Wednesday, November 28, 2012

Ulama Wahabi – Salafi Mensifati Allah dengan Sifat Bosan, Astaghfirullah…!

Ulama Wahabi – Salafi Mensifati Allah dengan Sifat Bosan, Astaghfirullah…!


Oleh: Ibnu Abdillah Al-Katibiy

Sterilkan hatimu dari faham WahabiSeorang ulama wahabi-salafi, pengikut paham Muhammad bin Abdul Wahhab dan yang selalu diagung-agungkan oleh para pengekornya yaitu Muhammad bin Sholeh bin Utsaimin mengeluarkan fatwa yang cukup berani dan lancang tentang kemaha sucian Allah Swt. Dengan bangga dan tanpa rasa malu ia berani mengatakan bahwa Allah Swt memiliki sifat bosan atau malas. Lagi-lagi didasari salah fatal di dalam memahami makna hadits Nabi Saw.
Berikut petikan fatwanya dalam kitab kumpulan fatwa-fatwanya sendiri yang berjudul “ Fatawi Al-Aqidah “ cetakan Darul Jeil Bairut tahun 1414 H, halaman : 51 -52 :
س: هل نفهم من حديث “إن الله لا يمل حتى تملوا”- متفق عليه- أن الله يوصف بالملل؟
الجواب: من المعلوم أن القاعدة عند أهل السنة والجماعة أننا نصف الله تبارك وتعالى بما وصف به نفسه من غير تمثيل ولا تكييف، فإذا كان هذا الحديث يدل على أن لله مللا فإن ملل الله ليس كمثل مللنا …فإنه ملل يليق به عز وجل ولا يتضمن نقصا بوجه من الوجوه
Terjemahnya :
Soal : Apakah kita boleh memahami hadits ini “ Sesungguhnya Allah tidak akan merasa bosan terlebih dahulu hingga kalianlah yang merasa bosan terlebih dahulu “, bahwa Allah boleh disifati dengan sifat bosan ?
Jawab : Sudah maklum bahwa kaidah menurut Ahlus sunnah waljama’ah bahwa kita boleh mensifati Allah Swt dengan apa yang Allah mensifati diri-Nya tanpa perumpamaan dan bagaimananya. Maka jika hadits ini menunjukkan bahwa Allah memiliki sifat bosan, maka sifat bosan Allah tidak seperti sifat bosan kita. Sifat bosan Allah adalah sifat bosan yang layak bagi Allah Swt dan tidak mengandung kekurangan dari segi manapun “.
Sekarang kita tengok pendapat para ulama Ahlus sunnah waljama’ah yang sebenarnya ( Ulama Aswaja yang asli ) :
- Seorang ulama yang mendapat jabatan Amirul mukminin fil hadits (Masternya ahli hadits) Al-Imam Ibnu Hajar Al-Atsqalani di dalam mengomentari hadits tersebut dalam kitab Fathul Barinya :
( قوله: (لا يمل الله حتى تملوا) هو بفتح الميم في الموضعين، والملال استثقال الشيء ونفور النفس عنه بعد محبته، وهو محال على الله تعالى باتفاق. قال الإسماعيلي رحمه الله وجماعة من السلف المحققين : إنما أطلق هذا على جهة المقابلة اللفظية مجازا.
Hadits Nabi Saw “ Sesungguhnya Allah tidak akan merasa bosan terlebih dahulu hingga kalianlah yang merasa bosan terlebih dahulu “ dengan difathah huruf mimnya di dalam dua tempat.
Bosan adalah merasa berat atas sesuatu dan larinya jiwa darinya setalah mencintainya. Maka dengan sepakat hal ini mustahil bagi Allah Swt. Al-Isma’ili dan sekelompok ulama salaf berkata “ Sesungguhnya digunakan kata seperti itu dari segi penyesuaian lafadz adalah hanya sekedar majaz/kiasan (bukan hakekatnya)“.
- Pendapat ulama ahli tafsir, imam Qurthubi :
قال القرطبي : وجه مجازه أنه تعالى لما كان يقطع ثوابه عمن يقطع العمل ملالا عبر عن ذلك بالملال من باب تسمية الشيء باسم سببه
“ Arah majaznya bahwasanya Allah Swt ketika memutus pahala dari orang yang memutus amal karena bosan / malas, digunakan dengan kata bosan atau malas adalah karena segi penamaan sesuatu dengan nama sebabnya “.

(Fathul Bari hal : 126)
- Pendapat imam Nawawi :
قَوْله صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ( فَإِنَّ اللَّه لَا يَمَلّ حَتَّى تَمَلُّوا
هُوَ بِفَتْحِ الْمِيم فِيهِمَا ، وَفِي الرِّوَايَة الْأُخْرَى : ( لَا يَسْأَم حَتَّى تَسْأَمُوا ) وَهُمَا بِمَعْنًى قَالَ الْعُلَمَاء : الْمَلَل وَالسَّآمَة بِالْمَعْنَى الْمُتَعَارَف فِي حَقّنَا مُحَال فِي حَقِّ اللَّه تَعَالَى ، فَيَجِب تَأْوِيل الْحَدِيث . قَالَ الْمُحَقِّقُونَ : مَعْنَاهُ لَا يُعَامِلكُمْ مُعَامَلَة الْمَالِّ فَيَقْطَع عَنْكُمْ ثَوَابه وَجَزَاءَهُ ، وَبَسَطَ فَضْله وَرَحْمَته حَتَّى تَقْطَعُوا عَمَلكُمْ
Sabda Nabi Saw “ Sesungguhnya Allah tidak akan merasa bosan terlebih dahulu hingga kalianlah yang merasa bosan terlebih dahulu “. Dengan fathah huruf mimnya. Dalam riwayat lain Nabi bersabda “ Tidaklah Allah malas sampai kamu malas “. Keduanya bermakna sama.
Bosan dan malas satu makna yang sama yang ada pada diri kita dan mustahil bagi Allah Swt, maka hadits tersebut wajib ditakwil. Para ulama muhaqqiq berkata “ Makna hadits tersebut adalah “ Bahwa Allah tidak akan bermuamalah dengan kalian jika kalian malas atau bosan, maka Allah akan memutus pahala dan ganjaran-Nya. Dan Allah membentangkan keutamaan dan rahmat-Nya sampai kalian memutus amal kalian “.

Catatan :
- Lagi-lagi para pengikut Muhammad bin Abdul Wahhab tidak pandai di dalam memahami hadits-hadits Nabi Saw yang mutasyabih. Hanya mengandalkan dhahirnya makna maka mereka terjerumus dalam tasybih dan tajsim.
- Mereka ( wahabi ) telah menyalahi pendapat mayoritas ulama ahlu sunnah waljama’ah dalam makna hadits tersebut dan hadits-hadits lain yang semisalnya.
- Apakah para ulama ahlus sunnah tidak memahami sifat-sifat Allah Swt sehingga tidak bisa memahami hadits tersebut di atas ? dan datang di akhir zaman ini ulama yang lebih memahami sifat-sifat Allah ketimbang ulama-ulama besar sebelumnya ?
- Siapakah yang kalian ( Salafi Wahabi ) ikuti, ulama besar seperti Imam Ibnu Hajar sang master ahli hadits, imam Nawawi, imam Qurthubi dan yang lainnya dari ulama Ahlus sunnah walama’ah ataukah mereka yang mengaku-ngaku pengikuit salaf belakangan ini ?
 —

No comments:

Post a Comment