Imam Muslim meriwayatkan dari Zaid bin Salam, sesungguhnya ia mendengar Abu Salam mengatakan:
"Nu'man bin Basyir bercerita kepadaku,"Suatu hari aku berada di dekat mimbar Rasulullah SAW, tiba-tiba saja aku mendengar seorang laki-laki berkata,"Aku tidak peduli apakah seseudah Islam aku melakukan suatu amal atau tidak, kecuali memberi minum orang-orang yang sedang berhaji".
Laki-laki yang lain menyahut,"Kalau aku tidak peduli apakah sesudah Islam, aku melakukan amal atau tidak, kecuali memakmurkan Masjidil Haram". Yang lain lagi mengatakan,"Jihad fie sabilillah itu lebih baik daripada apa yang kalian katakan".
Mendengar perdebatan itu Umar menegur mereka dan berkata,"Jangan kalian meninggikan suara kalian di dekat mimbar Rasulullah SAW". Pada waktu itu memang hari Jumat. Selesai shalat Jumat, aku menemui Rasulullah SAW untuk meminta fatwa mengenai perselisihan tersebut. Maka kemudian Allah menurunkan ayat:
أَجَعَلْتُمْ سِقَايَةَ الْحَاجِّ وَعِمَارَةَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ كَمَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَجَاهَدَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۚ لَا يَسْتَوُونَ عِنْدَ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
Apakah (orang-orang) yang memberi minuman orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidilharam kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta berjihad di jalan Allah? Mereka tidak sama di sisi Allah; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.
(At-Taubah:19)
Sesungguhnya jihad lebih utama dari pada memakmurkan Masjidil Haram dan lebih utama dari pada membangun dan beribadah di dalamnya.
Barangkali kalian masih ingat bait-bait syair Abdullah Ibnul Mubarak ketika sedang beribath di negeri Thartus atau Mashihah -salah satu negeri yang terletak antara Rum dan Syam- yang beliau tulis untuk seorang Qadhi yang wara' dan alim serta ahli ibadah dan ahli hadits, yang pernah menolak menemui Sulthan di rumahnya. Suatu malam Khalifah Harun ar-Rasyid mengetuk pintu rumahnya, maka ia bertanya,"Siapa yang ada di pintu itu?". Para pengawal Khalifah menjawab,"Amirul Mukminin Harun". Lantas Sang Qadhi berujar,"Aku tidak punya urusan dengannya pada malam ini, biarkanlah aku (beribadah) dengan Rabbku". Ia menolak membukakan pintu rumah untuk mereka. Itulah Qadhi Fudhail bin 'Iyadh.
Abdullah Ibnul Mubarak mengirim kepada Qadhi Fudhail bin 'Iyadh bait-bait syair berikut:
يا عابدَ الحرمين لَوْ أبْصَرْتَنا ... لَعَلمْتَ أنكَ في العبادِة تلعبُ
من كان يخضب خدَّه بدموعِه ... فَنُحورنا بدمائنا تَتَخضَّب
أو كان يُتْعِبُ خَيْلَه في باطلٍ ... فخُيولنا يومَ الصبِيحة تَتْعبُ
ريحُ العبيرِ لكم ونحنُ عبيرُنا ... وَهجُ السنابِك والغبارُ الأطيبُ
ولَقَد أتانا من مَقَالِ نبينا ... قول صَحيح صادق لا يَكْذبُ
لا يستوي وَغُبَارَ خيل الله في ... أنف امرئ ودخانَ نار تَلْهَبُ
هذا كتاب الله يَنْطق بيننا ... ليس الشهيدُ بمَيِّت لا يَكْذبُ
Hai orang yang beribadah di Haramain -Masjidil Haram dan Masjid Nabawi-
Jika engkau melihat kami, niscaya engkau tahu bahwa engkau bermain-main dengan ibadah
Kalau orang pipinya basah oleh linangan air matanya, maka leher kami basah oleh tetesan darah
Atau kudanya penat untuk hal-hal yang sia-sia, maka kuda-kuda kami penat dalam sengitnya pertempuran
Bau harum wewangian untuk kalian, sedang wewangian kami adalah kepulan debu yang diterbangkan kaki-kaki kuda
Kepulan debu yang terbang oleh injakan kaki-kaki kuda adalah wewangian kami, dan ia adalah hembusan angin yang terasa wangi bagi kami. Sedangkan hembusan angin yang enak bagi kalian adalah hawa yang segar dan wangi.
Apakah engkau memperhatikan, jika engkau melihat kami, pastilah engkau tahu bahwa sebenarnya ibadah kalian hanyalah main-main dan sendau gurau. Ya benar, ketika malam datang, engkau merasa nikmat bermunajat dengan Rabbmu.
Cucuran air mata dianggap main-main, apabila tempat-tempat suci diinjak-injak, dan hal-hal yang haram dilanggar, sementara engkau hanya diam saja. Sendau gurau macam apa lagi yang lebih besar dari perbuatan seorang laki-laki yang membiarkan pencuri tidur dengan istrinya, sementara ia shalat malam di kamar yang bersebelahan dengannya? Bukankah ini merupakan sendau gurau dan main-main yang dimurkai Rabbul 'Alamin dan dipandang hina oleh setiap orang mukmin??
Tatkala surat yang berisi bait-bait syair itu sampai kepda Fudhail bin 'Iyadh, maka menangislah beliau seraya berkata,"Benar apa yang diakatakan Abu Abdurrahman, dia telah memberikan nasehat". Selanjutnya dia mengatakan,"Ketika masalah ribath dibicarakan dihadapan Imam Ahmad, maka beliau menangis dan kemudian mengatakan,"Tidak ada amal kebaikan yang lebih afdhal dari pada itu-ribath-".
sorce: Tarbiyah Jihadiyah 9. Dr. Abdullah 'Azzam. Pustaka al-'Alaq:SOLO
(Daulah Khilafah Islamiyyah/
No comments:
Post a Comment