Saturday, March 16, 2013

Risalah dari Nusa Kambangan

 Risalah dari Nusa Kambangan (Bagian 3) : Pelantun Al Jihad Sabiluna


Azza Jamilah Untuk Al-Mustaqbal.net

Alhamdulillah, menerima risalah lagi ! Bagi anak muda yang lahir mulai era 1990-an, risalah atau surat mungkin hanya bermakna pemberitahuan dalam tulisan tangan seperti surat undangan pernikahan. Mungkin mereka akan mengkerutkan dahi seraya berpikir, “Ribet amat !” .Hal ini tentu disebabkan karena mereka telah terbiasa menggunakan fasilitas telpon, SMS, email dan lain sebagainya. Jadi, membayangkan orang harus menulis dulu, pergi/minta tolong orang agar mengirimnya lewat jasa pengiriman dan kemudian menunggunya yang kadang memakan waktu berhari-hari hingga sampai kepada orang/pihak yang dituju adalah sesuatu yang ribet,tidak praktis.

Tapi itu berbeda dengan para jurnalis al-mustaqbal.net , khususnya yang lahir jauh sebelum era 1990-an. Ada nuansa indah ketika menerima risalah, keindahannya terasa berbanding lurus dengan lamanya menunggu risalah itu sampai di tangan. Dan nuansa keindahannya jadi terasa bertambah, ketika risalah yang dinanti itu bukan hanya berisi kabar dari seorang saudara, tetapi juga berisi pelipur lara dan pengobar semangat.

Maka, begitu risalah yang berasal dari seorang saudara di Nusa Kambangan dan sejatinya merupakan risalah ketiga yang kami terima, kami segera menghadiahkannya kepada pembaca dengan harapan nuansa keindahan dan kobaran semangatnya segera sampai. Dan, inilah risalah yang ketiga itu ;

Risalah dari Nusa Kambangan,

Saudaraku, Ikhwan tauhid wal jihad…

Waktu terus berlalu, tauhid tetap di dada. Jihad pun terus berlanjut. Tidak ada yang berubah, tidak ada kompromi dan tidak ada jeda, meski mejadi seperti Sayyid Quthub, Syekh Abdullah Azzam dan Kartosuwiryo di akhir hayat…Sungguh ini bukan aib dan tabu…

Generasi awal, kini dan akan datang silih berganti, saling menyambut estafet misi dan tujuan yang sama , hanya saja segelintir pecundang dengan kerusakan yang besar membuat perjuangan ini tidak diberkahi, nyaris tenggelam untuk selamanya, tinggalah Islam di persimpangan jalan, di tengah kesuburan sekuleris, liberalis, nasionalis, demokratis dan dogma-dogma, materialis, dan lainnya. Ini bukan wacana dan informasi dusta, tapi fakta real, hari inipun di saat kita berbicara Jihad Global, geliat dan eksistensi kekafiran tersebut masih di atas angin, hampir-hampir iman kita pun dibuat oleng dan terputus dari hidayah. Waliyadzubillah.

Saudaraku…

Kita sadar dan akui atas kelemahan dan keteledoran bukan berarti berhenti, apa lagi lari dari arena ini (arena Jihad Global) karena musuh pantang lari dari kekafirannya, mereka “istiqomah” membunuh dan meruntuhkan agamamu, kesalahan dan keteledoran bagi mereka adalah dosen, bukan lagi sekedar guru biasa baginya. Adapun dengan kita, menjadi kebiasaan menganggap “kesalahan dan keteledoran” hal lumrah “human eror” tanpa evaluasi sedikitpun. Tragis dan ironi sekali, bukan sadar lalu mengevaluasi malahan menjadi pecundang, lari dari tugas laki-laki lalu menghandle tugas istri sebagai pengurus dapur dan anak-anak, bahkan tanpa malu-malu dengan diplomatisnya, “Bagi-bagi tugas”. Tugas apa yang dimaksud wahai pembual dan penjual “Jihad Global” ?

Deretan Bani Abbas (generasi Nasir Abbas) tanpa sadar, kian hari semakin bermunculan dengan beraneka kebusukan dan syubuhat, mereka sadar atau tidak…telah menodai Jihad Global itu sendiri dan menunda “Futuh”.

Kemenangan ummat tidaklah dibangun atas mimpi dengan bumbu-bumbu teoritis dan tenggelam di atas hayalan belaka, apalagi di atas dolar dan keringat pembual dan pecundang. Sungguh tidak ada rumus Islam tegak dengan jasa Abu Jahal dan keringat Abdullah bin Ubay dan teoritis Muhammad Abduh dan Jamaludin Al-Afghoni dengan PAN Islamisnya. Sungguh tidak dengan lumuran air mata buaya dan darah kotor kaum Klaimer Islamis termasuk Jihadis dusta di bumi al-Aqsho, jihadis kompromistis dengan musuh-musuh dari kaum Nasionalis, Mahmud Abbas, musuh dari garis keturunan Abdullah bin Saba’ (Syi’ah) dan musuh darah biru kera, agama asli Abdullah bin Saba’ yaitu Yahudi. Jihadis penjual Al-Aqsho, berdusta di atas Ka’bah demi perdamaian palsu yang digagas oleh Salul atas dorongan kecintaannya sesama thogut dan Fir’aun kawasan. Sesama penjual kiblat ummat. Aduhai, sungguh jihadmu ternodai oleh kepalsuan dan kesyirikan demokrasimu, sungguhpun jihadmu bukan penghalang dari kekafiran..

Saudaraku, Ikhwah fillah…

Kita belum terlambat, waktu yang tersedia sama dengan porsi waktu yang dimiliki musuh, jika musuh dengan waktu yang dimilikinya begitu ekstra dan kerja keras untuk mengungguli kita , untuk segalanya. Demi hegemoni Amerika, Israel Raya, thogut dan Fir’aun State, lalu dengan kita, terobosan apa yang kita buat dengan waktu yang ada ? Tumbal apa yang sudah kita berikan untuk Allah, Rasul-Nya dan untuk kemajuan, kejayaan dien dan kaum Muslimin ? Sudah sejauh mana andil kita untuk kelangsungan jihad global ? Jawablah dengan jujur wahai para pengusung agama langit, Millah Ibrahim dan pelantun AL-JIHAD SABILUNA !

Saudaraku Ikhwah Fillah…

Jihad Global sedang berlangsung, pertarungan ideologi tetap untuk selamanya selagi iblis dan ajarannya masih eksis…kelangsungan Jihad Globallah yang akan menutup pintu fitnah (kesyirikan dan kekufuran), cepat atau lambat…Adapun kita tulang punggung Jihad Global itu sendiri, tanpa melempar tanggung jawab kepada pihak lain, apa lagi kepada musuh meski dengan alasan “Tholabun-Nushroh”. Syubuhat yang menjadi andalan pihak optimistis “Khilafah” gratis tanpa keringat apa lagi darah…

Yaa Rijaalul ummah, Pengusung kalimat “Tidak ada Islam tanpa tauhid. Tidak ada Islam tanpa jihad dan tidak ada khilafah tanpa tauhid dan jihad.”

Pengusung firman Allah swt; “Kutiba ‘alaikumul qitaal…”

Juga ;

“Maka berperanglah engkau (Muhammad) di jalan Allah, engkau tidaklah dibebani melainkan atas dirimu sendiri. Kobarkanlah (semangat) orang-orang beriman (untuk berperang). Mudah-mudahan Allah menolak (mematahkan) serangan orang-orang yang kafir itu. Allah sangat besar kekuatan(-Nya) dan sangat keras siksa(-Nya).” (QS.An-Nisa ; 84)

Mujahid, mujadid dan pengusung Jihad Global di era globalisasi ini, Syekh kita dan legenda terbaik abad ini, Abu Abdillah Usamah bin Laden, menitipkan kalimat sekaligus ilmu politik untuk kita “Keterlambatan akan menyebabkan hilangnya kesempatan, sebaliknya, tergesa-gesa sebelum saatnya hanya akan menambah jumlah beban.” Wallahu A’lam.

Bersambung, InsyaAllah…

Nusa Kambangan

24 Robi’ul Akhir 1434 H/07 Maret 2013
Bung Irhab


(KabarDuniaIslam/al-mustaqbal.net)

No comments:

Post a Comment