NU adalah organisasi masyarakat terbesar di Indonesia. Semua kita tahu bahwa Ormas ini didirikan oleh KH. Hasyim Asy'ari rahimahullah. Akhir-akhir ini, sebagian tokoh dan masyarakat NU tidak lagi mengindahkan sikap tegas pendiri, khusunya sikap beliau terhadap aliran Syi'ah Rafidhah Imamiyah. Maka ada baiknya, kita sama-sama mengingatkan mereka, agar kembali kepada Khittah NU yang otentik dan asli.
Kitab yang dinukil dan diterjemahkan dalam "Irsyad Al-Saari fi jam’i Mushonnafaat al-Syekh Hasyim Asy’ari", karya KH. Hasyim Asy’ari, terdapat beberapa untaian perkataan tokoh pendiri Nahdhatul Ulama (NU) ini tentang kesesatan kaum Syi’ah, yang telah mencaci-maki dan mengkafirkan para sahabat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.
***
Berikut perkataan KH. Hasyim Asy’ari terkait Syi’ah:
“Dan diantara mereka ada kaum rofidhoh (syi’ah) yang mencaci-maki Sayyidina Abu Bakar dan Umar radhiyallahu 'anhuma dan mereka membenci sahabat-sahabat (nabi), dan secara berlebih-lebihan (ghuluw) terhadap Sayyidina Ali dan ahlul bait radhiyallahu 'anhum. Sayyid Muhammad berkata dalam syarah al-Qomus (tentang Syi’ah): Dan sebagian mereka (Syi’ah) telah sampai pada kekafiran dan zindiq, semoga Allah melindungi kita dan kaum muslimin darinya”.
Dan Qodhi 'Iyadh berkata dalam kitab "as-Syifa: dari Abdullah bin Mughaffal radhiyallahu 'anhu berkata: “Takutlah kepada Allah akan sahabatku, janganlah kalian menjadikan mereka sebagai sasaran (hujatan). Barang siapa yang mencintai mereka, maka akupun akan mencintainya dengan cintaku, dan barangsiapa yang menyakiti mereka, maka mereka menyakiti aku. Dan barangsiapa menyakiti aku, maka sesungguhnya dia telah menyakiti Allah. Dan barangsiapa menyakiti Allah, maka aku khawatir Dia akan mengazabnya.” (hal 11).
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Janganlah kalian mencaci maki sahabatku, karena barangsiapa mencaci mereka, maka baginya laknat Allah, malaikat dan seluruh manusia, Allah tidak akan menerima darinya ibadah wajib maupun sunnah.” (hal 11).
Dan beliau, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Janganlah kalian mencaci maki sehabatku, sesungguhnya akan datang suatu kaum di akhir zaman yang mencaci maki mereka, maka janganlah kalian menshalati (jenazah) mereka, dan jangan shalat bersama mereka, dan jangan kalian menikah dari mereka, dan jangan duduk bersama mereka, jika mereka sakit janganlah kalian menjenguknya.” (hal 11)
Beliau shallallahu 'alaihi wasallam juga bersabda: “Barangsiapa mencaci maki sahabatku, maka pukullah dia.” (hal11).
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah menyatakan bahwa, mencela dan menyakiti mereka berarti menyakiti beliau shallallahu 'alaihi wasallam dan menyakiti beliau adalah hukumnya haram, beliau bersabda: “Janganlah kalian menyakitiku dengan menyakiti sahabatku, karena sesungguhnya menyakiti mereka adalah menyakitiku.” Dan beliau bersabda, “Janganlah kalian menyakitiku dengan menyakiti Aisyah.” Dan beliau bersabda tentang Fatimah radhiyallahu 'anha: “dia (Fatimah) adalah bagian dari diriku, sehingga akupun merasa sakit apabila ia merasakan sakit.”
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Tanda keimanan adalah mencintai kaum anshor, dan tanda kemunafikan adalah membenci mereka.” (hal 17).
Dan dari Jabir radhiyallahu 'anhu secara marfu’: “Mencintai Abu Bakar dan Umar adalah bagian dari iman, dan membenci mereka adalah kekafiran, dan barangsiapa yang mencaci maki sahabat-sahabatku, maka baginya laknat Allah, dan barangsiapa yang menjagaku dengan menjaga (kehormatan) sahabatku, niscaya aku akan menjaganya pada hari kiamat.” (hal 17).
“Maka wajiblah bagi setiap mukallaf untuk mencintai keluarga nabi dan seluruh sahabatnya yang Arab maupun non-Arab, dan janganlah dia menjadi seperti KHAWARIJ yang membenci ahlul bait sehingga tidak bermanfaat bagi mereka kecintaan mereka terhadap sahabat. Dan tidak pula seperti ROFIDHAH (syi’ah) yang membenci sebagian sahabat, sehingga tidak berguna bagi mereka kecintaan mereka terhadap ahlul bait…” (hal 17).
“Dan sesungguhnya di periode terakhir masa sahabat, telah terjadi penyimpangan dari kaum Qadariyah, yaitu Ma’bad al-Juhani dan pengikutnya, dan para sahabat telah berlepas diri dari mereka seperti Abdullah bin Umar dan Jabir serta Anas dan yang lainnya radhiyallahu 'anhum. Kemudian setelah itu menyusul penyimpangan lainnya sedikit demi sedikit sampai sempurna menjadi 72 golongan sesat dan golongan ke-73 mereka adalah Ahlussunnah Wal Jama'ah, dan mereka itulah golongan yang selamat.
Maka apabila ada yang bertanya, apakah golongan-golongan sesat bisa diketahui? Maka jawabannya adalah: sesungguhnya kita mengetahui perpecahan dan induk golongan-golongan tersebut, dan sesungguhnya setiap golongan terpecah menjadi golongan-golongan (yang lain) walaupun kita tidak mengetahui nama dari golongan-golongan tersebut serta madzhabnya”. (hal 24).
“Dan induk (semua) golongan adalah Haruriyah, Qadariyah, Jahmiyah, Murji’ah, Rofidhoh (Syi’ah) dan Jabariyah dan sebagian ulama rahimahumullah mengatakan: induk golongan-golongan sesat adalah keenam golongan tersebut, dan masing-masing terpecah menjadi 12 golongan sehingga menjadi 72 golongan”. (hal 24)
***
Semoga muslim Indonesia, dan masyarakat NU khususnya kembali rujuk kepada manhaj Ahlus sunnah wal Jama'ah dalam menyikapi Syi'ah Imamiah. Agar, pernyataan sikap tokoh kharismatik KH. Hasyim Asy'ari ini, tidak menjadi hujjah atas mereka.
Wallahu min wara'il qashdi.
http://www.facebook.com/
No comments:
Post a Comment