(an-najah.net) – Mengungkap rahasia di balik suatu fenomena memang sulit. Apa maksud seseorang di balik kata-katanya, adakalanya tidak akan diketahui dalam waktu dekat. Apalagi bila kata-kata itu menjadi bagian dari sebuah strategi besar untuk mengobrak-abrik lawan.
Dalam teori bahasa, kata-kata atau bahasa seseorang itu tidak lepas dari tiga hal, lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Lokusi adalah makna dasar dari ucapan seseorang yang didengar oleh pendengarnya. Ilokusi adalah maksud sesungguhnya dari pemakai ungkapan tersebut. Perlokusi adalah dampak atau persepsi ungkapan tersebut terhadap orang yang mendengarkannya.[1]
Kesalahan memahami ilokusi berdampak kepada kesalahan persepsi dan reaksi orang yang mendengarnya. Dan akan lebih parah lagi bila kesalahan itu telah menjadi opini publik.
Kepedulian terhadap sesama muslim yang diibaratkan oleh Rasulullah saw bagai satu tubuh, sepertinya sangat berbeda antara penderitaan Muslim di Palestina dan Suriah. Kalau boleh saya sebut, semua elemen umat Islam Indonesia sangat antusias untuk mengumpulkan dana untuk Palestina. Anda bisa lihat banyak spanduk kepedulian Palestina di setiap kota. Tetapi, ini tidak terjadi untuk Suriah.
Tidak salah bila Ustad Abu Rusydan beberapa waktu lalu mengajak kaum muslimin tidak membeda-bedakan antara kasus Palestina dan Suriah.
Berterima kasih kepada Iran?
==================
Pasca perang terakhir di Jalur Gazza, pemimpin Garda Revolusi Iran menyatakan bahwa pengarahan strategi Brigade Al-Qassam tidak datang dari Ismail Haniyya dan Khalid Masy’al, namun dari Iran.
“Brigade Al-Qassam bertindak atas perintah langsung dari komandan militer di Iran,” mantan komandan Garda Revolusi, Javad Karimi, menyatakan.[2]
Namun, apakah itu cukup untuk menjadi alasan Brigade Al-Qassam memasang spanduk-spanduk besar berisi ungkapan terima kasih kepada Iran? [3] Bahkan, rasa terima kasih itu diungkapkan dengan tiga bahasa, Arab, Ibrani, dan Iran.
Islam menetapkan akidah yang jelas bagi pemeluknya. Siapa pun mereka dari kelompok mana pun, Al-Qur’an meletakkan standar baku tentang loyalitas dan permusuhan. Mujahidin di Chehnya, misalnya, seandainya Israel membantu mereka dengan persenjataan untuk melawan Rusia, apakah mereka layak mengucapkan terima kasih kepada Israel?
Bila kemenangan menjadi milik kita, hanya Allahlah semata yang berhak atas ungkapan syukur, terima kasih, dan pujian. Karena Allahlah yang memasukkan rasa takut di hati musuh dan menghentikan kekejaman mereka terhadap kita.
Di antara wujud kesempurnaan syukur itu adalah menerapkan syariatnya dan menempatkannya di atas semua hukum buatan manusia.
Pengkhianatan Syiah di Balik Kata-Kata Mereka
==========================
Berkaca kepada sejarah, Syiah selalu berkhianat kepada umat Islam. Abu Lu’lu’ah, misalnya. Kaum Syiah menjulukinya “Baba Syujauddin”(Pelopor pembela agama yang gagah berani). Kuburannya di Iran dikunjungi dan dihormati oleh kaum Syiah.
Bagi umat Islam, ia adalah pembunuh Umar bin Al-Khaththab ra, Amirul Mukminin kedua setelah Abu Bakar Ash-Shiddiq.
Dalam sejarah hidup Abu Lu’lu’ah, ia adalah orang yang diberi kemudahan untuk hidup sebagai budak di tengah-tengah kaum muslimin. Tetapi, sebenarnya ia menyimpan dendam dan rencana jangka panjang yang berakhir dengan pembunuhan terhadap Khalifah Umar bin Al-Khaththab.
Muhammad bin Al-Qami atau dikenal dengan sebutan Ibnu Al-Qami, adalah orang yang secara lahir menunjukkan etika yang baik hingga dipercaya oleh Al-Mu’tashim Billah untuk menjadi menteri di kekhalifahan Baghdad pada tahun 656 H. Namun, naluri kesyiahannya mengharuskan dirinya untuk bekerja sama dengan Tatar yang dipimpin oleh Hulako Khan untuk mengepung Baghdad serta membantai kaum muslimin baik laki, perempuan, orang tua, dan anak-anak dan jumlahnya tidak ada yang tahu kecuali Allah.[4]
Masih banyak lagi contoh lain yang berakhir pada kesimpulan bahwa Syiah bukan kelompok yang patut diberi kepercayaan apalagi ungkapan terima kasih.
Jadi, bisa disimpulkan bahwa ungkapan Garda Revolusi Iran hanyalah bagian dari strategi penetrasi Syiah Iran di negara-negara Sunni, dengan berbagai sarana yang terbuka bagi mereka. Di antaranya adalah menampakkan dukungan terhadap perjuangan Palestina. Kaum muslimin mestinya tidak lupa terhadap permusuhan yang mengakar pada mereka terhadap ahli sunah.
Alasan lain yang membuat tidak pantas, ungkapan terima kasih itu diungkapkan pada saat Iran membunuh ribuan Muslim Sunni di Suriah dengan memberikan dukungan militer dan senjata kepada Bashar Asad. Wallahu a’lam.
__________________________
[1] Wahyu Wibowo, Menjadi Penulis dan Penyunting Sukses, 23
[2] http://www.alarabiya.net/
[3] Meskipun sumber keamanan pemerintahan Hamas tidak mengakui sebagi pembuat spanduk-spanduk tersebut, banyak media yang menyebut Hamaslah yang menyebarkannya. Khalid Masy’al juga menegaskan bahwa Iran berperan besar dalam perlawanan Gaza. Lihat, http://www.alquds.com/
[4] Lihat: Al-Bidayah wan Nihayah, Ibnu Katsir.
Redaksi: Agus
sumber : http://www.an-najah.net/
No comments:
Post a Comment