Arrahmah.com - Kagum dengan kepemimpinan Ahmadinejad? Terinspirasi dengan Revolusi Iran? Itulah makar Syi’ah dan tipuan Dajjal menjelang perang akhir zaman. Sebagaimana karakter Dajjal penipu dan pendusta, maka para pengikutnyapun melakukan hal yang sama. Al Haq (kebenaran) disalahkan dan al bathil (kesesatan) dibela. Di tangan Dajjal, air menjadi api dan api menjadi air, bersama Dajjal surga dan neraka, namun nerakanya adalah surga dan surganya adalah neraka. Kaum Muslimin tidak boleh tertipu dengan penampilan “luar” Ahmadinejad yang memesona, tapi lihatlah “dalam”nya makar syi’ah sebagaimana tipu daya Dajjal di akhir zaman. Waspadalah!
Ahmadinejad, turunan Yahudi pembela Israel!
Mengapa banyak kaum Muslimin terkagum-kagum pada Ahmadinejad, pemimpin negara syi’ah Iran dan menganggapnya sebagai seorang pahlawan Islam? Inilah salah satu keberhasilan tipu daya Dajjal menjelang akhir zaman. Fitnah Dajjal adalah fitnah terbesar sepanjang perjalanan hidup manusia di muka bumi sampai hari kiamat tiba. Salah satu fitnah Dajjal yang “aneh” yang diciptakan Allah SWT., adalah melakukan penipuan dengan mengubah wujud seseorang.
Siapa menyangka, Ahmadinejad yang lahir pada 28 Oktober 1956 adalah keturunan Yahudi. Dia sebenarnya adalah “Sabourjian” yang berarti penenun dari Sabour, nama untuk selendang Tallit Yahudi di Persia. Namanya berubah menjadi Ahmadinejad ketika dikonversi untuk memeluk Islam setelah kelahirannya.
Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam tulisan berjudul “Hakekat Ahmadinejad: Mengungkap tabir hitam pemimpin syi'ah Ahmadinejad” seorang ahli yang berpusat di London Yahudi Iran mengatakan, “Dia telah mengubah namanya karena alasan agama, atau setidaknya orangtuanya,” kata kelahiran Yahudi Iran yang tinggal di London itu . “Sabourjian dikenal sebagai nama Yahudi di Iran.”
Tipuan Dajjal berikutnya yang dijalankan para pengikutnya adalah dagelan atau sandiwara politik Iran melawan Amerika. Umat Islam dikecoh dan diperdaya dengan mengesankan Ahmadinejad adalah pemimpin yang anti Amerika, anti Israel, dan membela Palistina. Semua itu adalah dusta, tipuan Dajjal menjelang akhir zaman.
Ahmadinejad, Syi’ah dengan kekuatan negara Iran, dibantu sekutu sejatinya, media-media Barat, telah menjalankan skenario Dajjal menipu umat Islam dengan membesar-besarkan Ahmadinejad, Syi’ah, dan Iran. Sebagai bukti, ketika Ahmadinejad berpidato di Universitas Harvard, media-media Amerika langsung meliput dan menyiarkan langsung pidato tersebut. Padahal selama ini tidak ada Presiden yang diperlakukan seperti itu, ujar Rizki Ridyasmara, mantan wartawan Sabili.
AS dan Iran, kata mantan aktivis kiri itu, saat ini hanyalah memainkan peran 'polisi jahat' dan 'polisi baik'. Polisi Jahat, kata Rizki, dimainkan oleh AS sedangkan 'Polisi Baik' dimainkan oleh Iran. "Mereka seolah-olah mau perang, padahal sebenarnya 'cincai'".
Rizki berkesimpulan seperti itu setelah memaparkan panjang lebar tentang keberadaan dan konspirasi antara pasukan elit Syi’ah, Assassins (Hashyashyin), dengan pasukan Salib "Knights Templar". Menurut Rizki, sejak berdiri, masa berjaya, bubar hingga menyebar ke penjuru dunia, kedua jenis pasukan elit itu terus melakukan konspirasi.
"Banyak sejarawan Barat yang menuding di antara kedua sekte khusus pencabut nyawa ini sesungguhnya terjalin satu kerjasama dalam bentuk yang tersembunyi. Salah satu yang memunculkan dugaan ini adalah Profesor Carole Hillenbrand, Guru Besar Studi Islam dan Bahasa Arab University Edinburgh, Skotlandia", kata jurnalis spesialis investigasi itu.
Pengamat Syi’ah Prof DR.H.Mohammad Baharun, SH,MA mengaku heran, jika banyak umat Islam terkagum-kagum dengan Revolusi Iran. Ia mempertanyakan, apakah benar Revolusi Iran itu Revolusi Islam? Kenyataannya, sejarah mencatat, Revolusi Iran justru memakan anak kandungnya sendiri. Revolusi tersebut mengorbankan ratusan manusia, mulai dari anak-anak, wanita, hingga orang tua.
Di bawah kepemimpinan Ahmadinejad, kaum Muslimin Sunni di Iran mengalami penderitaan yang belum pernah dialami sejak Revolusi Rafidi Khomeini. Parahnya lagi, Ahmadinejad yang dianggap pahlawan Islam yang anti AS, ternyata secara terang-terangan menghina dua orang sahabat Rasulullah Muhammad SAW.
Pernyataan tersebut disampaikannya dalam sebuah acara televisi secara langsung di Shabaka 3, saluran televisi Iran, hanya beberapa hari sebelum pelaksanaan pemilu Iran. Dalam acara itu, Ahmadinejad dengan lugas mengatakan bahwa Talhah dan Zubair adalah dua orang pengkhianat. “Talhah dan Zubair adalah dua orang sahabat Rasul, tapi setelah kepergian Rasul, mereka berdua kembali kepada ajaran sebelumnya dan mengikuti Muawiyah!”
Kebohongan berikutnya Ahmadinejad adalah ketika mengatakan hapus peta Israel di dunia! Bagaimana mungkin, turunan Yahudi tersebut akan menghapus Israel? Padahal, satu butir pelurupun tidak pernah ditembakkan Iran ke zionis Yahudi Israel, apalagi peluru kendali atau nuklir. Mustahil!
Apalagi sudah banyak bukti yang menjelaskan hubungan gelap antara Ahmadinejad dengan Israel. Seorang ulama Syiah mengatakan presiden Iran ingin menjalin “persahabatan dengan Israel,” . Menurut ulama Syiah Mahmud Nubia, penasehat teras atas Ahmadinejad, Esfandiar Rahim Mashaei tiga tahun lalu menyatakan bahwa Iran harus memiliki “hubungan yang bersahabat” dengan Negara Yahudi, namun Ahmadinejad menahan diri dari persoalan ini di depan umum karena pemimpin tinggi Syiah Iran Ayatollah Ali Khamenei sangat keberatan dengan hal ini.
Menurut Husain Ali Hasyimi, dalam tulisannya, Al-Harbul Musytarakah Iran wa Israil bahwa sejak zaman Syiah Pahlevi, Iran telah menjalin hubungan perdagangan dengan Zionis Yahudi. Dan hubungan dagang ini berkelanjutan hingga setelah revolusi Syiah yang dipimpin oleh Khumaini.
Jadi, perlawanan semacam apa yang telah dilakukan Ahmadinejad kepada Amerika dan yahudi Israel? Kalaulah memang Ahmadinejad serius melawan Amerika dan menjadikan Amerika sebagai musuh utamanya, mengapa tidak ada tindakan kongkrit darinya, misalnya dengan membantu puluhan ribu mujahidin Afghanistan yang saat ini sedang mengusir Amerika dan cengkraman zionis Israel? Padahal, Afghanistan tidak jauh dari Iran, bahkan berbatasan langsung.
Yang terjadi justru sebaliknya. Satu contoh saja, kita ketahui bersama hubungan Ahmadinejad dengan Nouri Al Maliki dekat sekali. Padahal Nouri adalah kaki tangan Amerika dan Israel di Irak, dan musuh mujahidin Irak yang berada di Daulah Islam Irak. Jadi amat wajar jika spekulasi kemudian berkembang: apakah karena Nouri Al Maliki juga orang Syiah?
Bahkan 18 April lalu, lima belas orang tewas di Ahwaz, Iran oleh pasukan keamanan Iran didukung oleh milisi pakaian sipil. Mereka melakukan serangan terhadap aksi demonstrasi dengan kekerasan yang menuntut hak bagi mayoritas etnis Arab di provinsi Khuzestan Iran yang berpenduduk mayoritas Sunni.
Kalaulah Iran masih menganggap Sunni adalah saudaranya kenapa harus dengan membunuh, bukankah lebih baik senjata itu diarahkan kepada musuh sebenarnya yakni Gedung Putih yang kini bercokol di Irak, Afghanistan, dan Palestina?
Hal ini semakin membuktikan bahwa Iran, yang tak lebih besar dari pada Iraq yang sudah digempur habis-habisan oleh AS dan sekutunya masih baik-baik saja. Dalam artian, AS tidak pernah melakukan suatu tindakan yang nyata terhadap Iran. Karena semua itu adalah sandiwara dagelan politik belaka dan merupakan tipuan dari fitnah Dajjal di akhir zaman. Wallahu’alam bis showab!
Makar Syi’ah dan Perang Akhir Zaman
Kembali kepada Dajjal, sang pembawa fitnah akhir zaman. Dari sisi bahasa, makna Dajjal berarti banyak berdusta dan menipu. Siapa pun yang banyak berdusta dan menipu, ada pengikutnya ataupun tidak, maka dia adalah Dajjal.
Demikianlah yang diistilahkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang mereka. Beliau menjelaskan hal ini dalam banyak hadits seperti yang diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari rahimahullahu dalam dua tempat (no. 3340 dalam Kitabul Manaqib dan no. 6588 dalam Kitab Al-Fitan) dan Muslim rahimahullahu dalam dua tempat (no. 8 dalam Muqaddimah dan no. 5205 dalam Kitab Al-Fitan Wa Asyrathis Sa’ah) dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:
“Tidak akan terjadi hari kiamat sehingga dua kelompok besar saling berperang dan banyak terbunuh di antara dua kelompok tersebut, yang seruan mereka adalah satu. Dan hingga dibangkitkannya para Dajjal lagi pendusta hampir 30 orang, semuanya mengaku bahwa dirinya Rasulullah, dicabutnya ilmu, banyak terjadi gempa, zaman berdekatan, fitnah menjadi muncul, banyak terjadi pembunuhan, berlimpah ruahnya harta di tengah kalian sehingga para pemilik harta bingung terhadap orang yang akan menerima shadaqahnya. Sampai dia berusaha menawarkannya kepada seseorang namun orang tersebut berkata: ‘Saya tidak membutuhkannya’; orang berlomba-lomba dalam meninggikan bangunan. Ketika seseorang lewat pada sebuah kuburan dia berkata: ‘Aduhai jika saya berada di sana’; terbitnya matahari dari sebelah barat dan apabila terbit dari sebelah barat di saat orang-orang melihatnya, mereka beriman seluruhnya (maka itulah waktu yang tidak bermanfaat keimanan bagi setiap orang yang sebelumnya dia tidak beriman atau dia tidak berbuat kebaikan dengan keimanannya).”
Dari keterangan di atas jelaslah bahwa kata Dajjal sering dipakai untuk menamai seseorang yang banyak berdusta dan banyak menipu umat. Para dedengkot kesesatan yang memproklamirkan diri sebagai nabi setelah Rasulullah SAW., adalah para Dajjal.
Sedangkan apabila disebutkan Dajjal secara mutlak, tanpa keterangan tambahan, maka tidak ada yang tergambar dalam benak setiap orang melainkan Ad-Dajjal Al-Akbar (yang terbesar), yang akan muncul di akhir zaman sebagai tanda dekatnya hari kiamat dengan sifat-sifat yang sudah jelas sebagaimana dijelaskan Rasulullah SAW.
Makar Syi’ah yang paling dahsyat di akhir zaman dan kini mulai terungkap adalah kerjasamanya dengan Amerika dalam Perang Salib. Artinya, diwaktu para mujahidin berusaha untuk bergabung dari seluruh penjuru dunia Islam dan menyatukan barisan mereka dalam menghadapi pasukan Zionis Salibis, Syi’ah malah berkhianat, membuat makar untuk menghantam kaum Muslimin.
Dalam buku “Fakta-Fakta Sewindu Perang Salib Baru” Syekh Aiman Azh-Zhawahiri (hfz) mengungkap hakikat Syiah dan perannya membantu Amerika dalam Perang Salib.
“Hal itu terus terjadi, hingga menjadi lebih buruk lagi dengan memberikan fasilitas kepada pasukan Amerika untuk menyerang Iraq dan Afghanistan. Kemudian memberikan bantuan kepada kedua pemerintahan bonekanya dengan mengakui eksistensinya, mengusir Syekh Hikmaktyar-semoga Allah menjaganya-dari Iran ketika Karzai menyebutnya sebagai pengkhianat. Kemudian dia menggunakan kekuasaannya dengan sikap kooperatif bersama pemerintahan boneka Iraq untuk memerangi mujahidin lalu lari pada hari peperangan dengan melarang dakwah menuju jihad melawan Amerika di Iraq dan Afghanistan. Sebelumnya telah saya sebutkan bahwa pemerintahan Iran memberikan bantuan kepada Ahmad Syah Mas’ud yang telah diakui oleh Amerika secara resmi sebagai anteknya, di dalam laporan konggres setelah kejadian 11 September.”
DR. Abdullah An Nafisi menjelaskan politik Iran : “Iran bertanggung jawab atas hal itu, karena Iran di antara dua isu, isu membuka diri yaitu isu Islam dan isu umum yaitu isu anti Amerika, anti Israel dan seterusnya. Ini sudah mafhum dan dapat diterima. Akan tetapi isu berkaitan rakyat Iran sebenarnya memiliki isu lain : isu kekuasaan, isu kontrol, isu penugasan Syiah di Iraq.
Aku tidak percaya bahwa rencana Iran adalah rencana Syiah selamanya. Bukan! Itu adalah rencana Persia di dalam negeri Iraq (nasionalisme). Ya, menugaskan Syiah di Iraq demi kemaslahatan rencana Persia Iran.”
Kalau begitu, Syi’ah adalah ancaman paling nyata di akhir zaman. Perkembangan demi perkembangan, khususnya di Timur Tengah semakin memantapkan bahaya dan ancaman besar Syi’ah dan Iran.
Sejarah akan berulang. Jika di masa lalu, persaingan laten terjadi antara Arab dan Persia, hari ini, sejarah berulang. Orang-orang Arab yang diwakili oleh Arab Saudi dan Persia diwakili oleh Iran. Iran, alias Syi’ah, sejak dahulu, selalu menjadi penyebab utama masalah, Syi’ah ditakdirkan untuk menjadi lahan subur bagi perluasan berbagai penyimpangan dan kejahatan. Ini tidak mengherankan dalam sejarah Persia, mereka paling sering melibatkan diri dan selalu saling kooperatif dengan orang-orang Zionis-Yahudi, Israel.
Sebagaimana dalam “Antara Syi’ah, Barat, dan Jihad Global”, dijelaskan bahwa Iran dengan Syi’ahnya saat ini berada dalam zaman keemasan. Sejak berhenti melancarkan perang melawan Irak di 80-an, konsentrasi prakteknya hanya menyebarkan pengaruh melalui ajaran-ajarannya ke seluruh daerah, bahkan dunia.
Iran dengan Syi’ahnya yang akan terus mengepakkan sayapnya ke sejumlah wilayah di Timur Tengah dan Afrika Utara untuk menanamkan hegemoninya. Era pergolakan dan hasil sesudahnya, dalam bentuk keterbukaan, dapat dimanfaatkan untuk potensi penuh oleh Iran, pada saat negara-negara regional lainnya yang mayoritas Sunni sibuk dengan bisnis mereka sendiri.
Sementara itu, Ketika Al-Qaeda dan para aktivis jihad global sedang diuji dalam hal ketahanan mereka, dengan memerangi melawan negara adidaya dunia – Amerika – di beberapa tempat sekaligus, Syi’ah dengan dukungan Iran sudah menggeliat dan siap menunggu menjadi musuh berikutnya.
Peperangan antara aktivis jihad global yang saat ini diwakili oleh Al Qaeda tidak bisa dihindari berhadapan dengan Syi’ah Iran yang menjadi antek dan kaki tangan Amerika beserta sekutu-sekutunya dalam perang salib.
Hal ini mengingat tujuan utama Iran sebenarnya adalah mencari pengaruh politik di manapun yang memungkinkan. Syekh Aiman menjelaskan kondisi Lebanon setelah terjadi perang dengan Israel :
“Ketika terjadi perang di Lebanon yang mampu meraih eksistensi politik bagi pengikutnya, maka mereka ikut berperang dan ketika pasukan internasional menyanggupi untuk menjaga keberadaan politik dan militer mereka maka mereka menyetujui pasukan internasional menjajah Lebanon. Mereka juga setuju menggunakan cara kekerasan bagi Palestina, dimana Hassan Nashrullah mengaku sudah begitu lama berusaha untuk membebaskannya, akan tetapi sekarang dia menghindar darinya. Dan ketika bersepakat dengan Amerika dan mengakui akan pemerintahan mereka serta kerjasama dalam pemerintahan dan menghentikan jihad kaum Muslimin, serta berperang dibawah Salib mereka, mewujudkan sikap politik mereka di Iraq dan selalu berusaha mencarinya, mereka berkerjasama dengan Amerika dan berperang di bawah Salib mereka.”
Pasukan Panji Hitam, Generasi Yang Dijanjikan
Perang akhir zaman, atau Al Malhamah Al Kubro, akan terjadi antara pasukan Al Mahdi yang sering disebut sebagai pasukan panji hitam, berhadapan dengan pasukan Dajjal yang dibantu sekutu-sekutunya.
Dalam sebuah riwayat tentang Thaifah manshurah disebutkan, “Akan senantiasa ada sekelompok umatku yang berperang di atas kebenaran. Mereka meraih kemenangan atas orang-orang yang memerangi mereka, sampai akhirnya kelompok terakhir mereka memerangi Dajjal.” (HR. Abu Daud: Kitab al-jihad no. 2125, Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah no. 1959.)
Riwayat tersebut menjelaskan bahwa di akhir zaman, kelompok Thaifah Manshurah adalah mereka yang bergabung dengan Al-Mahdi untuk memerangi musuh-musuh Islam, dimana Dajjal adalah salah satu yang akan dikalahkan oleh kelompok ini.
Parameter kebenaran saat itulah adalah mereka yang bersama Al-Mahdi, sedang mereka yang menolak Al-Mahdi adalah munafik (hal itu sebagaimana yang telah dijelaskan dalam hadits fitnah duhaima’). Sedangkan kelompok Thaifah Manshurah yang memberikan dukungan kepada Al-Mahdi telah dijelaskan ciri-ciri mereka dalam beberapa riwayat yang kemudian dikenal dengan nama Ashabu Rayati Suud atau Pasukan Panji Hitam dari Khurasan.
Lalu siapakah mereka yang disebut sebagai Pasukan Panji Hitam? Apakah mereka semua itu adalah aktivis jihad global yang tergabung dalam Al Qaeda, dan juga Taliban?
Tidak bisa dipungkiri, aktivitas jihad global saat ini yang diprakarsai oleh Al Qaeda dalam melawan hegemoni Amerika, dan antek-anteknya, termasuk kelompok sesat dan pengkhianat Syi’ah telah membuat gentar Barat dan sekutu-sekutu mereka.
Cita-cita mereka juga mencengangkan, menegakkan negara Islam, Khilafah Islamiyyah, dari ujung Asia Tenggara hingga barat Maroko. Mereka adalah kaum Muslimin yang saat ini paling kuat melaksanakan hukum Islam sebagaimana yang pernah berlaku di Madinah pada masa Rasulullah SAW.
Merekalah satu-satunya kelompok yang paling mendekati gambaran kehidupan Rasulullah SAW., dan para sahabatnya; beriman, hijrah, perang, mendirikan daulah Islam, melaksanakan semua kewajiban tanpa terkecuali, mendapat boikot dan kecaman internasional, mendapat ujian paling berat dan menyatakan keimanannya, dikepung oleh pasukan ahzab dan banyak lagi sejarah kehidupan generasi assabiqunal awwalun yang hari ini tergambar dalam realitas hidup mereka.
Beberapa analis pemerhati hadits-hadits fitnah menduga; bahwa merekalah yang lebih layak untuk menyandang gelar kehormatan itu (Ath Thoifah Al Manshurah) sesuai dengan beratnya ujian keimanan yang mereka hadapi.
Saat ini, Al-Qaeda dan seluruh anasirnya yang sangat komitmen menegakkan semua bentuk syari’at Islam dalam masyarakatnya sangat wajar bila dibenci oleh bangsa Barat. Termasuk sebagian kaum Muslimin yang termakan oleh isu dan propaganda bangsa barat yang dibisikkan Dajjal tentang “kekejian dan kejahatan” mereka.
Padahal, bukan tidak mungkin, tanpa bermaksud memastikan, aktivis jihad global yang dijalankan oleh Al Qaeda dan Mujahidin lainnya tersebutlah yang dimaksud sebagai Pasukan Panji Hitam dari Khurasan, yang dijanjikan kelak akan menjadi pasukannya Al Mahdi, lalu memerangi Dajjal dan para pengikutnya dalam Perang Akhir Zaman (Al Malhamah Al Kubro). Wallahu’alam bis showab! (Muhammad Fachry)
Ahmadinejad, turunan Yahudi pembela Israel!
Mengapa banyak kaum Muslimin terkagum-kagum pada Ahmadinejad, pemimpin negara syi’ah Iran dan menganggapnya sebagai seorang pahlawan Islam? Inilah salah satu keberhasilan tipu daya Dajjal menjelang akhir zaman. Fitnah Dajjal adalah fitnah terbesar sepanjang perjalanan hidup manusia di muka bumi sampai hari kiamat tiba. Salah satu fitnah Dajjal yang “aneh” yang diciptakan Allah SWT., adalah melakukan penipuan dengan mengubah wujud seseorang.
Siapa menyangka, Ahmadinejad yang lahir pada 28 Oktober 1956 adalah keturunan Yahudi. Dia sebenarnya adalah “Sabourjian” yang berarti penenun dari Sabour, nama untuk selendang Tallit Yahudi di Persia. Namanya berubah menjadi Ahmadinejad ketika dikonversi untuk memeluk Islam setelah kelahirannya.
Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam tulisan berjudul “Hakekat Ahmadinejad: Mengungkap tabir hitam pemimpin syi'ah Ahmadinejad” seorang ahli yang berpusat di London Yahudi Iran mengatakan, “Dia telah mengubah namanya karena alasan agama, atau setidaknya orangtuanya,” kata kelahiran Yahudi Iran yang tinggal di London itu . “Sabourjian dikenal sebagai nama Yahudi di Iran.”
Tipuan Dajjal berikutnya yang dijalankan para pengikutnya adalah dagelan atau sandiwara politik Iran melawan Amerika. Umat Islam dikecoh dan diperdaya dengan mengesankan Ahmadinejad adalah pemimpin yang anti Amerika, anti Israel, dan membela Palistina. Semua itu adalah dusta, tipuan Dajjal menjelang akhir zaman.
Ahmadinejad, Syi’ah dengan kekuatan negara Iran, dibantu sekutu sejatinya, media-media Barat, telah menjalankan skenario Dajjal menipu umat Islam dengan membesar-besarkan Ahmadinejad, Syi’ah, dan Iran. Sebagai bukti, ketika Ahmadinejad berpidato di Universitas Harvard, media-media Amerika langsung meliput dan menyiarkan langsung pidato tersebut. Padahal selama ini tidak ada Presiden yang diperlakukan seperti itu, ujar Rizki Ridyasmara, mantan wartawan Sabili.
AS dan Iran, kata mantan aktivis kiri itu, saat ini hanyalah memainkan peran 'polisi jahat' dan 'polisi baik'. Polisi Jahat, kata Rizki, dimainkan oleh AS sedangkan 'Polisi Baik' dimainkan oleh Iran. "Mereka seolah-olah mau perang, padahal sebenarnya 'cincai'".
Rizki berkesimpulan seperti itu setelah memaparkan panjang lebar tentang keberadaan dan konspirasi antara pasukan elit Syi’ah, Assassins (Hashyashyin), dengan pasukan Salib "Knights Templar". Menurut Rizki, sejak berdiri, masa berjaya, bubar hingga menyebar ke penjuru dunia, kedua jenis pasukan elit itu terus melakukan konspirasi.
"Banyak sejarawan Barat yang menuding di antara kedua sekte khusus pencabut nyawa ini sesungguhnya terjalin satu kerjasama dalam bentuk yang tersembunyi. Salah satu yang memunculkan dugaan ini adalah Profesor Carole Hillenbrand, Guru Besar Studi Islam dan Bahasa Arab University Edinburgh, Skotlandia", kata jurnalis spesialis investigasi itu.
Pengamat Syi’ah Prof DR.H.Mohammad Baharun, SH,MA mengaku heran, jika banyak umat Islam terkagum-kagum dengan Revolusi Iran. Ia mempertanyakan, apakah benar Revolusi Iran itu Revolusi Islam? Kenyataannya, sejarah mencatat, Revolusi Iran justru memakan anak kandungnya sendiri. Revolusi tersebut mengorbankan ratusan manusia, mulai dari anak-anak, wanita, hingga orang tua.
Di bawah kepemimpinan Ahmadinejad, kaum Muslimin Sunni di Iran mengalami penderitaan yang belum pernah dialami sejak Revolusi Rafidi Khomeini. Parahnya lagi, Ahmadinejad yang dianggap pahlawan Islam yang anti AS, ternyata secara terang-terangan menghina dua orang sahabat Rasulullah Muhammad SAW.
Pernyataan tersebut disampaikannya dalam sebuah acara televisi secara langsung di Shabaka 3, saluran televisi Iran, hanya beberapa hari sebelum pelaksanaan pemilu Iran. Dalam acara itu, Ahmadinejad dengan lugas mengatakan bahwa Talhah dan Zubair adalah dua orang pengkhianat. “Talhah dan Zubair adalah dua orang sahabat Rasul, tapi setelah kepergian Rasul, mereka berdua kembali kepada ajaran sebelumnya dan mengikuti Muawiyah!”
Kebohongan berikutnya Ahmadinejad adalah ketika mengatakan hapus peta Israel di dunia! Bagaimana mungkin, turunan Yahudi tersebut akan menghapus Israel? Padahal, satu butir pelurupun tidak pernah ditembakkan Iran ke zionis Yahudi Israel, apalagi peluru kendali atau nuklir. Mustahil!
Apalagi sudah banyak bukti yang menjelaskan hubungan gelap antara Ahmadinejad dengan Israel. Seorang ulama Syiah mengatakan presiden Iran ingin menjalin “persahabatan dengan Israel,” . Menurut ulama Syiah Mahmud Nubia, penasehat teras atas Ahmadinejad, Esfandiar Rahim Mashaei tiga tahun lalu menyatakan bahwa Iran harus memiliki “hubungan yang bersahabat” dengan Negara Yahudi, namun Ahmadinejad menahan diri dari persoalan ini di depan umum karena pemimpin tinggi Syiah Iran Ayatollah Ali Khamenei sangat keberatan dengan hal ini.
Menurut Husain Ali Hasyimi, dalam tulisannya, Al-Harbul Musytarakah Iran wa Israil bahwa sejak zaman Syiah Pahlevi, Iran telah menjalin hubungan perdagangan dengan Zionis Yahudi. Dan hubungan dagang ini berkelanjutan hingga setelah revolusi Syiah yang dipimpin oleh Khumaini.
Jadi, perlawanan semacam apa yang telah dilakukan Ahmadinejad kepada Amerika dan yahudi Israel? Kalaulah memang Ahmadinejad serius melawan Amerika dan menjadikan Amerika sebagai musuh utamanya, mengapa tidak ada tindakan kongkrit darinya, misalnya dengan membantu puluhan ribu mujahidin Afghanistan yang saat ini sedang mengusir Amerika dan cengkraman zionis Israel? Padahal, Afghanistan tidak jauh dari Iran, bahkan berbatasan langsung.
Yang terjadi justru sebaliknya. Satu contoh saja, kita ketahui bersama hubungan Ahmadinejad dengan Nouri Al Maliki dekat sekali. Padahal Nouri adalah kaki tangan Amerika dan Israel di Irak, dan musuh mujahidin Irak yang berada di Daulah Islam Irak. Jadi amat wajar jika spekulasi kemudian berkembang: apakah karena Nouri Al Maliki juga orang Syiah?
Bahkan 18 April lalu, lima belas orang tewas di Ahwaz, Iran oleh pasukan keamanan Iran didukung oleh milisi pakaian sipil. Mereka melakukan serangan terhadap aksi demonstrasi dengan kekerasan yang menuntut hak bagi mayoritas etnis Arab di provinsi Khuzestan Iran yang berpenduduk mayoritas Sunni.
Kalaulah Iran masih menganggap Sunni adalah saudaranya kenapa harus dengan membunuh, bukankah lebih baik senjata itu diarahkan kepada musuh sebenarnya yakni Gedung Putih yang kini bercokol di Irak, Afghanistan, dan Palestina?
Hal ini semakin membuktikan bahwa Iran, yang tak lebih besar dari pada Iraq yang sudah digempur habis-habisan oleh AS dan sekutunya masih baik-baik saja. Dalam artian, AS tidak pernah melakukan suatu tindakan yang nyata terhadap Iran. Karena semua itu adalah sandiwara dagelan politik belaka dan merupakan tipuan dari fitnah Dajjal di akhir zaman. Wallahu’alam bis showab!
Makar Syi’ah dan Perang Akhir Zaman
Kembali kepada Dajjal, sang pembawa fitnah akhir zaman. Dari sisi bahasa, makna Dajjal berarti banyak berdusta dan menipu. Siapa pun yang banyak berdusta dan menipu, ada pengikutnya ataupun tidak, maka dia adalah Dajjal.
Demikianlah yang diistilahkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang mereka. Beliau menjelaskan hal ini dalam banyak hadits seperti yang diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari rahimahullahu dalam dua tempat (no. 3340 dalam Kitabul Manaqib dan no. 6588 dalam Kitab Al-Fitan) dan Muslim rahimahullahu dalam dua tempat (no. 8 dalam Muqaddimah dan no. 5205 dalam Kitab Al-Fitan Wa Asyrathis Sa’ah) dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:
“Tidak akan terjadi hari kiamat sehingga dua kelompok besar saling berperang dan banyak terbunuh di antara dua kelompok tersebut, yang seruan mereka adalah satu. Dan hingga dibangkitkannya para Dajjal lagi pendusta hampir 30 orang, semuanya mengaku bahwa dirinya Rasulullah, dicabutnya ilmu, banyak terjadi gempa, zaman berdekatan, fitnah menjadi muncul, banyak terjadi pembunuhan, berlimpah ruahnya harta di tengah kalian sehingga para pemilik harta bingung terhadap orang yang akan menerima shadaqahnya. Sampai dia berusaha menawarkannya kepada seseorang namun orang tersebut berkata: ‘Saya tidak membutuhkannya’; orang berlomba-lomba dalam meninggikan bangunan. Ketika seseorang lewat pada sebuah kuburan dia berkata: ‘Aduhai jika saya berada di sana’; terbitnya matahari dari sebelah barat dan apabila terbit dari sebelah barat di saat orang-orang melihatnya, mereka beriman seluruhnya (maka itulah waktu yang tidak bermanfaat keimanan bagi setiap orang yang sebelumnya dia tidak beriman atau dia tidak berbuat kebaikan dengan keimanannya).”
Dari keterangan di atas jelaslah bahwa kata Dajjal sering dipakai untuk menamai seseorang yang banyak berdusta dan banyak menipu umat. Para dedengkot kesesatan yang memproklamirkan diri sebagai nabi setelah Rasulullah SAW., adalah para Dajjal.
Sedangkan apabila disebutkan Dajjal secara mutlak, tanpa keterangan tambahan, maka tidak ada yang tergambar dalam benak setiap orang melainkan Ad-Dajjal Al-Akbar (yang terbesar), yang akan muncul di akhir zaman sebagai tanda dekatnya hari kiamat dengan sifat-sifat yang sudah jelas sebagaimana dijelaskan Rasulullah SAW.
Makar Syi’ah yang paling dahsyat di akhir zaman dan kini mulai terungkap adalah kerjasamanya dengan Amerika dalam Perang Salib. Artinya, diwaktu para mujahidin berusaha untuk bergabung dari seluruh penjuru dunia Islam dan menyatukan barisan mereka dalam menghadapi pasukan Zionis Salibis, Syi’ah malah berkhianat, membuat makar untuk menghantam kaum Muslimin.
Dalam buku “Fakta-Fakta Sewindu Perang Salib Baru” Syekh Aiman Azh-Zhawahiri (hfz) mengungkap hakikat Syiah dan perannya membantu Amerika dalam Perang Salib.
“Hal itu terus terjadi, hingga menjadi lebih buruk lagi dengan memberikan fasilitas kepada pasukan Amerika untuk menyerang Iraq dan Afghanistan. Kemudian memberikan bantuan kepada kedua pemerintahan bonekanya dengan mengakui eksistensinya, mengusir Syekh Hikmaktyar-semoga Allah menjaganya-dari Iran ketika Karzai menyebutnya sebagai pengkhianat. Kemudian dia menggunakan kekuasaannya dengan sikap kooperatif bersama pemerintahan boneka Iraq untuk memerangi mujahidin lalu lari pada hari peperangan dengan melarang dakwah menuju jihad melawan Amerika di Iraq dan Afghanistan. Sebelumnya telah saya sebutkan bahwa pemerintahan Iran memberikan bantuan kepada Ahmad Syah Mas’ud yang telah diakui oleh Amerika secara resmi sebagai anteknya, di dalam laporan konggres setelah kejadian 11 September.”
DR. Abdullah An Nafisi menjelaskan politik Iran : “Iran bertanggung jawab atas hal itu, karena Iran di antara dua isu, isu membuka diri yaitu isu Islam dan isu umum yaitu isu anti Amerika, anti Israel dan seterusnya. Ini sudah mafhum dan dapat diterima. Akan tetapi isu berkaitan rakyat Iran sebenarnya memiliki isu lain : isu kekuasaan, isu kontrol, isu penugasan Syiah di Iraq.
Aku tidak percaya bahwa rencana Iran adalah rencana Syiah selamanya. Bukan! Itu adalah rencana Persia di dalam negeri Iraq (nasionalisme). Ya, menugaskan Syiah di Iraq demi kemaslahatan rencana Persia Iran.”
Kalau begitu, Syi’ah adalah ancaman paling nyata di akhir zaman. Perkembangan demi perkembangan, khususnya di Timur Tengah semakin memantapkan bahaya dan ancaman besar Syi’ah dan Iran.
Sejarah akan berulang. Jika di masa lalu, persaingan laten terjadi antara Arab dan Persia, hari ini, sejarah berulang. Orang-orang Arab yang diwakili oleh Arab Saudi dan Persia diwakili oleh Iran. Iran, alias Syi’ah, sejak dahulu, selalu menjadi penyebab utama masalah, Syi’ah ditakdirkan untuk menjadi lahan subur bagi perluasan berbagai penyimpangan dan kejahatan. Ini tidak mengherankan dalam sejarah Persia, mereka paling sering melibatkan diri dan selalu saling kooperatif dengan orang-orang Zionis-Yahudi, Israel.
Sebagaimana dalam “Antara Syi’ah, Barat, dan Jihad Global”, dijelaskan bahwa Iran dengan Syi’ahnya saat ini berada dalam zaman keemasan. Sejak berhenti melancarkan perang melawan Irak di 80-an, konsentrasi prakteknya hanya menyebarkan pengaruh melalui ajaran-ajarannya ke seluruh daerah, bahkan dunia.
Iran dengan Syi’ahnya yang akan terus mengepakkan sayapnya ke sejumlah wilayah di Timur Tengah dan Afrika Utara untuk menanamkan hegemoninya. Era pergolakan dan hasil sesudahnya, dalam bentuk keterbukaan, dapat dimanfaatkan untuk potensi penuh oleh Iran, pada saat negara-negara regional lainnya yang mayoritas Sunni sibuk dengan bisnis mereka sendiri.
Sementara itu, Ketika Al-Qaeda dan para aktivis jihad global sedang diuji dalam hal ketahanan mereka, dengan memerangi melawan negara adidaya dunia – Amerika – di beberapa tempat sekaligus, Syi’ah dengan dukungan Iran sudah menggeliat dan siap menunggu menjadi musuh berikutnya.
Peperangan antara aktivis jihad global yang saat ini diwakili oleh Al Qaeda tidak bisa dihindari berhadapan dengan Syi’ah Iran yang menjadi antek dan kaki tangan Amerika beserta sekutu-sekutunya dalam perang salib.
Hal ini mengingat tujuan utama Iran sebenarnya adalah mencari pengaruh politik di manapun yang memungkinkan. Syekh Aiman menjelaskan kondisi Lebanon setelah terjadi perang dengan Israel :
“Ketika terjadi perang di Lebanon yang mampu meraih eksistensi politik bagi pengikutnya, maka mereka ikut berperang dan ketika pasukan internasional menyanggupi untuk menjaga keberadaan politik dan militer mereka maka mereka menyetujui pasukan internasional menjajah Lebanon. Mereka juga setuju menggunakan cara kekerasan bagi Palestina, dimana Hassan Nashrullah mengaku sudah begitu lama berusaha untuk membebaskannya, akan tetapi sekarang dia menghindar darinya. Dan ketika bersepakat dengan Amerika dan mengakui akan pemerintahan mereka serta kerjasama dalam pemerintahan dan menghentikan jihad kaum Muslimin, serta berperang dibawah Salib mereka, mewujudkan sikap politik mereka di Iraq dan selalu berusaha mencarinya, mereka berkerjasama dengan Amerika dan berperang di bawah Salib mereka.”
Pasukan Panji Hitam, Generasi Yang Dijanjikan
Perang akhir zaman, atau Al Malhamah Al Kubro, akan terjadi antara pasukan Al Mahdi yang sering disebut sebagai pasukan panji hitam, berhadapan dengan pasukan Dajjal yang dibantu sekutu-sekutunya.
Dalam sebuah riwayat tentang Thaifah manshurah disebutkan, “Akan senantiasa ada sekelompok umatku yang berperang di atas kebenaran. Mereka meraih kemenangan atas orang-orang yang memerangi mereka, sampai akhirnya kelompok terakhir mereka memerangi Dajjal.” (HR. Abu Daud: Kitab al-jihad no. 2125, Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah no. 1959.)
Riwayat tersebut menjelaskan bahwa di akhir zaman, kelompok Thaifah Manshurah adalah mereka yang bergabung dengan Al-Mahdi untuk memerangi musuh-musuh Islam, dimana Dajjal adalah salah satu yang akan dikalahkan oleh kelompok ini.
Parameter kebenaran saat itulah adalah mereka yang bersama Al-Mahdi, sedang mereka yang menolak Al-Mahdi adalah munafik (hal itu sebagaimana yang telah dijelaskan dalam hadits fitnah duhaima’). Sedangkan kelompok Thaifah Manshurah yang memberikan dukungan kepada Al-Mahdi telah dijelaskan ciri-ciri mereka dalam beberapa riwayat yang kemudian dikenal dengan nama Ashabu Rayati Suud atau Pasukan Panji Hitam dari Khurasan.
Lalu siapakah mereka yang disebut sebagai Pasukan Panji Hitam? Apakah mereka semua itu adalah aktivis jihad global yang tergabung dalam Al Qaeda, dan juga Taliban?
Tidak bisa dipungkiri, aktivitas jihad global saat ini yang diprakarsai oleh Al Qaeda dalam melawan hegemoni Amerika, dan antek-anteknya, termasuk kelompok sesat dan pengkhianat Syi’ah telah membuat gentar Barat dan sekutu-sekutu mereka.
Cita-cita mereka juga mencengangkan, menegakkan negara Islam, Khilafah Islamiyyah, dari ujung Asia Tenggara hingga barat Maroko. Mereka adalah kaum Muslimin yang saat ini paling kuat melaksanakan hukum Islam sebagaimana yang pernah berlaku di Madinah pada masa Rasulullah SAW.
Merekalah satu-satunya kelompok yang paling mendekati gambaran kehidupan Rasulullah SAW., dan para sahabatnya; beriman, hijrah, perang, mendirikan daulah Islam, melaksanakan semua kewajiban tanpa terkecuali, mendapat boikot dan kecaman internasional, mendapat ujian paling berat dan menyatakan keimanannya, dikepung oleh pasukan ahzab dan banyak lagi sejarah kehidupan generasi assabiqunal awwalun yang hari ini tergambar dalam realitas hidup mereka.
Beberapa analis pemerhati hadits-hadits fitnah menduga; bahwa merekalah yang lebih layak untuk menyandang gelar kehormatan itu (Ath Thoifah Al Manshurah) sesuai dengan beratnya ujian keimanan yang mereka hadapi.
Saat ini, Al-Qaeda dan seluruh anasirnya yang sangat komitmen menegakkan semua bentuk syari’at Islam dalam masyarakatnya sangat wajar bila dibenci oleh bangsa Barat. Termasuk sebagian kaum Muslimin yang termakan oleh isu dan propaganda bangsa barat yang dibisikkan Dajjal tentang “kekejian dan kejahatan” mereka.
Padahal, bukan tidak mungkin, tanpa bermaksud memastikan, aktivis jihad global yang dijalankan oleh Al Qaeda dan Mujahidin lainnya tersebutlah yang dimaksud sebagai Pasukan Panji Hitam dari Khurasan, yang dijanjikan kelak akan menjadi pasukannya Al Mahdi, lalu memerangi Dajjal dan para pengikutnya dalam Perang Akhir Zaman (Al Malhamah Al Kubro). Wallahu’alam bis showab! (Muhammad Fachry)
No comments:
Post a Comment