif)

17 ghazwah yang pertama adalah bersifat Defensif atau pertahanan, yaitu dari perang Waddan (Abwa) sampai perang Khandaq (Ahzab).

Strategi Perang Rasulullah
------------------------------------------
Bicara strategi perang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, setidaknya ada 3 hal penting dan mendasar yang harus menjadi tumpuan utama pengkajian.

1. Kerja intelijen yang telah disebar oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.

2. Pengiriman Sariyyah.

3. At-Taktik Al-Maidani (Strategi di medan perang).

Ketiga hal ini harus mendapatkan porsi yang sama besar dalam kajian strategi perang Rasulullah, karena tiga hal tersebut memiliki kaitan yang kuat satu sama lain sehingga Rasulullah selalu mendapatkan kemenangan di hampir semua perang yang dikomandoinya. Kalau cuma dibahas satu saja, contohnya hanya dikaji taktik maidani saja, maka jelas akan menimbulkan kepincangan dalam pemahaman strategi itu sendiri.

1. Kerja Intelijen yang telah disebar oleh Rasulullah di setiap penjuru jazirah Arab.

Perlu kita garis bawahi, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam hanya akan maju ke medan perang jika beliau memiliki data-data yang akurat tentang kondisi musuh, jumlah mereka, kekuatan militer mereka, pos-pos militer mereka, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan musuh.

Kenapa begitu???

Ini penting. Karena dengan mengetahui kondisi musuh itu akan menentukan strategi medan seperti apa yang akan disusun nanti.

Dalam perang-perang besar yang sifatnya defensif, jumlah pasukan musuh rata-rata lebih banyak dari jumlah pasukan Islam. Di Badar, Uhud, apalagi Ahzab yang merupakan koalisi beberapa kabilah Arab.

Secara manusiawi, jumlah yang tak berimbang seperti ini akan memberikan efek down atau mungkin takut pada tubuh pasukan Islam. Tapi nyatanya Rasulullah dan pasukan Islam tidak gentar. Itu karena strategi lapangan yang disusun berdasarkan data intelijen sudah sangat matang. Sehingga Rasulullah dan pasukan Islam yakin akan menang, dengan perhitungan strategi itu, sekalipun jumlah mereka jauh lebih sedikit.

Jadi kita tahu, pada perang Uhud, Rasulullah tidak akan memakai strategi lapangan dengan menaruh 50 pasukan pemanah diatas bukit, untuk mengantisipasi serangan dari balik bukit, kalau beliau tidak mengetahui kondisi lawan dan medan yang mau dipakai bertempur. Nah, disinilah kerja intelijen Rasulullah.

Dan itu terjadi pada semua perang-perang lainnya, apakah itu sariyah atau ghazwah.

Rasulullah tidak akan mengutus sariyah untuk memerangi bani Asad jika tidak ada mata-mata yang mengabarkan bahwa mereka telah berencana hendak menghancurkan Madinah.

Rasulullah tidak akan pergi ke Daumah Jundal, jika beliau tidak mendapatkan informasi dari intelejennya, bahwa ada beberapa kabilah yang akan menghadang kafilah kaum muslimin disana.

Rasulullah tidak akan mengutus Muhammad bin Salamah ke Dzil Qishah, kalau beliau tidak mendapatkan informasi dari intelejennya bahwa disana ada orang Arab Badui yang hendak menyerang Madinah.

Rasulullah tidak akan memerangi bani Tsaqif dan Hawazin di Hunain jika tidak ada intelejen yang mengabarkan pada beliau bahwa kedua kabilah itu dengan dibantu beberapa kabilah lainnya telah merencanakan penyerbuan pasukan Islam pasca Fathu Makkah.

Karena itulah kesimpulannya adalah, Rasulullah tidak akan maju ke medan perang atau mengutus sariyyah jika tidak mendapatkan informasi dari intelejen yang beliau pasang.

Jaringan intelejen Rasulullah ada dua bentuk :

- Intelejen tetap. Ini memang sengaja ditempatkan pada daerah-daerah tertentu. Seperti Abbas bin Abdul Muthallib di Makkah dan Abdullah bin Hadzrad al-Aslami sebagai mata-mata tetap di Hawazin, dll.

- Intelejen tidak tetap. Intelejen ini dikirim saat dibutuhkan. Rasulullah memiliki intelejen-intelejen handal seperti Ali bin Abi Thalib, Zubair bin Awwam, Hudzaifah bin Yaman, Abdullah bin Jahsy. Mereka adalah intelijen hebat yang dimiliki oleh Rasulullah. Berita yang mereka dapat selalu akurat dan tepat.

2. Pengiriman Sariyyah

Jumlah sariyah sebagaimana tadi telah disebutkan ada 48. Setidaknya ada pertanyaan menarik, kenapa jumlah sariyah lebih banyak dari jumlah ghazwah???

Perlu kita garis bawahi juga, bahwa sariyah ini adalah sebuah perang yang juga merupakan sebuah setrategi untuk keberhasilan perang-perang besar.

Tujuan sariyyah itu bermacam-macam…

Show of power and existence. Dengan sebuah sariyyah, Rasulullah ingin menunjukkan (khususnya kepada orang Quraisy) tentang keberadaan (eksistensi) pemerintahan baru, yaitu Islam. Sariyah dengan tujuan seperti ini, biasanya pada bentrokan-bentrokan awal sebelum perang Badar.

Embargo Ekonomi. Jelas, tujuan dari penghadangan kafilah-kafilah dagang Quraisy yang melewati sekitar Madinah adalah untuk mengembargo ekonomi mereka. Sehingga ketika ekonomi mereka lemah akan menyebabkan kekuatan militer juga lemah. Saryyah dengan tujuan seperti ini biasanya ada pada awal-awal hijrah, yaitu dari sebelum perang Badar sampai sebelum perang Uhud. Setelah itu, tujuan sariyyah yang seperti ini tidak kita temui.

Pencitraan dan pengembalian pamor.
Jelas, pamor kehebatan sebuah negara itu perlu dijaga dan opini tentang kebesaran sebuah pemerintahan itu perlu disebarkan. Dan salah satu caranya adalah dengan mengirim sariyah. Sariyah seperti ini dilakukan oleh Rasulullah jika pasukan Islam dinilai kalah dalam sebuah perang besar. Seperti setelah perang Uhud, Mu'tah, dll.

Disitulah peran sariyah kaitannya dengan ghazwah. Ibarat lautan, sariyyah itu adalah ibarat riak-riak gelombang kecil yang mengabarkan pada setiap orang bahwa suatu saat bisa berkumpul menjadi satu tenaga dan kekuatan hebat sehingga menghasilkan gelombang besar.

3. At-Taktik Al-Maidani (Strategi Lapangan)

Menganalisa informasi itu lebih penting daripada informasi itu sendiri. Proses dari sebuah informasi yang didapat dari intelijen sehingga menjadi sebuah strategi medan membutuhkan kejelian dan ketelitian. Dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mampu melakukan itu dalam setiap perang-perangnya.

Misalnya adalah dalam perang Uhud. Perang Uhud merupakan kemenangan intelejen dan strategi lapangan, tapi kekalahan tentara.

Strategi lapangan yang sangat menarik adalah perang Fathu Makkah. Kedatangan pasukan Islam di Makkah tanpa perlawanan yang berarti dari masyarakat Quraisy merupakan dimensi keberhasilan strategi lapangan, intelijen sekaligus sariyah. Berikut adalah uraiannya :

VISI PENAKLUKKAN KOTA MAKKAH
====================
Menguasai Makkah tanpa pertumpahan darah. Strategi Penaklukkan Kota Makkah. Serangan mendadak dan serentak dengan tidak memberi kesempatan pada musuh untuk membela diri, sehingga bagi mereka hanya ada satu pilihan, yaitu: menyerah tanpa pertumpahan darah.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengintruksikan untuk menjaga seluruh akses ke Makkah dan menangkap siapa saja yang mencurigakan. Operasi ini dipimpin oleh Umar bin Khattab.

Rasulullah menghimpun seluruh kekuatan ummat Islam dari kabilah-kabilah lain di Arab seperti: Asyja', Ghaffar, Sulai, Muzayyanah, Juhainah dan Ghatafan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : "Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya pada bulan Ramadhan ini datang ke Madinah". Jumlah pasukan yang terhimpun mencapai 10.000 sampai 12.000 orang.

Menjatuhkan mental orang-orang Quraisy. Itu dilakukan Rasulullah ketika sampai di daerah Juhnah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menyuruh para tentara untuk menyalakan api pada malam hari.

Menebar opini kebesaran Islam ke tubuh musuh. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengutus pamannya, Abbas bin Abdul Muthallib untuk menyebarkan opini kebesaran tentara Islam agar mereka bertambah takut. Sebagaimana ungkapan Abu Sufyan kepada pemimpin mereka, Abu Sufyan : "Celaka engkau, hai Abu Sufyan!! Rasulullah ada di tengah-tengah kita! Akan celaka semua orang Quraisy jika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam masuk Makkah dengan kekerasan!!!"

Penaklukkan pemimpin musuh dulu. Hal itu terbukti dengan masuknya Abu Sufyan dalam Islam setelah dibawa Abbas menemui Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.

Membagi tentara dengan tepat. Zubair bin 'Awwam di sayap kiri dan Khalid bin Walida di sayap kanan yang mana pasukan mereka berasal dari ummat Islam di luar Madinah. Dan mereka berdua sudah dikenal sebagai panglima hebat di tanah Arab. Abu Ubaidah bin Jarrah memimpin kaum Muhajirin, lantaran ia adalah seorang muhajirin dan Sa'ad bin Ubadah memimpin kelompok Anshar karena ia memang tokoh yang dituakan di kalangan mereka. Hal ini akan menambah semangat masing-masing kelompok tentara Islam karena dipimpin oleh orang yang tepat atau orang dari kelompoknya.

DIMENSI KEBERHASILAN STRATEGI PENAKLUKKAN KOTA MAKKAH
=====================
Pada malam kesepuluh Ramadhan tahun 8 Hijriyah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersama pasukan Islam tiba di Dzahran yang berjarak 4 farsakh dari Makkah tanpa diketahui oleh orang Quraisy.

Orang-orang Quraisy ketakutan dengan berita yang dibawa Abbas serta mereka berhamburan mencari perlindungan setelah mendengarkan instruksi dari Abu Sufyan untuk berlindung di rumah mereka masing-masing, di dalam Masjidil Haram atau masuk rumah Abu Sufyan.

Rencana untuk menaklukkan Makkah tanpa pertumpahan darah berjalan sesuai rencana. Keempat pasukan Islam yang dibentuk Rasulullah berhasil memasuki Makkah tanpa perlawanan dari kaum Quraisy, kecuali pasukan sayap kana yang dipimpin Khalid bin Walid yang mendapat perlawanan dari Ikrimah bin Abu Jahal, Shafwan bin Umayyah dan Suhail bin Amr.


(KabarDuniaIslam/ALS)

No comments:

Post a Comment