Oleh: Ahmad Sarwat, Lc
Tidak kurang dari 7.000-an mahasiswa Indonesia diperkirakan sedang dan telah belajar ke Iran, sebuah negara yang notabene pusat cuci otak untuk menjadi pendukung Syiah. Kabar ini dikemukakan oleh salah seorang anggota DPR Komisi VIII, Ali Maschan Musa, termuat di www.republika.co.id dengan linkhttp://www.republika.co.id/berita/breaking-news/
Padahal sewaktu kemarin ada evakuasi besar-besaran mahasiswa Indonesia di Mesir, ternyata jumlah mereka hanya sekitar 4.000-5.000 orang saja. Kalau yang kuliah ke Iran sampai angka 7.000, berarti ini bukan angka yang main-main.
“Saya tahun 2007 ke Iran dan bertemu dengan beberapa anak-anak Indonesia di sana yang belajar Syiah. Mereka nanti minta di Indonesia punya masjid sendiri dan sebagainya,” kata Ali dalam rapat dengan Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes Polri, Komjen (Pol) Ito Sumardi, di ruang rapat Komisi VIII DPR, Jakarta, Kamis (3/3).
Ini berarti dalam beberapa tahun ke depan, Indonesia akan diramaikan oleh demam paham Syi`ah. Karena dalam hitungan 4-5 tahun ke depan, tentu mereka akan kembali ke Indonesia dengan membawa paham yang secara tegak lurus bertentangan dengan paham umat Islam di Indonesia yang nota bene ahli sunnah wal jamaah.
Perkembangan Syiah di Indonesia
Sebenarnya untuk melihat hasil dari `kaderissasi` pemeluk syi`ah di Indonesia, tidak perlu menunggu beberapa tahun ke depan. Sebab data yang bisa kita kumpulkan hari ini saja sudah biki kita tercengang dengan mulut menganga.
Betapa tidak, rupanya kekuatan Syi`ah di negeri kita ini diam-diam terus bekerja siang malam, tanpa kenal lelah. Hasilnya, ada begitu banyak agen-agen ajaran syi`ah yang siap merenggut umat Islam Indonesia untuk menerima dan jatuh ke pelukan ajaran ini.
Iranian Corner di Perguruan Tinggi Islam
Perkembangan Iranian Corner di Indonesia khususnya Perguruan Tinggi cukup marak. Di Jakarta, Iranian Corner ada di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ). Jogjakarta sebagai kota pelajar malah punya tiga sekaligus, yaitu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, dan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Bisa dibayangkan, Yogyakarta, satu kota saja ada 3 Iranian Corner; yang satu UIN, yang dua Muhammadiyah. Di Malang juga ada di Universitas Muhammadiyah Malang.
Islamic Cultural Center (ICC)
Di Indonesia Iran memiliki lembaga pusat kebudayaan Republik Iran, ICC (Islamic Cultural Center), berdiri sejak 2003 di bilangan Pejaten, Jakarta Selatan. Dari ICC itulah didirikannya Iranian Corner di 12 tempat tersebut, bahkan ada orang-orang yang aktif mengajar di ICC itu.
Dii antara tokoh yang mengajar di ICC itu adalah kakak beradik: Umar Shihab ( salah seorang Ketua MUI -Majelis Ulama Indonesia Pusat) dan Prof Quraish Shihab (mantan Menteri Agama), Dr Jalaluddin Rakhmat, Haidar Bagir dan O. Hashem. Begitu juga sejumlah keturunan alawiyin atau habaib, seperti Agus Abu Bakar al-Habsyi dan Hasan Daliel al-Idrus.
Undangan Cuci Otak ke Iran
Siapa yang menolak kalau diundang jalan-jalan ke luar negeri. Buat banyak orang di negeri kita, jalan-jalan ke luar negeri memang sudah jadi demam tersendrii, tidak terkecuali para anggota DPR.
Nah, sifat norak dan kampungan seperti itu juga dimanfaatkan oleh Iran untuk memberikan jalan-jalan gratis ke pusat-pusat pengajaran Syi`ah di Iran. Sudah tidak terhitung tokoh Islam Indonesia yang diundang untuk berkunjung ke Iran, tentu saja judulnya bukan cuci otak, tetapi atas nama studi banding dan sejenisnya.
Namun rata-rata tokoh yang sudah pernah diundang kesana, begitu pulang bicaranya penuh pembelaan kepada Syi`ah, bahkan ada yang menganggap perbedaan Syi`ah dengan Sunni bukan perbedaan prinsipil dan sebagainya. Tanpa malu-malu mereka telah menjilat Iran, padahal negeri itu adalah pembantai ulama-ulama Sunni, bahkan penghancur masjid-masjid dan kitab-kitab rujukan Sunni.
Beasiswa Pelajar ke Iran
Syi’ah merekrut para pemuda untuk diberi bea siswa untuk dibelajarkan ke Iran. Kini diperkirakan ada 7.000-an mahasiswa Indonesia yang dibelajarkan di Iran, disamping sudah ada ribuan yang sudah pulang ke Indonesia dengan mengadakan pengajian ataupun mendirikan yayasan dan sebagainya.
Sekembalinya ke tanah air, para lulusan Iran ini aktif menyebarkan faham Syi’ah dengan membuka majelis taklim, yayasan, sekolah, hingga pesantren.
Di antaranya Ahmad Baraqbah yang mendirikan Pesantren al-Hadi di Pekalongan (sudah hangus dibakar massa), ada juga Husein al-Kaff yang mendirikan Yayasan Al-Jawwad di Bandung, dan masih puluhan yayasan Syi’ah lainnya yang tersebar di Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi.
Yayasan, Pengajian dan Ikatan Penyebar Aqidah Syi`ah
Pada tahun 2001 saja sudah terdapat 36 yayasan Syi`ah di Indonesia. Dan tidak kurang dari 43 kelompok pengajian yang intensif menanamkan aqidah syi`ah sudah berdiri. Berikut data-data syiah di indonesia yang untuk saat ini bisa kami himpun.
a. Yayasan
1. Yayasan Fatimah, Condet, Jakarta.
2. Yayasan Al-Muntazhar, Jakarta.
3. Yayasan Al-Aqilah.
4. Yayasan Ar-Radhiyah.
5. Yayasan Mulla Shadra, Bogor.
6. Yayasan An-Naqi.
7. Yayasan Al-Kurba.
8. YAPI, Bangil.
9. Yayasan Al-Itrah, Jember.
10. Yayasan Rausyan Fikr, Jogya.
11. Yayasan BabIIm, Jember.
12. Yayasan Muthahhari, Bandung.
13. YPI Al-Jawad, Bandung.
14. Yayasan Muhibbin, Probolinggo.
15. Yayasan Al-Mahdi, Jakarta Utara.
16. Yayasan Madina Ilmu, Bogor.
17. Yayasan Insan Cita Prakarsa, Jakarta.
18. Yayasan Asshodiq, Jakarta Timur.
19. Yayasan Babul Ilmi, Pondok Gede.
20. Yayasan Azzahra Cawang.
21. Yayasan Al-Kadzim.
22. Yayasan Al-Baro`ah, Tasikmalaya.
23. Yayasan 10 Muharrom, Bandung.
24. Yayasan As Shodiq, Bandung.
25. Yayasan As Salam, Majalengka.
26. Yayasan Al Mukarromah, Bandung.
27. Yayayasan Al-Mujataba, Purwakarta.
28. Yayasan Saifik, Bandung.
29. Yayasan Al Ishlah, Cirebon.
30. Yayasan Al-Aqilah, Tangerang.
31. Yayasan Dar Taqrib, Jepara.
32. Yayasan Al-Amin, Semarang.
33. Yayasan Al-Khoirat, Jepara.
34. Yayasan Al-Wahdah, Solo.
35. Yayasan Al-Mawaddah, Kendal.
36. Yayasan Al-Mujtaba, Wonosobo.
37. Yayasan Safinatunnajah, Wonosobo.
38. Yayasan Al-Mahdi, Jember.
39. Yayasan Al-Muhibbiin, Probolinggo.
40. Yayasan Attaqi, Pasuruan.
41. Yayasan Azzhra, Malang.
42. Yayasan Ja’far As-Shadiq, Bondowoso.
43. Yayasan Al-Yasin, Surabaya.
44. Yapisma, Malang.
45. Yayasan Al-Hujjah, Jember.
46. Yayasan Al-Kautsar, Malang.
47. Yayasan Al-Hasyim, Surabaya.
48. Yayasan Al-Qoim, Probolinggo.
49. Yayasan Al-Kisa`, Denpasar.
50. Yayasan Al-Islah, Makasar.
51. Yayasan Paradigma, Makasar.
52. Yayasan Fikratul Hikmah, Jl Makasar.
53. Yayasan Sadra, Makasar.
54. Yayasan Pinisi, Makassar.
55. Yayasan LSII, Makasar.
56. Yayasan Lentera, Makassar.
57. Yayasan Nurtsaqolain, Sulawesi Selatan.
58. Yas Shibtain, Tanjung Pinang, Kepulauan Riau.
59. Yayasan Al-Hakim, Lampung.
60. Yayasan Pintu Ilmu, Palembang.
61. Yayasan Al-Bayan, Palembang.
62. Yayasan Ulul Albab, Aceh.
63. Yayasan Amali, Medan.
64. Yayasan Al-Muntadzar, Samarinda.
65. Yayasan Arridho, Banjarmasin.
66. Yayasan Al-Itrah, Bangil.
b. Pengajian
1. MT. Ar-Riyahi.
2. Pengajian Ummu Abiha, Pondok Indah.
3. Pengajian Al-Bathul, Cililitan.
4. Pengajian Haurah, Sawangan.
5. Majlis Taklim Al-Idrus, Purwakarta.
6. Majlis Ta’lim An-Nur, Tangerang.
7. MT Al Jawad, Tasikmalaya.
8. Majlis Ta’lim Al-Alawi, Probolinggo.
c. Ikatan
1. Ikatan Jamaah Ahlulbait Indonesia (IJABI).
2. Ikatan Pemuda Ahlulbait Indonesia (IPABI), Bogor.
3. HPI – Himpunan Pelajar Indonesia-Iran.
4. Shaf Muslimin Indonesia, Cawang .
5. MMPII, Condet.
6. FAHMI (Forum Alumni HMI), Depok.
7. Himpunan Pelajar Indonesia di Republik Iran (ISLAT).
8. Badan Kerja Sama Persatuan Pelajar Indonesia Se-Timur Tengah dan Sekitarnya (BKPPI).
9. Komunitas Ahlul Bait Indonesia (TAUBAT).
d. Lembaga
1. Islamic Cultural Center (ICC), Pejaten.
2. Tazkia Sejati, Kuningan.
3. Al Hadi, Pekalongan.
4. Al-Iffah, Jember.
5. Lembaga Komunikasi Ahlul Bait (LKAB), wadah alumni Qom
e. Sekolah dan Pesantren
1. SMA PLUS MUTHAHARI di Bandung dan Jakarta.
2. Pendidikan Islam Al-Jawad.
3. Icas (Islamic College for Advanced Studies) – Jakarta Cabang London.
4. Sekolah Lazuardi dari Pra TK sampai SMP, Jakarta.
5. Sekolah Tinggi Madina Ilmu, Depok.
6. Madrasah Nurul Iman, Sorong.
7. Pesantren Al-Hadi Pekalongan.
8. Pesantren YAPI, Bangil.
f. PenerbitT
1. Lentera.
2. Pustaka Hidayah.
3. MIZAN.
4. YAPI JAKARTA.
5. YAPI Bangil.
6. Rosdakarya.
7. Al-Hadi.
8. CV Firdaus .
9. Pustaka Firdaus.
10. Risalah Masa.
11. Al-Jawad.
12. Islamic Center Al-Huda.
13. Muthahhari Press/Muthahhari Papaerbacks.
14. Mahdi.
15. Ihsan.
16. Al-Baqir.
17. Al-Bayan.
18. As-Sajjad.
19. Basrie Press.
20. Pintu Ilmu.
21. Ulsa Press.
22. Shalahuddin Press.
23. Al-Muntazhar.
24. Mulla Shadra .
g. Penulis
1. Alwi Husein, Lc.
2. Muhammad Taqi Misbah.
3. O. Hashem.
4. Jalaluddin Rakhmat.
5. Husein al-Habsyi.
6. Muhsin Labib.
7. Riza Sihbudi.
8. Husein Al-Kaff.
9. Sulaiman Marzuqi Ridwan.
10. Dimitri Mahayana
h. Majalah - Jurnal
1. Majalah Syi’ar.
2. Jurnal Al-Huda.
3. Jurnal Al-Hikmah.
4. Majalah Al-Musthafa.
5. Majalah Al-Hikmah.
6. Majalah Al-Mawaddah.
7. Majalah Yaum Al-Quds.
8. Buletin Al-Tanwir.
9. Buletin Al-Jawwad.
10. Buletin Al-Ghadir.
11. Buletin BabIIm.
i. Radio dan TV
1. IRIB (Radio Iran siaran bahasa Indonesia).
2. Hadi TV, tv satelite (haditv.com).
3. TV Al-Manar, Libanon, dpt diakses sejak April 2008, bekerja sama dengan INDOSAT.
4. Myshiatv.com.
5. Shiatv.net.
UNIVERSITAS-UNIVERITAS YANG DILINK
1. Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
2. Politeknik Negeri Jakarta.
3. Sekolah Tinggi Informatika dan Komputer Indonesia .
4. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas.
5. STMIK AKAKOM Yogyakarta .
6. Universitas Gajah Mada.
7. Universitas Pembangunan Nasbional “Veteran” Jakarta.
8. Universitas Airlangga.
9. Brawijaya University.
10. Universitas Darma Persada Jakarta.
11. Universitas Gunadarma.
12. Universitas Islam Indonesia.
13. Universitas Muhammadiyah Jakarta.
14. Universitas Negri Malang.
15. Universitas Negeri Manado.
16. Universitas Negeri Semarang.
17. Universitas Pendidikan Indonesia.
18. Universitas Pertanian Bogor.
19. Institut Teknologi Nasional Malang.
20. Politeknik Negeri Ujung Pandang.
21. Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
22. STIE Nusantara.
23. Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
24. Universitas Klabat.
25. Universitas Malikussaleh.
26. Universitas Negeri Makasar.
27. Universitas Sriwijaya.
28. UPN Veteran Jawa Timur.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) : Syiah Aliran Sesat
Secara resmi sesungguhnya Majelis Ulama Indonesia telah menegaskan bahwa Syiah bukan sekedar kelompok biasa, melainkan sebuah aliran yang telah divonis sesat dan keluar dari akidah Islam.
Majelis Ulama Indonesia dalam Rapat Kerja Nasional bulan Jumadil Akhir 1404 H./Maret 1984 merekomendasikan tentang faham Syi` ah sebagai berikut :
Faham Syi`ah sebagai salah satu faham yang terdapat dalam dunia Islam mempunyai perbedaan-perbedaan pokok dengan mazhab Sunni (Ahlus Sunnah Wal Jama`ah) yang dianut oleh Umat Islam Indonesia. Perbedaan itu diantaranya :
1. Syi`ah menolak hadis yang tidak diriwayatkan oleh Ahlu Bait, sedangkan ahlu Sunnah wal Jama`ah tidak membeda-bedakan asalkan hadits itu memenuhi syarat ilmu mustalah hadis.
2. Syi’ah memandang "Imam" itu ma `sum (orang suci), sedangkan Ahlus Sunnah wal Jama`ah memandangnya sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kekhilafan (kesalahan).
3. Syi`ah tidak mengakui Ijma` tanpa adanya "Imam", sedangkan Ahlus Sunnah wal Jama` ah mengakui Ijma` tanpa mensyaratkan ikut sertanya "Imam".
4. Syi’ah memandang bahwa menegakkan kepemimpinan/Pemerintahan (imamah) adalah termasuk rukun agama, sedangkan Sunni (Ahlus Sunnah wal Jama`ah) memandang dari segi kemaslahatan umum dengan tujuan keimamahan adalah untuk menjamin dan melindungi da`wah dan kepentingan ummat.
5. Syi`ah pada umumnya tidak mengakui kekhalifahan Abu Bakar as-Siddiq, Umar Ibnul Khatab, dan Usman bin Affan, sedangkan Ahlus Sunnah wal Jama`ah mengakui keempat Khulafa` Rasyidin (Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali bin Abi Thalib).
6. Mengingat perbedaan-perbedaan pokok antara Syi`ah dan Ahlus Sunnah wal Jama’ah seperti tersebut di atas, terutama mengenai perbedaan tentang "Imamah" (Pemerintahan)"
Majelis Ulama Indonesia menghimbau kepada ummat Islam Indonesia yang berfaham Ahlus Sunnah wal Jama`ah agar meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan masuknya faham yang didasarkan atas ajaran Syi’ah.
Hakikat Syi`ah
Syiah adalah salah satu aliran aqidah di tengah umat Islam. Syiah mengikuti Islam sesuai yang diajarkan oleh Nabi Muhammad dan Ahlul Bait-nya. Proporsi terbesar perbedaan Syiah adalah menolak kepemimpinan dari tiga Khalifah umat Islam pertama. Dan umat Islam menolak imam dari Imam Syiah.
Sejarah
Kalau kita teliti sejarah, mula munculnya aliran syiah adalah masalah salah paham dan selera. Ada beberapa orang yang punya pandangan politik yang berbeda pada awalnya. Dan perbedaan ini sesungguhnya masalah yang manusiawi sekali dan mustahil dihindarkan.
Mereka menginginkan Ali bin Abi Thalib radiyallahu `anhu menjadi khalifah pengganti Rasulullah SAW. Sementara semua shahabat Nabi SAW telah sepakat membai`at Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu `anhu sebagai khalifah. Karena itu, mereka amat benci pada Abu Bakar, bahkan juga 2 orang khalifah berikutnya, Umar bin Al-Khattab dan Utsman bin Al-Affan radhiyallahu anhuma.
Padahal Ali bin Abi Thalib sendiri pun setuju dan mengakui pemerintahan tiga orang khalifah itu.Keinginan beberapa orang itu pada gilirannya sudah terpenuhi juga, sebab sepeninggal 3 khalifah itu, akhirnya Ali memang diangkat menjadi khalifah. Seharusnya, sampai disini masalah sudah selesai.
Dan sebenarnya memang masalah sudah selesai. Sebab keinginan untuk mendudukkan Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah sudah tercapai, meski sempat terhambat.
Lain Orang Lain Generasi
Selewat generasi para shahabat, muncul berbagai aliran sesat yang tujuannya ingin merontokkan agama Islam dari dalam. Dan salah satu cara yang paling mudah adalah dengan cara memecah-belah persatuan umat Islam, menghidupkan kebanggaan jahiliyah, semangat kesukuan, fanatisme kelompok, sikap saling menggugat dan menjelekkan serta mengungkit-ungkit masa lalu yang sebenarnya tidak terlalu dipahami.
Lahirlah kemudian generasi baru yang tidak tahu apa-apa, tetapi habis didoktrin untuk melakukan semua sifat buruk itu. Salah satunya adalah mengungkit-ungkit perbedaan di masa lalu yang sesungguhnya sudah selesai. Namun ibarat mengali mayat yang sudah dikubur, akibatnya menjadi sangat fatal.
Fitnah dan sikap saling menyelahkan kembali membara. Bedanya, sekarang dilakukan oleh generasi yang tidak secara langsung merasakan nikmatnya persaudaraan. Mereka lahir dari rahim kebencian dan terus menerus didoktrin untuk selalu membenci sesama muslim.
Sehingga masalah politik yang sudah dikubur, digali lagi dan berkembang menjadi serius ketika perbedaan itu berkembang ke wilayah aqidah dan syariah. Lalu masing-masing pihak saling mengkafirkan dan menuduh saudaranya sesat bahkan murtad. Inilah yang sebenarnya dikhawatirkan sejak dahulu.
Memang benar bahwa ada sebagian dari akidah syiah yang sudah tidak bisa ditolelir lagi, bukan hanya oleh kalangan ahli sunnah, tetapi oleh sesama penganut syiah pun dianggap sudah sesat. Dan kita harus tegas dalam hal ini, kalau memang sesat kita katakan sesat.
Contoh Sesatnya Aqidah Syiah
Pertama : Menolak Mushaf Utsmani
Misalnya mereka yang tidak percaya kepada Al-Quran mushaf Utsmani, dan menggunakan mushaf yang konon susunan yang 100% berbeda. Kalau memang ada yang begitu, tentu kelompok ini sudah keluar dari agama Islam secara muttafaqun ‘alihi.
Logikanya, karena mereka amat benci pada sosok Utsman bin Al-Affan radhiyallahu `anhu. Sementara mushaf Al-Quran yang kita pakai sekarang ini tidak lain hasil kerja keras Utsman dan pemerintahannya. Bahkan tidak sedikit di antara kalangan Syiah yang mengkafirkan Utsman. Setidaknya, menambahkan julukan laknatullahi alaihi di belakang nama Utsman.
Maka adanya iasekte-sekte Syiah yang tidak mau pakai mushaf Utsmani bukan hal yang mengada-ada. Sayangnya, oleh sebagian kalangan syiah, fenomena itu sengaja ditutup-tutupi. Sebab kalau sampai masalah ini diketahui oleh mayoritas umat Islam yang lain, pasti mereka akan celaka.
Kedua : Mengkafirkan Para Shahabat
Aqidah sesat yang tidak bisa dipungkiri kalangan syiah dan ketahuan jelas adalah sikap mereka yang tegas-tegas mengkafirkan para shahabat Nabi ridhwanullahi `alaihim. Termasuk mengkafirkan Abu Bakar Ash-Shiddiq ra, Umar bin Al-Khattab, Utsman bin Al-Affan dan lainnya.
Dan satu hal yang menarik untuk dikaji, bahwa semangat menyatukan syiah dengan sunni bukannya tidak pernah dilakukan. Dr. Yusuf Al-Qaradawi adalah salah satu icon yang bisa disebut sebagai ulama sunni yang berhusnudzdzan untuk tidak dengan mudah menuduhkan masalah pengkafiran ini.
Maka kepada para pimpinan Mula di Iran, diadakanlah sebuah upaya pendekatan antara Syiah dan Sunni. Sudah beberapa kali disepakati agenda pertemuan. Namun ada satu hal yang nampaknya kecil saja, tetapi ternyata kalangan Syiah tidak mau mundur setitik pun. Masalah itu adalah penambahan kata (julukan) laknatulalhi alaihi (semoga Allah melaknatnya) setiap menyebut nama para shahabat Nabi SAW.
Ternyata kalangan Syiah yang konon mau duduk bersama tetap memanggap pelaknatan ini sebagai hal yang prinsip, dimaan mereka tidak mau berubah setitik pun. Dalam setiap pertemuan dan pembicaraan, urusan melaknat para shahabat ini menjadi hal yang tidak pernah ditinggal.
Karuan saja Dr. Yusuf Al-Qaradawi meradang. Beliau protes besar, katanya mau duduk bersama, katanya mau cari titik-titik persamaan, katanya mau cari jalan tengah, tetapi mengapa masih saja memaki-maki para shahabat Nabi SAW, bahkan sampai keluar ucapan laknat segala. Dan kalau urusan sekecil ini saja kalangan Syiah tidak mau bertoleransi, bagaimana dengan urusan yang lebih besar.
Maka upaya pendekatan syiah sunni itu pun lagi-lagi kandas di tengah kekerasan sikap kalangan syiah.
Padahal dalam aqidah mayoritas umat Islam, para shahabat nabi itu mulia dan adil. Bahkan dari mereka ada 10 orang yang dijamin masuk surga lewtat hadits yang shahih.
Ketiga : Menuduh Jibril Salah Menurunkan Wahyu
Maka jelaslah sikap ini tidak pernah bisa dibenarkan. Sungguh keterlaluan menuduh bahwa malaikat Jibril salah menurunkan wahyu. Maunya mereka, seharusnya Jibril menurunkan wahyu kepada Ali bin Abi Thalib dan bukan kepada Muhammad SAW.
Paham dan kepercayaan yang satu ini sangat fatal. Sebab hakikatnya bukan menuduh adanya kesalahan malaikat, tetapi sudah mengingkati kenabian Muhammad SAW. Dan ingkar pada kenabian Muhammad adalah kekafiran. Astaghfirullahal-`adzhim, inna lillahi wa inna ilaihi rajiun.
Tentu sempalan yang sudah sampai keluar batas ini sudah tidak bisa ditolelir lagi secara aqidah.
Keempat : Kemakshuman Imam 12
Paham syiah yang paling populer adalah bahwa kepemimpinan umat Islam harus dibawah 12 orang imam. Semuanya dianggap makshum dalam arti tidak mungkin salah atau berbuat dosa. Dan penetapannya dianggap ketetapan langsung dari Allah berupa wahyu yang turun dari langit.
Semua pempimpin umat Islam dianggap telah merampas kepemimpinan itu, dan pada akhirnya harus dikembalikan kepada imam dari 12 imam itu.
Kalangan syiah juga percaya bahwa imam yang terakhir itu masih hidup walau pun sudah ada sejak tahun 800 hijriyah. Namun imam itu sedang menghilang dan akan muncul lagi di akhir zaman.
Tidak Digeneralisir
Tetapi kita tetap tidak bisa menggenalisir bahwa semua lapisan umat Islam yang ada aroma syiahnya pasti sesat, kafir atau murtad. Rasanya sikap itu kurang bijaksana.
Mengapa?
Pertama : Syiah Ternyata Banyak Dan Saling Bertentangan Secara Mendasar
Syiah yang konon dikabarkan berjumlah 10-an % dari total umat Islam, ternyata terdiri dari banyak sekte dan aliran yang saling bertentangan secara ideologis dan aqidah di dalamnya. Yang besar-besar saja kalau kita kumpulkan mencapai 22 kelompok besar. Tentu di bawahnya ada turunan-turunannya lagi.
Dan tidak tertutup kemungkinan bahwa antara satu aliran dengan aliran lain di dalam Syiah juga saling menafikan, bahkan saling mengkafirkan dan menganggap sesat.
Jadi kita tidak bisa memandang syiah hanya sebagai satu ajaran, tetapi sejumlah besar aliran aqidah yang sama-sama mengunsung satu nama yaitu Syiah, tetapi sesungguhnya saling berbeda. Ada syiah yang kafir dan dikafirkan oleh kebanyakan sesama pengikut syiah. Tapi ada juga yang tidak sampai kafir.
Di kalangan syiah juga ada aliran yang disebut Zaidiyah. Dinamakan demikian sebab mereka merupakan pengikut Zaid bin Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib. Mereka dapat dianggap moderat karena tidak menganggap ketiga khalifah sebelum Ali tidak sah.
Kedua : Pemeluk Syiah Tradisional
Kalau disebutkan syiah ada 10-an % dari jumlah muslimin di dunia, hanya sebagian kecil dari jumlah itu yang bersifat ideologis mendasar. Sebagian besarnya adalah syiah yang bersifat keturunan yang tidak tahu menahu urusan aliran dan aqidah.
Katakanlah seperti di Iraq sana, ada banyak komunitas yang secara tradisional menjadi penganut syiah secara keturunan. Kakek moyang yang melahirkan keturunan itu bukan orang jahat yang beniat busuk kepada agama Islam. Mereka menjadi syiah karena keturunan dan tidak tahu menahu tentang urusan koflik syiah dan sunnah.
Lalu apakah kita akan memvonis mereka sebagai non muslim, hanya karena mereka tanpa sengaja lahir dari keluarga syiah? Rasanya tidak begitu sikap kita.
Yang barangkali perlu diwaspadai adalah orang-orang jahat betulan yang berusaha menghancurkan agama Islam dari dalam dan menjadi pemeluk syiah sesat. Mereka inilah yang menggulirkan ajaran sesat di dalam syiah sehingga akhirnya muncul ajaran yang aneh-aneh seperti di atas.
Oleh karena itu kita harus tegas tapi tidak boleh asal tebas. Ada kalangan syiah yang memang sesat dan tidak berhak lagi menyandang status muslim. Tetapi kita juga harus dewasa, bahwa ada kalangan yang dianggap berbau syiah atau kesyiah-syiahan, tetapi sesungguhnya masih bisa ditolelir kekeliruannya.
Mengapa kita perlu bijak dalam masalah ini?
Karena kita tahu bahwa musuh-musuh Islam bergembira ria melihat umat Islam di Irak berbunuh-bunuhan, hanya karena urusan syiah dan sunnah. Jangan sampai isu negatif perbedaan syiah sunnah terbawa-bawa ke negeri kita juga. Sudah terlalu banyak pe-er umat Islam, maka sebaiknya kita jangan memancing di air keruh. Jangan sampai kita memancing yang tidak dapat ikannya tapi airnya jadi keruh. Sudah tidak dapat ikan, kotor pula.
Karena itu dialog antara sesama tokoh dari kalangan syiah dan sunnah ada baiknya untuk dirintis. Tentu untuk sama-sama menuju kepada kerukunan, bukan untuk cari gara-gara. Rasanya masih banyak ruang persamaan di antara keduanya, ketimbang kisi-kisi perbedaannya.
Semoga Allah SWT memberikan kelapangan di dalam hati kita untuk menata hati ini menjadi hamba-hamba-Nya yang shalih dan melakukan ishlah. Amien.
Wallahu a`lam bishshawab. [islamedia]
No comments:
Post a Comment