Tentu saja, dengan kekayaannya, sang raja sangat mampu membangun istana megah di kuburnya itu sebagai lambang keperkasaan, seperti kubur-kubur mewah di Nusantara kita.
Tetapi tidak, biarlah sang raja yang telah menghafal al-Qur’an saat berumur 10 tahun dan menghafal matan kitab-kitab tauhid dan mutun ilmiah lainnya itu seperti rakyatnya di tempat dan tanah yang sama.
Tak ada semen, tak ada keramik-keramik mahal yang menyelimuti tanah gundukannya. Hanya dua papan kayu yang menghujam.
Tak ada nama dan tulisan bahwa kuburnya adalah kuburan seorang raja. Semua kuburan berbentuk dan berukuran sama. Tak ada pemakaman khusus. Semuanya sama disejajarkan dengan para rakyat jelatanya.
Sungguh, semuanya sunyi dari keharaman dan begitu sederhana untuk kuburan seorang pemimpin.
Terima kasih wahai pelayan kaum muslimin di seluruh dunia. Engkau berjasa dan di akhir hayatmu engkau telah mengajarkan sebuah kesederhanaan. []
__
Foto: beberapa page timur tengah
__
Foto: beberapa page timur tengah
No comments:
Post a Comment