Penulis : Menteri Urusan Perang Daulah Islam Iraq, Syaikh Abu Hamzah Al-Muhajir (rahimahullah)
Gambaran dalam Perang Ahzab adalah sebagai berikut:
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabat yang mulia menggali parit untuk menghalang-halangi musuh dan itu atas saran dari Salman Al-Farisi radhiyallahu 'anhu (di negeri Persia jika kami dikepung kami menggali parit sebagai benteng pertahanan). Kemudian pasukan muslim mendirikan kamp-kamp di belakang parit. Jumlah mereka sekitar 1000 tentara. Ini insya Allah pendapat terkuat, berbeda dengan pendapar mayoritas ahli sirah nabawiyah. Pendapat ini berdasarkan banyak dalil yang di sini bukan tempat untuk memaparkannya.
Syaikhul Islam mengatakan, “Jumlah kaum Muslimin pada perang Badar 313 orang. Perang Uhud sekitar 700. Perang Khandaq lebih dari 1000 atau mendekati 1000. Mereka menghadapi ribuan orang-orang musyrik dari bangsa Arab. Mereka bertekad memasuki Madinah dan menghabisi kaum Muslimin. Kemudian tiba-tiba, kaum Muslimin dikejutkan dengan munculnya musuh dari belakang mereka yang mengancam mereka dengan menampakkan permusuhan dalam bentuk yang paling buruk, mereka adalah Yahudi Bani Quraizhah.”
Al-Hakim dan Al-Baihaqi meriwayatkan hadits dari Hudzaifah ra, ia berkata, “Sungguh pada perang Ahzab saya melihat kami berbaris sambil duduk. Sementara Abu Sufyan dan pasukannya berada di atas kami. Sedangkan Yahudi Bani Quraizhah berada di bawah kami. Kami mengkhawatirkan anak-anak kami dari serangan mereka.”
As-Sa’diy rahimahullah mengatakan, “Mereka mengepung Madinah. Keadaan waktu itu sangat genting. Kami diselimuti ketakutan yang amat sangat sampai banyak sahabat yang menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam purbasangka ketika melihat keadaan yang amat genting. Selesai perkataan As-Sa’diy rahimahullah.
Kaum Muslimin ditimpa ketakutan dan kelaparan yang amat sangat sampai Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyerukan kepada para sahabat, “Siapa orangnya yang mau bangkit, melihat apa yang dilakukan orang-orang musyrik.” Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjamin, apabila kembali dengan membawa berita tentang apa yang diperbuat orang-orang musyrik, bahwa Allah akan memasukannya ke surga. Tapi tidak ada satupun sahabat yang bangkit. Kemudian beliau shallallahu 'alaihi wa sallam shalat malam cukup lama. Beliau menoleh kepada kami, usai shalat, bersabda, “Siapa orangnya yang mau bangkit, melihat apa yang dilakukan orang-orang musyrik lalu kembali.” Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mensyaratkan harus kembali. “Saya memohon kepada Allah agar ia menjadi temanku di surga.” Tapi tidak ada satupun sahabat yang bangkit karena rasa takut, lapar dan dingin yang amat sangat.
Karena tidak ada satupun yang bangkit, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memanggilku. Saya tidak bisa berbuat apa-apa ketika beliau memanggilku. Ketika keadaannya sangat mencemaskan dan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengkhawatirkan keselamatan anak-anak dan kaum wanita dari serangan Yahudi Bani Quraizhah karena tidak ada kekuatan militer standar yang bisa melindungi mereka. Atau, supaya jangan sampai tangan-tangan najis mereka bisa menjamah kaum Muslimin dari belakang, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam hendak memecah belah pasukan sekutu musyrikin. Maka beliau mengirim utusan ke Ghathafan untuk bernegosisasi agar mundur dan meniggalkan medan perang dengan sepertiga buah-buahan Madinah sebagai imbalannya. Proses tawar-menawar pun terjadi untuk menggolkan maksud tersebut. Dan beliau meminta saran kepada Sa’d bin Mu’adz, pemimpin Aus, dan Sa’d bin Ubadah, pemimpin Khazraj. Keduanya mengatakan, “Demi Allah kami tidak akan memberikan apapun kepada mereka kecuali pedang.” Beliaupun setuju dengan keduanya. Beliau bersabda. “Ini saya lakukan demi kalian ketika saya melihat seluruh bangsa Arab membidik kalian dari satu busur.” Kemudian, setelah 20-an malam berlalu tibalah jalan keluar dari Allah SWT.
( يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ جَاءتْكُمْ جُنُودٌ فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ رِيحاً وَجُنُوداً لَّمْ تَرَوْهَا وَكَانَ اللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيراً )
“Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan nikmat Allah (yang telah dikurniakan) kepadamu ketika datang kepadamu tentara-tentara, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang tidak dapat kamu melihatnya. Dan adalah Allah Maha Melihat akan apa yang kamu kerjakan.” [QS. Al-Ahzab (33): 9].
Itu karena kejujuran iman, kebagusan bala ujian dan kesabaran mereka dalam menghadapi perintah Allah dan ketawakalan mereka kepada-Nya.
(وَلَمَّا رَأَى الْمُؤْمِنُونَ الْأَحْزَابَ قَالُوا هَذَا مَا وَعَدَنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَصَدَقَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَمَا زَادَهُمْ إِلَّا إِيمَاناً وَتَسْلِيماً)
“Dan tatkala orang-orang mukmin melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata: "Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita." Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan.” [QS. Al-Ahzab (33): 22].
Sudah seharusnya Anda mengetahui bahwa kaum Muslimin sebenarnya belum siap, dari sisi ekonomi, untuk menghadapi pertempuran sengit atau sudah siap tapi mereka tidak punya bekal cukup atau sekadar bisa bertahan hidup saja tidak ada.
Mereka mulai menggali parit. Padahal mereka tidak punya makanan yang bisa dimakan dan bisa mengganjal rasa lapar, meskipun mereka adalah kaum petani. Namun mereka sudah disibukkan dengan urusan jihad bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Ada keterangan valid berkaitan dengan sebab turunnya firman Allah Ta’ala,
( وَلاَ تُلْقُواْ بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ وَأَحْسِنُوَاْ إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ )
“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” [QS. Al-Baqarah (2): 195].
Abu Ayyub Al-Anshariy radhiyallahu 'anhu mengatakan, “Wahai manusia, kalian mena’wilkan ayat ini dengan ta’wilan semacam ini. Padahal ayat ini diturunkan berkaitan dengan kami orang-orang Anshar. Ketika Allah memuliakan dien-Nya dan memperbanyak para penolongnya sebagian kami berkata kepada sebagian lainnya secara sembunyi-sembunyi tanpa sepengetahuan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, “Sesungguhnya harta benda kita telah hilang. Seandainya kita tetap tinggal karenanya dan memperbaiki keadaan harta benda kita maka Allah tentu akan mengembalikan kepada kita apa yang telah kita tekadkan. Abu Ayyub, “Lalu Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan ayat,
( وَأَنفِقُواْ فِي سَبِيلِ اللّهِ وَلاَ تُلْقُواْ بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ )
“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan.” [QS. Al-Baqarah (2): 195].
KEBINASAAN ADALAH KETIKA TETAP TINGGAL MENGURUSI HARTA BENDA YANG KAMI INGINKAN KARENA ALLAH MEMERINTAHKAN KAMI BERPERANG.
Apa makanan mereka pada waktu itu? Dalam Shahih Bukhari, Anas radhiyallahu 'anhu mengatakan, “Para sahabat membawa segenggam penuh tepung dicampur dengan mentega basi untuk dibuat makanan. Makanan itu ditaruh di hadapan mereka yang sedang menahan rasa lapar. Makanan itu terasa menjijikan di tenggorokan dan berbau busuk. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah merasakan rasa lapar yang membuat hati kita bagaikan tersayat-sayat dan membuat air mata kita menetes. Anas radhiyallahu 'anhu mengatakan, sebagaimana dalam Shahih Bukhari, “Pada waktu kami menggali parit saat perang Khandaq ada batu cadas yang keras sekali. Para sahabat mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata, “Ada batu cadas menghalangi di parit.” Beliau, “Saya akan turun ke parit.” Kemudian beliau berdiri, sementara perut beliau diganjal dengan batu. Selama tiga hari kami tidak makan apa-apa.”
Dalam Shahih Bukhari, beliau shallallahu 'alaihi wa sallam melewati kaum Muhajirin dan Anshar yang sedang menggali parit pada waktu pagi yang dingin ketika. Ketika beliau melihat mereka tampak kelelahan dan kelaparan, bersabda, “Ya Allah sesungguhnya hidup yang sebenarnya adalah hidup di akhirat, ampunilah kaum Anshar dan Muhajirin.” Mereka menjawab, “Kamilah orang-orang yang berbaiat kepada Muhammad. Kami akan selalu berjihad selama kami masih hidup.”
Setelah ini, kami bertanya kepada orang-orang yang suka berkomentar tentang Daulah Islamiyah dengan konsep perjanjian Six Piccot: berapa luas wilayah Daulah Nabawiyah yang ada di Madinah?
Kemudian, ketika terjadi perang Ahzab, berapa luas wilayahnya, terutama setelah Yahudi Bani Quraizhah membatalkan perjanjian?
Apakah waktu itu Daulah Islamiyah masih tetap eksis? Lalu kenapa?
Apakah mungkin gambaran ini bisa menjadi batas minimal standar kekuatan yang harus dimiliki Daulah Islamiyah, pula dalam hal luas wilayahnya?
Apa ukuran luasnya pengaruh di negeri dalam naungan hukum Islam dilihat dari apa yang terjadi pada perang Uhud dan Ahzab, dimana tidak ada apapun yang bisa melindungi kaum wanita dan anak-anak dari ancaman serangan musuh dari bangsa Yahudi. Ketakutan menyelimuti seluruh pasukan sampai pada batas seorang tentara tidak ingin berdiri, meski ia sudah dijanjikan masuk surga bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam?
Apa ukuran kekuatan dan kepemimpinan setelah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melakukan tawar- menawar (negosiasi) untuk membayar sepertiga buah-buahan Madinah kepada kaum musyrikin. Namun mereka tidak merelakan meskipun hanya satu buah kurma tanpa harga yang sama pada zaman syirik?
Pertanyaannya sekarang:
Apakah Daulah Islamiyah di Iraq telah memenuhi syarat sebagai sebuah daulah dari segi luas wilayah, kekuatan, dan pengaruh bila dibandingkan dengan kondisi Daulah Nabawiyah dalam hal ujian yang dihadapi oleh kedua daulah tersebut dan perbedaan yang besar antara keduanya.
Saudaraku se-tauhid … Saya tidak akan berbicara tentang wilayah Anbar dan keperkasaannya. Bagaimana ia menghinakan kekafiran dan panjinya. Bagaimana ia meninggikan Islam dan akidahnya melalui tangan-tangan prajurit Daulah Islamiyah dan memang musuh terus mengakui akan hal itu.
Saya tidak akan berbicara tentang tempat peristirahatan Islam di Diyala dan berbagai pertempuran yang dialami penduduknya. Bagaimana mereka bisa meraih keperkasaan, pada suatu hari berpesta karena telah berhasil melepaskan diri dari cengkeraman orang-orang murtad di wilayah Ba’qubah secara umum.
Saya tidak akan berbicara tentang wilayah Mosul dan para pahlawannya. Pula, tentang substansi pengakuan si murtad Muhafizh Al-Hadda’, sang penanggung jawab, bahwa orang-orang murtad benar-benar sudah kehilangan cengkraman atas wilayah Mosul. Dia sendiri dan kelompoknya terkepung di daerah Ad-Diwasah. Dan bahwa kekuatan dan pengaruh di wilayah Mosul secara umum ada pada Daulah Islamiyah.
Saya tidak akan berbicara tentang Baghdad dan berbagai tepinya. Kenapa Al-Hakiim meminta wilayah Kurkh untuk kaum Sunni sedangkan Rashafah untuk kaum Syiah Rafidhah? Kenapa Amerika menamakan wilayah Ridhwaniyyah, Yusufiyyah dan Iskandariyyah sebagai wilayah segitiga maut? Pada waktu itu saya berkesempatan untuk mengawasi wilayah ini dan saya tahu bagaimana masuknya Amerika dan orang-orang murtad ke wilayah ini hanyalah laksana sebuah impuan yang sangat sulit tercapai.
Saya tidak akan berbicara tentang wilayah Kirkuk dan Shalahuddin serta berbagai karunia Allah yang diberikan kepada kedua wilayah ini. Bagaimana wilayah Shalahuddin bisa jatuh secara total di tangan para prajurit Daulah Islamiyah terkecuali wilayah Tikrit.
Sekarang saya hanya akan berbicara tentang wilayah terlupakan yang merupakan bagian dari wilayah Daulah Islamiyah yang masih muda tersebut, terutama sebelum para pengkhianat penjahat kafir -yang berasal dari orang-orang sebangsa dengan kami- berkonspirasi untuk menghabisi karena kedengkian dan kebencian kalau sampai manhaj salaf bisa berkuasa di bumi Allah.
Saya akan bercerita tentang Arab Jabur dan sekitarnya. Allah telah memuliakan wilayah ini dengan nikmat jihad di jalan Allah sejak hari pertama masuknya penjajah sampai bergabungnya seluruh mujahidin dan para tokohnya di bawah panji Daulah Islamiyah. Di wilayah ini saja jumlah tentara kami mencapai 3000 mujahid. Mereka menegakkan hudud (hukum Islam), mengembalikan berbagai kezaliman, menyebarkan rasa aman, dan membantu kaum papa. Itu terjadi setelah mereka terjun dalam peperangan yang sengit melawan penjajah dan antek-anteknya sehingga bisa membersihkan bumi Arab Jabur dari kotoran najis para penjajah dan mengusirnya dari sana dalam keadaan terhina dan merugi. Allah memberikan anugerah kepada mereka dengan menjadikan bumi mereka bersih dari kendaran-kendaran tempur penjajah. Kemudian membersihkan langit mereka dari pesawat-pesawat penjajah. Mereka memulai dengan menghancurkan helikopter-helikopter kemudian baru jet-jet tempur. Terakhir mereka bisa mencegah semua jenis pesawat untuk masuk ke wilayah udara mereka.
Di sini, pembantu panglima pasukan AS muncul di depan publik mengatakan dengan terus terang, “Wilayah ini (Arab Jabur) ada di luar area kekuasaan Daulah Islamiyah.” Hal itu mengundang pasukan strategis AS dan negara-negara tetangga pengkhianat yang bekerja sama dengan antek-antek mereka di Majlis Politik untuk membombardir wilayah Arab Jabur. Mereka mengumumkan wilayah itu merupakan wilayah terbakar dan diharamkan bagi setiap apa saja yang merangkak di muka bumi. Perlu diketahui bahwa area Arab Jabur dan sekitarnya jauh lebih luas dari kawasan kota Arab Jabur yang sekarang –bukan pada hari dideklarasikannya Daulah Nabawiyah.
Pertanyaannya, seandainya Daulah Islam hanya di wilayah Arab Jabur, bukankah Daulah Islam sudah bisa menjadi Daulah yang sebenarnya?
Alhamdulillah, sekarang kita bisa memberikan kabar gembira kepada umat Islam, meskipun ada pengkhianatan dari Ikhwanul Muslimin di bawah pimpinan Hizbul Islamiy dan pengkhianatan kaum Sururiyyin di Iraq di bawah pimpinan Jaisy Islamiy, –dengan daya dan kekuatan Allah- kami masih bisa menguasai banyak daerah semisal Arab Jabur, Diyala, Mosul, Kirkuk, Baghdad dan Anbar.
Kami mengakui, meskipun pahit rasanya, bahwa kami banyak mengalami kerugian dari banyak daerah pasca murtadnya beberapa jamaah bermasalah dan bergabung ke Majelis Politik (DPR) untuk perlawanan dan bergabung dengan aliansi penjajah salibis. Mereka adalah mata-mata dan pembantu terbaik bagi pihak penjajah, apalagi mereka campu baur dengan kami dan kami melihat mereka sebagai saudara seagama hingga mereka menikam kami dari belakang. Hasbunallaah wa ni’mal wakiil (Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung).
Sebagai penutup, saya ucapkan selamat kepada kaum Muslimin dan kelurga kami di negeri dua aliran sungai, terutama para tentara Daulah Islam dengan datangnya bulan Ramadhan yang penuh barakah. Segala puji bagi Allah yang telah menyampaikan kita dan kalian pada bulan yang mulia ini, bulan jihad dan istisyhad (mencari kesyahidan) di jalan Allah.
Ya Rabb, Dzat yang memiliki keutamaan dari atas langit
Puasa dan dahaga ini ikhlas hanya untuk-Mu
Para algojo musuh-musuh kami selalu menzalimi kami
Binasakanlah orang-orang kafir yang tidak pernah takut kepada-Mu yang maha Agung
Semoga Allah memberikan taufik di dalamnya amalan-amalan shalih, terbaik, tersuci dan paling sempurna. Jadilah kalian di dalamnya ruhbanul-lail (ahli ibadah di waktu malam) fursanun-nahar (penunggang kuda di waktu siang). Umat Islam menunggu-nunggu perang dan jihad kalian di bulan yang mulia ini. Sejukkan dada kaum mukminin dan perlihatkan kepada orang-orang kafir apa yang mereka takutkan. Ya Rabb kami, ampunilah dosa-dosa kami, pelampauan batas kami dalam urusan kami. Teguhkan telapak kaki kami dan tolonglaj kami untuk mengalahkan orang-orang kafir.
Saudara kalian
Abu Hamzah Al-Muhajir
****
Jangan lupakan kami dari doa baik kalian
Saudara-saudara kalian di Nukhbah Al-I’lam Al-Jihadiy
Jangan Lupakan penerjemah makalah ini dari doa-doa terbaik kalian
----- SELESAI -------
Bagian 1 bisa di baca di link dibawah ini :
https://m.facebook.com/
http://www.facebook.com/
Bagian 2 bisa di baca di link dibawah ini :
https://m.facebook.com/
http://www.facebook.com/
Bagian 3 bisa di baca di link dibawah ini :
https://m.facebook.com/
http://www.facebook.com/
LINK DOWNLOAD KITAB :
http://
No comments:
Post a Comment